Selasa, 10 Desember 2013

Mushaibah Trysna Windayu



SEJARAH PERJALANAN HIDUP DAN PERMASLAHAN SOSIAL
 DALAM KELUARGA BAPAK KATIRIN



MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu P.U., S.Pd., S.Hum., M.Pd






Oleh
Mushaibah Trysna Windayu
130731616746






 

















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
D.    Metode Sejarah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kehidupan keluarga Bapak Katirin dan Ibu Tumirah beserta anaknya
B.     Permasalahan yang muncul setelah pernikahan Bapak Edi Basuki dengan Ibu Karohmatin
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN                                                                                                              

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga batih atau nuclear family. Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak – anaknya yang belum menikah . Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup (Soekanto, 1990 : 1). Keluarga merupakan awal mula kehidupan dimulai, pendidikan pertama di dapatkan dari nasihat – nasihat dalam keluarga. Keluarga lah yang mengetahui semua hal bahkan yang terkecil dalam kehidupan. Hanya keluarga yang tidak akan berpikir panjang untuk berkorban dalam mengatasi rasa risau, gelisah dari permasalahan yang timbul, ketika menelusuri jalan dunia yang selalu berputar. Keluarga memberikan kebahagiaan, ketegaran, dorongan, dan menyebut nama kita dalam setiap doanya. Dimanapun kita berada, keluarga akan selalu menyapa walaupun hanya sebatas rindu belaka. Keluarga selalu memberikan kehangatan dengan senyuman dan obrolan ringan yang penuh makna. Sadar maupun tidak semakin lama keluarga, akan menjadi semakin bermakna, semakin memberikan arti, dan yang terpenting adalah semakin erat. Terkadang memang ada masalah dalam keharmonisan keluarga. Namun semakin kita memahami arti sebuah kata keluarga, maka akan semakin terenyuh dan semakin kita berusaha sekuat tenaga untuk meredam amarah, karena sungguh dengan keluarga yang kita miliki puing-puing semangat hidup ini akan menjadi mozaik-mozaik yang terangkai, berkilauan, dan menjadi suatu penangkap cahaya kehidupan.
Keluarga memiliki beberapa fungsi, baik yang kita sadari ataupun tidak. Antara lain sebagai wadah atau tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana anggota – anggota masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai nilai – nilai yang berlaku. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan – kebutuhan ekonomis. Selain itu, keluarga merupakan tempat bagi anggota – anggotanya mendapatkan perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.
Setiap keluarga pasti mempunyai permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya. Dalam masalah tersebut harus kita hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa terselesaikan. Adanya saling bekerja sama dan rasa saling pengertian dalam menghadapi masalah tersebut bisa dapat menjadi sebuah solusi. Maka dari itu penulis membuat topik sejarah perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga Bapak Katirin.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah perjalanan kehidupan keluarga bapak Katirin dengan ibu Tumirah beserta anaknya?
2.      Apa sajakah permasalahan yang muncul setelah ibu Karohmatin menikah dengan bapak Edi Basuki?
C.    TUJUAN
1.      Mendeskripsikan perjalanan kehidupan keluarga bapak Katirin dengan ibu Tumirah beserta anaknya
2.      Menganalisis permasalahan yang muncul setelah pernikahan ibu Karohmatin dengan bapak Edi Basuki
D.    METODE
Metode sejarah adalah menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Berikut ini adalah tahapan – tahapan dari metode sejarah :
1.      Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul sejarah perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga ibu Karohmatin .Karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup dan permasalahan yang pernah dihadapi atau dijalani oleh keluarga kecil tersebut. Meskipun penulis tidak sepenuhnya menulis semua permasalahan tersebut karena narasumber tidak ingin semua tahu tentang permasalahannya tersebut.
2.      Heuristik
Penulis menggunakan metode wawancara dengan Bapak Katirin dan Ibu Karohmatin serta anggota yang lain untuk mengumpulkan data yang diinginkan penulis.
3.      Kritik
Penulis mengumpulkan data-data dari wawancara dengan Bapak Katirin dan Ibu Karohmatin serta anggota keluarga lain. Hal ini untuk membandingkan kisah perjalanan hidup yang dikemukakan oleh Bapak Katirin dan Ibu Karohmatin sendiri dengan yang dikemukakan oleh anggota keluarga yang lain.
4.      Interpretasi
Menurut penulis permasalahan yang dihadapi oleh anak dari Bapak Katirin yakni Ibu Karohmatin tergolong permasalahan yang jarang dialami oleh pasangan suami istri lain.
