Selasa, 10 Desember 2013

Yoga Wijaya



NIKAH LAGI BUKAN JALAN KELUAR



MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu P.U., S.Pd., S.Hum., M.Pd







Oleh
Yoga Wijaya
130731615751






 
















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013

BAB 1
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Jalan hidup yang diambil seseorang tentunya tidak akan pernah sama persis dengan orang lain. Jalan hidup seseorang bisa dibilang sangat menarik karena jalan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan seseorang tersebut di masa depan bahkan secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi masa depan anak atau keturunan seseorang tersebut.
Bu Salmi adalah contoh seseorang yang beranggapan bahwa dengan adanya banyak anak di dalam keluarganya dapat menambah rejeki dan menambah perhatian serta tanggung jawab seorang suami pada keluarganya. Bu Salmi memiliki sepuluh orang anak kandung dari tiga kali pernikahannya.
Namun dalam perjalanan hidup keluarganya, anak-anak Bu Salmi tidak pernah diurusi oleh ayah kandungnya sendiri. Tak sedikit dari anak-anak Bu Salmi yang ditinggalkan oleh ayahnya begitu saja tanpa sebab yang jelas hingga terpaksa hidup bersama kakak kandungnya yang sudah berumah tangga terlebih dahulu.
Manusia tentu saja tidak dapat selalu benar dan tepat dalam memilih jalan hidupnya. Namun dari kesalahan-kesalahan tersebut hendaknya dapat menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang penah terjadi di masa lalu. Dari kisah perjalanan hidup Bu Salmi ini hendaknya dapat kita wujudkan sebagai sebuah pelajaran tentang masa lalu seseorang yang berkaitan dengan pandangan masyarakat pada masa tersebut.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana sejarah perjalanan hidup Ibu Salmi dengan suami pertama hingga suami ketiga?
2.    Bagaimana permasalahan sosial keluarga Ibu salmi?



C.  TUJUAN PENULISAN
1.  Untuk menjelaskan sejarah perjalanan hidup Ibu Salmi mulai dari pernikahan pertama hingga pernikahan ketiga.
2.  Untuk menjelaskan permasalahan sosial Ibu Salmi.

D.  METODE
1.    Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul nikah lagi bukan jalan keluar. Karena penulis ingin menceritakan tentang perjalanan hidup dan permasalahan yang dialami Ibu Salmi. Beliau merupakan nenek dari penulis sendiri. Jalan hidup yang diambil Ibu Salmi sendiri cukup unik dan seru untuk dibahas.
2.    Heuristik
Penulis menggunakan metode wawancara dengan Bapak Mustofa dan Ibu Teti untuk mengumpulkan data yang diinginkan penulis.
3.    Kritik/ Verifikasi
Penulis mengumpulkan data-data dari wawancara dengan Bapak Mustofa dan Ibu Teti. Hal ini untuk membandingkan kisah perjalanan hidup yang dikemukakan oleh Bapak Mustofa yang merupakan menantu dari Ibu Salmi dan kisah perjalanan hidup yang dikemukanan oleh Ibu Teti yang merupakan anak kandung dari Ibu Salmi.
4.    Interpretasi
Menurut penulis kisah Perjalanan hidup Ibu Salmi cukup menarik karena ia menikah tiga kali hingga mempunyai sepuluh orang anak.
5.    Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan bagaimana cara mencari informasi dengan cara mengumpulkan wawancara. Sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi dari perjalanan hidup dan permasalahan hidup yang dialami oleh Ibu Salmi.





BAB II
PEMBAHASAN

1. Kehidupan Ibu Salmi
Ibu Salmi lahir pada November 1937 di keluarga yang sederhana, beliau hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar. Karena setalah tamat dari sekolah dasar beliau kemudian dijodohkan oleh orangtuanya dan memulai kehidupan berumah tangga di usia yang begitu muda, yaitu 13 tahun.

