SEJARAH
PERJALANAN HIDUP DAN PERMASLAHAN SOSIAL
DALAM KELUARGA BAPAK KATIRIN
MAKALAH
Untuk
memenuhi tugas matakuliah
Pengantar
Ilmu Sejarah
yang
dibina oleh Ibu Indah Wahyu P.U., S.Pd., S.Hum., M.Pd
Oleh
Mushaibah Trysna Windayu
130731616746
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
Desember 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
D. Metode
Sejarah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehidupan
keluarga Bapak Katirin dan Ibu Tumirah beserta anaknya
B. Permasalahan
yang muncul setelah pernikahan Bapak Edi Basuki dengan Ibu Karohmatin
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
RUJUKAN
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga batih atau nuclear family. Keluarga batih tersebut
merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak –
anaknya yang belum menikah . Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut
rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan
proses pergaulan hidup (Soekanto, 1990 : 1). Keluarga merupakan awal mula
kehidupan dimulai, pendidikan pertama di dapatkan dari nasihat – nasihat dalam
keluarga. Keluarga lah yang mengetahui semua hal bahkan yang terkecil dalam
kehidupan. Hanya keluarga yang tidak akan berpikir panjang untuk berkorban
dalam mengatasi rasa risau, gelisah dari permasalahan yang timbul, ketika
menelusuri jalan dunia yang selalu berputar. Keluarga memberikan kebahagiaan,
ketegaran, dorongan, dan menyebut nama kita dalam setiap doanya. Dimanapun kita
berada, keluarga akan selalu menyapa walaupun hanya sebatas rindu belaka.
Keluarga selalu memberikan kehangatan dengan senyuman dan obrolan ringan yang
penuh makna. Sadar maupun tidak semakin lama keluarga, akan menjadi semakin
bermakna, semakin memberikan arti, dan yang terpenting adalah semakin erat.
Terkadang memang ada masalah dalam keharmonisan keluarga. Namun semakin kita
memahami arti sebuah kata keluarga, maka akan semakin terenyuh dan semakin kita
berusaha sekuat tenaga untuk meredam amarah, karena sungguh dengan keluarga
yang kita miliki puing-puing semangat hidup ini akan menjadi mozaik-mozaik yang
terangkai, berkilauan, dan menjadi suatu penangkap cahaya kehidupan.
Keluarga
memiliki beberapa fungsi, baik yang kita sadari ataupun tidak. Antara lain
sebagai wadah atau tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana
anggota – anggota masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal,
memahami, mentaati dan menghargai nilai – nilai yang berlaku. Keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan – kebutuhan
ekonomis. Selain itu, keluarga merupakan tempat bagi anggota – anggotanya
mendapatkan perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.
Setiap
keluarga pasti mempunyai permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya. Dalam
masalah tersebut harus kita hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa
terselesaikan. Adanya saling bekerja sama dan rasa saling pengertian dalam
menghadapi masalah tersebut bisa dapat menjadi sebuah solusi. Maka dari itu
penulis membuat topik sejarah perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga
Bapak Katirin.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
perjalanan kehidupan keluarga bapak Katirin dengan ibu Tumirah beserta anaknya?
2. Apa
sajakah permasalahan yang muncul setelah ibu Karohmatin menikah dengan bapak
Edi Basuki?
C.
TUJUAN
1. Mendeskripsikan
perjalanan kehidupan keluarga bapak Katirin dengan ibu Tumirah beserta anaknya
2. Menganalisis
permasalahan yang muncul setelah pernikahan ibu Karohmatin dengan bapak Edi
Basuki
D.
METODE
Metode
sejarah adalah menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau. Berikut ini adalah tahapan – tahapan dari metode sejarah :
1. Pemilihan
Topik
Penulis memilih topik
yang berjudul sejarah perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga ibu
Karohmatin .Karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup dan
permasalahan yang pernah dihadapi atau dijalani oleh keluarga kecil tersebut.
Meskipun penulis tidak sepenuhnya menulis semua permasalahan tersebut karena
narasumber tidak ingin semua tahu tentang permasalahannya tersebut.
2. Heuristik
Penulis menggunakan
metode wawancara dengan Bapak Katirin dan Ibu Karohmatin serta anggota yang
lain untuk mengumpulkan data yang diinginkan penulis.
3. Kritik
Penulis
mengumpulkan data-data dari wawancara dengan
Bapak Katirin dan Ibu
Karohmatin serta anggota
keluarga lain. Hal ini untuk
membandingkan kisah perjalanan hidup yang dikemukakan oleh Bapak Katirin dan
Ibu Karohmatin sendiri dengan yang dikemukakan oleh anggota keluarga yang lain.
4. Interpretasi
Menurut penulis
permasalahan yang dihadapi oleh anak dari Bapak Katirin yakni Ibu Karohmatin
tergolong permasalahan yang jarang dialami oleh pasangan suami istri lain.
5. Historiografi
Pada bab 1 penulis
menjelaskan bagaimana kehidupan Bapak Katirin beserta anaknya dengan cara mengumpulkan
wawancara untuk memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan bab 2
menjelaskan bagaimana isi permasalahan hidup yang dijalani oleh Bapak Edi
Basuki serta Ibu Karohmatin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEHIDUPAN
KELUARGA BAPAK KATIRIN DAN IBU TUMIRAH BESERTA ANAKNYA
Lahir dari pasangan
Bapak Karnawi dengan Ibu Jirah yang memiliki pekerjaan keseharian sebagai
petani, Bapak Katirin sudah dilatih untuk hidup mandiri semenjak kecil. Setiap
hari beliau membantu pekerjaan orang tuanya di sawah sepulang dari sekolah.
Beliau hanya mampu menempuh pendidikan sampai dengan jenjang SD saja, karena
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi biaya yang diperlukan tidak
mampu untuk dipenuhi Bapak Karnawi. Bapak Katirin merupakan anak ketujuh dari
delapan bersaudara. Dari yang tertua bernama Kasinem, Mudji, Karsini, Kasidi,
Karno, Karmi, Katirin, dan yang terakhir bernama Musri. Dari delapan bersaudara
tersebut, hanya Ibu Karmi dan Bapak Katirin yang sampai sekarang dalam kondisi
sehat.
Pasangan hidup dari
Bapak Katirin yaitu Ibu Tumirah. Ibu Tumirah merupakan anak dari Bapak Sadja
dengan Ibu Mukitun. Sama halnya dengan suaminya, Ibu Tumirah lahir dari
pasangan yang kesehariannya bekerja sebagai petani. Pendidikan yang ditempuhnya
berakhir pada kelas 4 SD saja, karena oleh orangtuanya Ibu Tumirah dinikahkan
dengan Bapak Katirin. Pada masa itu, pernikahan dini memang lazim terjadi.
Penyebabnya adalah pandangan masyarakat bahwa seorang perempuan tidak perlu
menempuh pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya seorang perempuan dilahirkan
hanya untuk mengurusi keperluan rumah tangga saja.
Pada 7 Mei 1973,
lahirlah Sulistyani. Lis, panggilan akrabnya, merupakan anak pertama dari Bapak
Katirin dan Ibu Tumirah. Menempuh pendidikan sekolahnya sampai dengan SMA yang
dulunya bernama SMEA. Selang beberapa lama setelah lulus dari SMEA, Lis menikah
dengan Agus Riyadi. Agus adalah seorang pemuda asal Nganjuk yang bekerja
sebagai sopir. Dengan begitu, sebagai istri yang harus mengikuti imam dalam
kelurga, Lis meninggalkan orangtuanya di Tulungung dan tinggal menetap di
Nganjuk. Dari pernikahan tersebut melahirkan dua orang putra yaitu Sulaksono
Bagus Puryanto dan Bagas Ahmad Andriyano. Semula kehidupan keluarga ini sangat
harmonis dan penuh dengan kebahagiaan, namun semuanya berubah ketika Pak Agus terkena
penyakit Liver dan meninggal pada tahun 2007.
Pada 4 Desember 1975,
anak kedua dari Bapak Katirin dan Ibu Tumirah lahir. Anak tersebut diberi nama
Kharohmatin. Karena dalam pencatatan sipil pada saat pembuatan akta kelahiran
terjadi kesalahan pengetikan oleh petugas, nama Kharohmatin berubah menjadi
Karohmatin. Sehingga nama itulah yang sampai sekarang dikenal oleh kebanyakan
orang dan digunakan dalam segala urusan tentang surat menyurat yang formal.
Sama halnya dengan kakak perempuannya, Karohmatin menempuh pendidikan
terakhirnya pada jenjang SMEA. Pada usianya yang masih tergolong muda yakni 19
tahun, memutuskan untuk menikah dengan seorang pemuda bernama Edi Basuki yang
berasal dari desa yang sama pula. Dari pernikahan tersebut, melahirkan seorang
putri yang bernama Nushaibah Trysna Windayu pada 25 Maret 1995. Mengalami kisah
yang sama dengan sang ibu, terjadi kesalahan pengetikan juga pada akta
kelahirannya. Nama yang berkembang sekarang adalah Mushaibah Trysna Windayu.
Anak terakhir dari
pasangan Bapak Katirin dengan Ibu Tumirah adalah Agus Salim. Lahir pada 10
Agustus 1982. Hingga saat ini masih belum menikah, karena memilih untuk bekerja
ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia bidang pelayaran. Alasan lain
adalah Pak Salim berniat mengumpulkan modal terlebih dahulu untuk menikah nanti
dan berwirausaha di Indonesia jika sudah pulang kelak.
Dari gambaran tersebut
di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga Bapak Katirin ini merupakan keluarga
kecil karena hanya memiliki tiga orang anak saja. Padahal masyarakat kebanyakan
pada tahun – tahun tersebut berlomba – lomba untuk memiliki banyak anak ataupun
keturunan. Hal ini senada dengan ungkapan pepatah yang menyebutkan ‘’banyak
anak banyak rejeki.’’ Masyarakat pada saat itu sangat memegang erat pepatah ini
selain karena mindset mereka yang sulit diubah, belum adanya aturan dari
pemerintah untuk tidak memiliki anak lebih dari dua saja. Selain itu, nampak
bahwa hanya Karohmatin lah yang bertempat tinggal dekat dengan Bapak Katirin
dan Ibu Tumirah, sedangkan kedua anak yang lain jauh dari tanah kelahirannya.
B.
PERMASALAHAN
YANG MUNCUL SETELAH PERNIKAHAN BAPAK EDI BASUKI DENGAN IBU KAROHMATIN
Berawal dari perkenalan
pada waktu jenjang SMA dulu, Karohmatin mengenal sosok Edi Basuki. Keduanya
sering bertemu saat Tin, sapaan akrabnya, pulang sekolah dengan mengendarai
sepeda tua yang diberikan oleh ayahnya semasa SMP dulu. Karena seringnya mereka
bertemu mulailah muncul perasaan suka satu sama lain. Pada saat itu, tentu
kecanggihan tekonologi belum maju seperti saat ini, surat menyurat lah salah
satu alat komunikasi yang digunakan oleh Bapak Edi ketika sedang bekerja di
wilayah kabupaten lain. Merasa ada sebuah chemistry
antar keduanya, akhirnya pada 25 Mei 1994 memutuskan untuk mengukuhkan
cinta kasih mereka dalam sebuah ikatan pernikahan. Akad dilaksanakan di
kediaman rumah Bapak Katirin dengan dihadiri oleh teman sekolah Ibu Karohmatin,
kerabat, dan para tetanngga dekat rumah. Rona wajah kegembiraan sangat nampak
pada peristiwa tersebut.
Setiap pasangan yang
sudah menikah tentu selalu memimpikan suara tangisan bayi untuk menghiasi hari
– hari mereka. Begitu pula dengan pasangan Bapak Edi dengan Ibu Tin ini sangat
menantikan adanya seorang anak. Tidak perlu menunggu lama, Allah SWT
mengabulkan doa mereka untuk segera memiliki anak. Pada 25 Maret 1995 melalui
proses persalinan yang memerlukan waktu yang lama, lahirlah seorang bayi
perempuan berbobot 3,4 kg di Rumah Sakit Trisna Medika, Tulungagung. Seperti
yang sudah dijelaskan dalam uraian di atas, semula anak perempuan pertama
mereka ini diberi nama Nushaibah Trysna Windayu oleh karena terjadi suatu
kesalahan maka nama yang melekat pada dia sampai saat ini adalah Mushaibah
Tyrsna Windayu. Walaupun hanya berbeda huruf depan N dengan M saja, telah
menimbulkan konflik antara pihak keluarga dengan pihak kelurahan yang mencatat
akta kelahiran. Karena dari pihak keluarga tidak ingin memperpanjang konflik
yang terjadi, akhirnya dengan ikhlas nama anak perempuan pertama mereka tetap
sama dengan yang tertulis di dalam akta kelahiran.