5.      Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan bagaimana kehidupan Bapak Katirin beserta anaknya dengan cara mengumpulkan wawancara untuk memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi permasalahan hidup yang dijalani oleh Bapak Edi Basuki serta Ibu Karohmatin.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    KEHIDUPAN KELUARGA BAPAK KATIRIN DAN IBU TUMIRAH BESERTA ANAKNYA
Lahir dari pasangan Bapak Karnawi dengan Ibu Jirah yang memiliki pekerjaan keseharian sebagai petani, Bapak Katirin sudah dilatih untuk hidup mandiri semenjak kecil. Setiap hari beliau membantu pekerjaan orang tuanya di sawah sepulang dari sekolah. Beliau hanya mampu menempuh pendidikan sampai dengan jenjang SD saja, karena untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi biaya yang diperlukan tidak mampu untuk dipenuhi Bapak Karnawi. Bapak Katirin merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Dari yang tertua bernama Kasinem, Mudji, Karsini, Kasidi, Karno, Karmi, Katirin, dan yang terakhir bernama Musri. Dari delapan bersaudara tersebut, hanya Ibu Karmi dan Bapak Katirin yang sampai sekarang dalam kondisi sehat.
Pasangan hidup dari Bapak Katirin yaitu Ibu Tumirah. Ibu Tumirah merupakan anak dari Bapak Sadja dengan Ibu Mukitun. Sama halnya dengan suaminya, Ibu Tumirah lahir dari pasangan yang kesehariannya bekerja sebagai petani. Pendidikan yang ditempuhnya berakhir pada kelas 4 SD saja, karena oleh orangtuanya Ibu Tumirah dinikahkan dengan Bapak Katirin. Pada masa itu, pernikahan dini memang lazim terjadi. Penyebabnya adalah pandangan masyarakat bahwa seorang perempuan tidak perlu menempuh pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya seorang perempuan dilahirkan hanya untuk mengurusi keperluan rumah tangga saja.
Pada 7 Mei 1973, lahirlah Sulistyani. Lis, panggilan akrabnya, merupakan anak pertama dari Bapak Katirin dan Ibu Tumirah. Menempuh pendidikan sekolahnya sampai dengan SMA yang dulunya bernama SMEA. Selang beberapa lama setelah lulus dari SMEA, Lis menikah dengan Agus Riyadi. Agus adalah seorang pemuda asal Nganjuk yang bekerja sebagai sopir. Dengan begitu, sebagai istri yang harus mengikuti imam dalam kelurga, Lis meninggalkan orangtuanya di Tulungung dan tinggal menetap di Nganjuk. Dari pernikahan tersebut melahirkan dua orang putra yaitu Sulaksono Bagus Puryanto dan Bagas Ahmad Andriyano. Semula kehidupan keluarga ini sangat harmonis dan penuh dengan kebahagiaan, namun semuanya berubah ketika Pak Agus terkena penyakit Liver dan meninggal pada tahun 2007.
Pada 4 Desember 1975, anak kedua dari Bapak Katirin dan Ibu Tumirah lahir. Anak tersebut diberi nama Kharohmatin. Karena dalam pencatatan sipil pada saat pembuatan akta kelahiran terjadi kesalahan pengetikan oleh petugas, nama Kharohmatin berubah menjadi Karohmatin. Sehingga nama itulah yang sampai sekarang dikenal oleh kebanyakan orang dan digunakan dalam segala urusan tentang surat menyurat yang formal. Sama halnya dengan kakak perempuannya, Karohmatin menempuh pendidikan terakhirnya pada jenjang SMEA. Pada usianya yang masih tergolong muda yakni 19 tahun, memutuskan untuk menikah dengan seorang pemuda bernama Edi Basuki yang berasal dari desa yang sama pula. Dari pernikahan tersebut, melahirkan seorang putri yang bernama Nushaibah Trysna Windayu pada 25 Maret 1995. Mengalami kisah yang sama dengan sang ibu, terjadi kesalahan pengetikan juga pada akta kelahirannya. Nama yang berkembang sekarang adalah Mushaibah Trysna Windayu.
Anak terakhir dari pasangan Bapak Katirin dengan Ibu Tumirah adalah Agus Salim. Lahir pada 10 Agustus 1982. Hingga saat ini masih belum menikah, karena memilih untuk bekerja ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia bidang pelayaran. Alasan lain adalah Pak Salim berniat mengumpulkan modal terlebih dahulu untuk menikah nanti dan berwirausaha di Indonesia jika sudah pulang kelak.
Dari gambaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga Bapak Katirin ini merupakan keluarga kecil karena hanya memiliki tiga orang anak saja. Padahal masyarakat kebanyakan pada tahun – tahun tersebut berlomba – lomba untuk memiliki banyak anak ataupun keturunan. Hal ini senada dengan ungkapan pepatah yang menyebutkan ‘’banyak anak banyak rejeki.’’ Masyarakat pada saat itu sangat memegang erat pepatah ini selain karena mindset mereka yang sulit diubah, belum adanya aturan dari pemerintah untuk tidak memiliki anak lebih dari dua saja. Selain itu, nampak bahwa hanya Karohmatin lah yang bertempat tinggal dekat dengan Bapak Katirin dan Ibu Tumirah, sedangkan kedua anak yang lain jauh dari tanah kelahirannya.

B.     PERMASALAHAN YANG MUNCUL SETELAH PERNIKAHAN BAPAK EDI BASUKI DENGAN IBU KAROHMATIN

Berawal dari perkenalan pada waktu jenjang SMA dulu, Karohmatin mengenal sosok Edi Basuki. Keduanya sering bertemu saat Tin, sapaan akrabnya, pulang sekolah dengan mengendarai sepeda tua yang diberikan oleh ayahnya semasa SMP dulu. Karena seringnya mereka bertemu mulailah muncul perasaan suka satu sama lain. Pada saat itu, tentu kecanggihan tekonologi belum maju seperti saat ini, surat menyurat lah salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh Bapak Edi ketika sedang bekerja di wilayah kabupaten lain. Merasa ada sebuah chemistry antar keduanya, akhirnya pada 25 Mei 1994 memutuskan untuk mengukuhkan cinta kasih mereka dalam sebuah ikatan pernikahan. Akad dilaksanakan di kediaman rumah Bapak Katirin dengan dihadiri oleh teman sekolah Ibu Karohmatin, kerabat, dan para tetanngga dekat rumah. Rona wajah kegembiraan sangat nampak pada peristiwa tersebut.
Setiap pasangan yang sudah menikah tentu selalu memimpikan suara tangisan bayi untuk menghiasi hari – hari mereka. Begitu pula dengan pasangan Bapak Edi dengan Ibu Tin ini sangat menantikan adanya seorang anak. Tidak perlu menunggu lama, Allah SWT mengabulkan doa mereka untuk segera memiliki anak. Pada 25 Maret 1995 melalui proses persalinan yang memerlukan waktu yang lama, lahirlah seorang bayi perempuan berbobot 3,4 kg di Rumah Sakit Trisna Medika, Tulungagung. Seperti yang sudah dijelaskan dalam uraian di atas, semula anak perempuan pertama mereka ini diberi nama Nushaibah Trysna Windayu oleh karena terjadi suatu kesalahan maka nama yang melekat pada dia sampai saat ini adalah Mushaibah Tyrsna Windayu. Walaupun hanya berbeda huruf depan N dengan M saja, telah menimbulkan konflik antara pihak keluarga dengan pihak kelurahan yang mencatat akta kelahiran. Karena dari pihak keluarga tidak ingin memperpanjang konflik yang terjadi, akhirnya dengan ikhlas nama anak perempuan pertama mereka tetap sama dengan yang tertulis di dalam akta kelahiran.
Karena tuntutan ekonomi, Pak Edi memutuskan untuk bekerja ke luar negeri pada saat Mushaibah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Awalnya kepergian Pak Edi ini tidak menimbulkan persoalan, menginjak tahun ketiga kepergiannya mulai muncul persoalan – persoalan internal dalam keluarga ini. Pak Edi tiba – tiba menghilang dan tidak meninggalkan kabar ataupun nomor telepon untuk dihubungi. Ibu Tin pun mulai geram dan berputus asa ditinggal oleh suaminya. Ibu Tin mencoba sabar dan tabah menghadapi persoalan ini semua.
Hingga pada puncaknya pada tahun 2009, ibu Tin menggugat cerai pak Edi secara sepihak. Berdasarkan keputusan Pengadilan Agama kabupaten Tulungagung, keputusan cerai resmi dikeluarkan pada 27 Agustus 2009. Kabar ini membuat hati anaknya, Mushaibah terkejut dan sedih hingga membuat nilai akademisnya sempat menurun. Walaupun demikian, ibu Tin tetap memberi semangat kepada anaknya untuk terus menatap masa depan yang lebih baik lagi walaupun tanpa adanya sosok ayah sebagai imam keluarga.
Setelah beberapa tahun menghilang, pak Edi muncul dengan menghubungi ibu Tin dan menjelaskan kenapa dia tiba – tiba menghilang dan tidak meninggalkan kabar. Alasannya adalah pak Edi terjaring razia oleh kepolisian Malaysia karena tidak memiliki dokumen resmi dan lengkap sehingga di masukkan kedalam penjara selama beberapa tahun. Namun keputusan yang telah dibuat oleh ibu Tin untuk bercerai sudah tidak dapat diubah lagi. Pak Edi sempat marah dan kecewa, tetapi lambat laun karena diberi pengertian oleh anaknya, pak Edi mulai bisa untuk menerima keadaan ini.
Selang beberapa tahun hidup menjanda, ibu Tin memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang Pegawai Negeri Sipil bernama Sigit Budi Santoso. Pernikahan dilaksanakan juga di kediaman bapak Katirin pada 27 Pebruari 2012. Dari hasil pernikahan keduanya ini, ibu Tin mempunyai seorang anak laki – laki bernama Abduloh Al Mu’tashim yang lahir pada 14 Mei 2013. Sedangkan pak Edi sendiri sampai makalah ini ditulis, belum memustuskan untuk membina rumah tangga kembali dan sekarang telah berkewarganegaraan Malaysia.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kehidupan manusia tidak mungkin statis. Selalu ada masalah ataupun persoalan yang membuat seseorang kuat dalam menjalani lika – liku peristiwa yang dialami. Begitu pula dengan keluarga, keluarga merupakan suatu sistem sosial yang paling dekat dengan kita dan persoalan – persoalan yang ada didalamnya tidak mungkin bisa dihindari. Pak Edi dan ibu Tin mencoba untuk tetap tegar, sabar, dan ikhlas untuk menghadapinya.

B.     SARAN
Mengeluh tidak akan menyelesaikan persoalan. Sebaiknya dalam menghadapi persoalan,kita harus lebih berpikir orientasi kedepan dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar senantiasa diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada dalam kehidupan keluarga.

DAFTAR RUJUKAN

Ihromi, T. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Soekanto, S. 1990. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga Remaja Dan Anak. Jakarta : Rineka Cipta


LAMPIRAN
·         Foto Bapak Katirin dengan Ibu Tumirah
·         Foto pernikahan Bapak Edi Basuki dengan Ibu Karohmatin
·         Foto Sulistyani beserta anaknya

·         Foto Agus Salim
·         Akta Kelahiran Mushaibah Trysna Windayu
·         Foto Mushaibah Trysna Windayu waktu kecil


1 komentar:

  1. Bet on Horse Racing - Mapyro
    Results 1 - 20 of 공주 출장마사지 8390 — Bet 천안 출장샵 on Horse Racing from Mapyro. Find your 거제 출장안마 way around the casino, race, game 광주 출장샵 room, restaurants, 김제 출장안마 hotels,

    BalasHapus