2.1 Pernikahan Pertama
            Pernikahan pertama Ibu Salmi terjadi karena adanya perjodohan oleh orangtuanya dengan seorang yang bernama Bapak Supiran. Dari pernikahan tersebut Ibu Salmi dan Bapak Supiran memperoleh seorang anak perempuan yang bernama Ibu Suparmiatun yang juga merupakan anak pertama dari Ibu Salmi.
            Pada awalnya rumah tangga mereka bisa dibilang harmonis. Hanya hidup berdua dengan seorang anak. Bapak Supiran juga cukup dikenal oleh orang-orang. Namun karena banyak dikenal orang tersebut justru menjadi awal masalah dari semua ini. Bapak Supiran bertekad menjadi seorang kepala desa hingga habis-habisan mengeluarkan hartanya untuk modal menjadi seorang kepala desa. Namun cita-citanya gagal dan ia sampai menderita stress berat. Kemudian keluarga Bapak Supiran membawa beliau ke Kalimantan untuk dirawat oleh keluarganya disana.
            Ditinggallah Ibu Salmi bersama anaknya tanpa ada alasan yang jelas dari keluarga Bapak Supiran. Ibu Salmi yang awalnya hanya seorang ibu rumah tangga kemudian beralih profesi sebagai pedagang makanan keliling. Ia menekuni profesi tersebut untuk bisa menghidupi dirinya dan anak pertamanya.

2.1 Pernikahan Kedua
            Ibu Salmi terus menekuni usahanya berjualan makanan keliling, hingga akhirnya ia menetap dan membuka warung makan di sekitar Stasiun Rejotangan, Tulungagung. Pada saat itu Stasiun cukup ramai dan mempunyai banyak pegawai yang bertugas dan dijaga oleh seorang mandor. Mandor di Stasiun Rejotangan pada saat itu bernama Bapak Ngatemin. Bapak Ngatemin sering makan di warung Ibu Salmi. Dari kedekatan antara penjual dan pembeli hubungan mereka terus berlanjut. Mereka sering keluar bersama dan bahkan Bapak Ngatemin juga sering memberikan sebagian uang gajinya untuk Ibu Salmi. Hubungan mereka yang semakin dekat dan dekat, pada akhirnya berakhir pada sebuah pernikahan. Telah kita ketahui sebelumnya bahwa Ibu Salmi telah mempunyai seorang anak dengan Bapak Supiran. Hubungan antara Ibu Salmi dan suami sebelumnya yaitu Bapak Supiran ternyata juga tidak jelas, belum ada kata cerai diantara mereka. Namun karena merasa ditinggalkan akhirnya Ibu Salmi menikahi Bapak Ngatemin yang ternyata juga telah mempunyai seorang anak laki-laki dari istri sebelum Ibu Salmi.
            Pada awalnya keluarga mereka hidup harmonis, apalagi setelah lahirnya anak pertama dari perkawinan mereka yaitu Ibu Supriyanti. Bapak Ngatemin dan Ibu Salmi tetap menekuni profesi mereka masing-masing untuk dapat mencukupi kebutuhan anak mereka. Bapak Ngatemin awalnya adalah orang yang baik. Beliau menganggap Ibu Suparmiatun yang merupakan anak dari Ibu Salmi dengan Bapak Supiran sebagai anaknya sendiri.
            Namun karena pada saat itu masyarakat tidak mengenal KB, anak dari pasangan Ibu Salmi dan Bapak Ngatemin terus bertambah. Yaitu Bapak Budi, Ibu Tutik, Bapak Bambang, Bapak Edi, dan Bapak Didik. Dengan lahirnya anak-anak tersebut maka sudah terdapat 6 anak dari hubungan Ibu Salmi dan Bapak Ngatemin. Dan Total anak kandung Ibu Salmi pada saat itu adalah 7 anak dari 2 kali pernikahannya. Ibu Salmi tidak merasa keberatan mempunyai banyak anak, karena pada umumnya orang pada saat itu berpendapat "banyak anak maka banyak rejeki" Ibu Salmi juga berfikiran bahwa dengan banyaknya jumlah anaknya maka Bapak Ngatemin akan semakin bertanggung jawab atas keluarganya.
            Sayang sekali harapan Ibu Salmi diatas tidak berjalan semulus yang beliau harapkan. Sifat asli Bapak Ngatemin mulai nampak, Bapak ngatemin tidak pernah menafkahi keluarganya, suka mabuk-mabukan, hingga suka bermain dengan wanita lain. Beliau sudah tidak memikirkan keluarganya termasuk anak-anaknya sendiri. Dan pada akhirnya Bapak Ngatemin pergi ke Kediri dan meninggalkan keluarganya.