Karena tuntutan
ekonomi, Pak Edi memutuskan untuk bekerja ke luar negeri pada saat Mushaibah
duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Awalnya kepergian Pak Edi ini tidak menimbulkan
persoalan, menginjak tahun ketiga kepergiannya mulai muncul persoalan –
persoalan internal dalam keluarga ini. Pak Edi tiba – tiba menghilang dan tidak
meninggalkan kabar ataupun nomor telepon untuk dihubungi. Ibu Tin pun mulai
geram dan berputus asa ditinggal oleh suaminya. Ibu Tin mencoba sabar dan tabah
menghadapi persoalan ini semua.
Hingga pada puncaknya
pada tahun 2009, ibu Tin menggugat cerai pak Edi secara sepihak. Berdasarkan
keputusan Pengadilan Agama kabupaten Tulungagung, keputusan cerai resmi
dikeluarkan pada 27 Agustus 2009. Kabar ini membuat hati anaknya, Mushaibah
terkejut dan sedih hingga membuat nilai akademisnya sempat menurun. Walaupun
demikian, ibu Tin tetap memberi semangat kepada anaknya untuk terus menatap
masa depan yang lebih baik lagi walaupun tanpa adanya sosok ayah sebagai imam
keluarga.
Setelah beberapa tahun
menghilang, pak Edi muncul dengan menghubungi ibu Tin dan menjelaskan kenapa
dia tiba – tiba menghilang dan tidak meninggalkan kabar. Alasannya adalah pak
Edi terjaring razia oleh kepolisian Malaysia karena tidak memiliki dokumen
resmi dan lengkap sehingga di masukkan kedalam penjara selama beberapa tahun.
Namun keputusan yang telah dibuat oleh ibu Tin untuk bercerai sudah tidak dapat
diubah lagi. Pak Edi sempat marah dan kecewa, tetapi lambat laun karena diberi
pengertian oleh anaknya, pak Edi mulai bisa untuk menerima keadaan ini.
Selang beberapa tahun
hidup menjanda, ibu Tin memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang Pegawai
Negeri Sipil bernama Sigit Budi Santoso. Pernikahan dilaksanakan juga di
kediaman bapak Katirin pada 27 Pebruari 2012. Dari hasil pernikahan keduanya
ini, ibu Tin mempunyai seorang anak laki – laki bernama Abduloh Al Mu’tashim
yang lahir pada 14 Mei 2013. Sedangkan pak Edi sendiri sampai makalah ini
ditulis, belum memustuskan untuk membina rumah tangga kembali dan sekarang
telah berkewarganegaraan Malaysia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kehidupan
manusia tidak mungkin statis. Selalu ada masalah ataupun persoalan yang membuat
seseorang kuat dalam menjalani lika – liku peristiwa yang dialami. Begitu pula
dengan keluarga, keluarga merupakan suatu sistem sosial yang paling dekat
dengan kita dan persoalan – persoalan yang ada didalamnya tidak mungkin bisa
dihindari. Pak Edi dan ibu Tin mencoba untuk tetap tegar, sabar, dan ikhlas
untuk menghadapinya.
B.
SARAN
Mengeluh
tidak akan menyelesaikan persoalan. Sebaiknya dalam menghadapi persoalan,kita
harus lebih berpikir orientasi kedepan dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar senantiasa diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan
segala persoalan yang ada dalam kehidupan keluarga.
DAFTAR RUJUKAN
Ihromi, T. 1999. Bunga Rampai Sosiologi
Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Soekanto,
S. 1990. Sosiologi Keluarga Tentang
Ikhwal Keluarga Remaja Dan Anak. Jakarta : Rineka Cipta
LAMPIRAN
·
Foto Bapak Katirin
dengan Ibu Tumirah
·
Foto pernikahan Bapak
Edi Basuki dengan Ibu Karohmatin
·
Foto Sulistyani beserta
anaknya
·
Foto Agus Salim
·
Akta Kelahiran
Mushaibah Trysna Windayu
·
Foto Mushaibah Trysna
Windayu waktu kecil
Bet on Horse Racing - Mapyro
BalasHapusResults 1 - 20 of 공주 출장마사지 8390 — Bet 천안 출장샵 on Horse Racing from Mapyro. Find your 거제 출장안마 way around the casino, race, game 광주 출장샵 room, restaurants, 김제 출장안마 hotels,