2.1 Pernikahan Ketiga
            Ditengah keadaan yang susah, Ibu Salmi terus berusaha menghidupi anak-anaknya dengan berjualan makanan yang pada saat itu juga dibantu oleh anak-anaknya. Stasiun sudah begitu ramai karena dibangunnya terminal dan sudah maraknya angkutan pribadi. Karena keadaan tersebut Ibu Salmi memindahkan usaha warungnya ditempat yang sangat ramai pada saat itu, yaitu disebuah tanah lapang di daerah Ngunut, Tulungagung yang pada setiap malamnya selalu digeklar pertunjukan ketropak.
            Lagi-lagi pesona Ibu Salmi dapat menarik perhatian Bapak Jumiran yang merupakan Ketua atau Juragan dari sebuah komunitas ketoprak yang ada disitu.
Hubungan Ibu Salmi dan Bapak Jumiran pada akhirnya berlanjut pada sebuah pernikahan yang berarti pernikahan ketiga bagi Ibu Salmi. Pernikahan tersebut ternyata juga merupakan pernikahan kedua dari Bapak Jumiran. Dari pernikahan sebelumnya Bapak Jumiran juga telah mempunyai seorang anak laki-laki.
            Dari Perkawinannya dengan Bapak Jumiran, Ibu Salmi memperolah 3 orang anak yaitu : Ibu Teti, Bapak Heru, dan Bapak Yoyok. Bisnis ketoprak yang ditekuni Bapak Jumiran sudah berakhir karena pada saat itu ketoprak sudah jarang diminati dan tergeser oleh hiburan lain seperti dangdut dan bioskop. Sehingga Bapak Jumiran beralih profesi sebagai pengrajin Tas, Topi, dan Rompi.
            Karena usahanya tidak begitu berhasil dan istrinya sudah sakit-sakitan, Bapak Jumiran lebih memilih meninggalkan keluarganya. Anak-anaknya ditinggalkan begitu saja, bahkan anak pertama dari Bapak Jumiran dan Ibu Salmi yaitu Ibu Teti yang merupakan ibu saya sendiri (penulis) sejak kecil hingga dewasa hidup bersama Ibu Suparmiatun yang merupakan anak Pertama Dari Ibu Salmi dan Bapak Supiran.








BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
                Ibu Salmi memiliki sepuluh orang anak dari tiga kali pernikahannya. Satu anak dari pernikahan pertama. Enam anak dari pernikahan kedua. Dan tiga anak dari pernikahan ketiga. Beliau beranggapan bahwa dengan adanya banyak anak di dalam keluarganya dapat menambah rejeki dan menambah perhatian serta tanggung jawab seorang suami pada keluarganya.
            Dalam perjalanan rumah tangganya, semua berakhir nyaris sama yang pada intinya sang suami pergi meninggalkan anak-anak dan istrinya tanpa tanggung jawab dan rasa bersalah. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa mempunyai banyak anak bukan merupakan jawaban untuk menambah keharmonisan keluarga.

  1. Saran
            Jalan hidup yang diambil oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu cara berfikir, keadaan yang mempersulit, dan cara pandang orang-orang pada masanya. Dari ringkasan jalan hidup seseorang kita dapat mengetahui kesalahan apa saja yang pernah dialami oleh orang tersebut dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut hingga kita bisa lebih mengenal dan menghargai jalan hidup yang diambil oleh orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar