Selasa, 10 Desember 2013

Fahad Akbar



PERJALANAN HIDUP KELUARGA BAPAK FAISOL AKBAR
SELAMA MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA
DI ARAB SAUDI




MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu P. U., S.Pd., S.Hum., M.Pd




Oleh

Fahad Akbar
130731615707























UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
Desember 2013

KATA PENGANTAR
Di dalam kelompok masyarakat, unit bagian terkecil adalah keluarga. Setiap keluarga memiliki kehidupan masing-masing yang akan diperjuangkan untuk mencapai tujuan dan cita-cita keluarga. Keluarga yang ingin mencapai tujuannya harus melalui berbagai rangkaian masalah kehidupan dalam waktu dan ruang tertentu. Rangkaian tersebut merupakan sebuah proses yang harus dijalankan oleh setiap keluarga. Di dalam sebuah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Mereka memiliki tugas masing-masing yang harus dijalankan dalam keluarga untuk mencapai kenyamana dan ketentraman hidup sesuai dengan aturan-aturan dalam keluarga dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Setiap keluarga memiliki kisah kehidupan yang berbeda-beda. walaupun ada yang sama, itu hanya sebuah kemiripan kisah kehidupan. Sebab aspek temporal, spasial, dan manusianya berbeda. Sebuah keluaga terbentuk tidak secara langsung dan terjadi seperti air mengalir. Terbentuknya keluarga pasti memiliki berbagai cara untuk mempersatukan sebuah ikatan keluarga. Berawal dari sebuah pertemuan di suatu tempat atau sebuah acara, kemudian saling berbicara sampai menemukan kecocokan diantara kedua belah pihak dalam jangka waktu tertentu, dan akhirnya mereka memiliki kesepakatan untuk melanjutkan kehidupannya dalam ikatan perkawinan dan merasa siap apapun yang terjadi dalam membangun kehidupan rumah tangga baik secara mental maupun fisik.
Semoga dengan penulisan sejarah atau historiografi tentang Perjalanan Hidup Keluarga Bapak Faisol Akbar Selama Menjadi Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Untuk Penulis pribadi dengan makalah yang bertemakan historiografi keluarga dapat berguna nantinya untuk penulisan historiografi sejarah yang lebih luas.

Malang, 1 Desember 2013


Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................  i

DAFTAR ISI .....................................................................................................  ii

BAB I   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ..............................................................................................  1
1.2  Rumusan Masalah .........................................................................................  2
1.3  Tujuan ...........................................................................................................  2
1.4  Metode ..........................................................................................................  2

BAB II  PEMBAHASAN
2.1 Perjalanan Hidup Selama Menjadi TKI di Arab Saudi ................................  5
2.2 Kehidupan Sosial dan Ekonomi Selama Menjadi TKI .................................  9

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................  12
3.2 Saran ............................................................................................................  12

DAFTAR RUJUKAN .....................................................................................  13















BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Perjalanan hidup manusia ditempuh dengan berbagai cara untuk mewujudkan tujuan yang ingin diraihnya. Terutama di saat kita sudah berusia produktif dimana setiap manusia pada masa-masa ini baik itu laki-laki maupun perempuan harus memikirkan langkah-langkah yang harus dilakukan demi masa depan yang lebih baik. Tidak ada manusia yang tidak ingin berhasil dalam hidupnya. Keinginan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain berbeda. Cara untuk meraih tujuan tersebut membutuhkan sebuah perjuangan hidup yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang relatif lama.
Perjuangan hidup manusia dilakukan dengan berbagai cara, baik itu dengan cara yang baik maupun dengan cara yang tidak baik. Seperti halnya dalam makalah ini tentang perjalanan hidup sebuah keluarga yang ingin menempuh keberhasilan yang diinginkan melalui cara yang baik dan tidak melanggar aturan agama, norma-norma, dan nilai-nilai kehidupan masyarakat sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timur Tengah, Taiwan, Australia dan Amerika Serikat) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.
Penulis mengetahui hal ini karena tertarik dengan perjalanan hidup Keluarga Bapak Faisol Akbar untuk menempuh hidupnya dengan semangat yang tinggi dan bersungguh-sungguh tanpa mengeluh sedikitpun. Walaupun dari latar belakang keluarga perekonomian lemah serta memiliki saudara delapan tidak memudarkan semangatnya yang tinggi untuk mencari pekerjaan demi tujuan yang ingin diraihnya untuk hidup ini. Penulis juga tertarik terhadap perjalanan hidup Bapak Faisol Akbar sebelum bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Pada saat itu setelah lulus dari SMP bekerja sebagai pendamping sopir untuk mengumpulkan uang pergi ke Jakarta. Di Jakarta Bapak Faisol Akbar bekerja

sebagai pemulung besi bekas selama empat tahun, kemudian setelah uang terkumpul pergi ke Arab Saudi untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Sedangkan istrinya sebelum menikah dengan Bapak Faisol Akbar juga memiliki latar belakang keluarga yang perekonomian rendah dan juga memiliki saudara delapan. Setelah lulus dari SMP langsung ikut salah satu saudaranya ke Kota Malang. Kemudian berangkat ke Arab Saudi menjadi Tenaga Kerja Wanita tanpa rasa takut demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari berbagai pengetahuan Penulis terhadap Keluarga Bapak Faisol Akbar hanya satu yang paling menarik, yakni perjalanan hidup selama menjadi Tenaga Kerja di Arab Saudi. Jika hanya membicarakan perjalanan hidup selama menjadi keluarga secara umum masih terlalu luas. Oleh karena itu, Penulis mengidentifikasi keluarga Bapak Faisol Akbar selama menjadi Tenaga Kerja Indonesia baik sebelum berumah tangga maupun sesudah berumah tangga.

1.2  Rumusan  Masalah
1.2.1        Bagaimana sejarahnya keluarga Bapak Faisol Akbar selama menjadi      Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi sebelum berumah tangga? 
1.2.2        Bagaimana keadaan sosial dan ekonomi keluarga Bapak Faisol Akbar saat menjadi Tenaga Kerja Indoneisa (TKI)?

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk menjelaskan sejarahnya keluarga Bapak Faisol Akbar selama menjadi Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi sebelum berumah tangga.
1.3.2        Untuk menjelaskan keadaan sosial dan ekonomi keluarga Bapak Faisol Akbar saat menjadi Tenaga Kerja Indoneisa (TKI)

1.4  Metode
Penulis menggunakan metode yang biasa diterapkan oleh sejarawan dalam memperoleh sumber-sumber informasi. Metode tersebut dapat dilakukan dengan empat langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi (Abdillah, 2012:29-30).

1.4.1        Pemilihan Topik
Penulis memilih topik tentang Perjalanan Hidup Keluarga Bapak Faisol Akbar Selama Menjadi Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi. Hal ini disebabkan  penulis sangat tertarik ingin mengetahui perjuangan hidup selama menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Tidak semua orang mengetahui bagaimana caranya mengubah nasib lebih baik dengan cara yang benar dan tidak merugikan orang lain. Selain itu latar belakang  perekonomian keluarga bapak Faisol Akbar pada saat itu tergolong miskin. Dengan usaha yang gigih dan tidak mengenal lelah serta terus berdoa sehingga keluarga bapak Faisol Akbar dapat mengubah nasibnya lebih baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui sejarah perjalanan hidup selama menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi dengan menggunakan metode sejarah.
1.4.2        Heuristik
Dalam metode sejarah, langkah pertama adalah heuristik. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber. Tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu baru menemukan. Oleh karena itu, penulis dalam mengumpulkan informasi langsung dari keluarga bapak Faisol Akbar dengan teknik wawancara mengenai perjalanan hidup selama menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sedangkan mengenai kehidupan sosial dan ekonomi pada saat keluarga bapak Faisol Akbar menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan menggunakan teknik wawancara dan mencari di internet sebagai bahan pembandingan dan bisa mengetahui perbedaannya.
1.4.3        Kritik/verifikasi
Penulis akan menyeleksi sumber informasi yang didapatkan dari wawancara. Sebab informasi yang ada belum tentu benar, perlu dilakukan langkah kedua yaitu, kritik/verifikasi. pada data yang ada di penulis, ada hal yang masih perlu dikritik pada keluarga bapak Faisol Akbar terutama dalam hal pergantian majikan (orang atau organisasi yg menyediakan pekerjaan untuk orang lain berdasarkan ikatan kontrak). Sedangkan informasi tentang keadaan sosial dan ekonomi juga akan dikritik melalui perbandingan antara informasi dari Bapak Faisol Akbar dengan informasi di internet. Sehingga data yang diperoleh tersebut akan menjadi fakta, yaitu bahan yang sudah lulus diuji dengan kritik.
1.4.4        Interpretasi
Jika menurut penulis perpindahan majikan yang dilakukan oleh keluarga bapak Faisol Akbar disebabkan oleh perselisihan antar tenaga kerja atau bisa jadi kemungkinan ketidaknyamanan perlakuan majikan terhadap tenaga kerja.
1.4.5        Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan bagaimana cara mencari informasi dengan cara mengumpulkan wawancara dan mengumpulkan data dari internet yang dapat memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi dari perjalanan hidup keluarga Bapak Faisol Akbar selama menjadi Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi dan keadaan sosial, ekonomi, dan budaya di Arab Saudi pada saat keluarga bapak Faisol Akbar menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Gottschalk(Notosusanto, 1975:32) menyatakan “dengan mempergunakan metode sejarah dan historiografi, sejarawan dapat merekontruksi sebanyak-banyaknya daripada masalampau manusia”.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perjalanan Hidup Selama Menjadi TKI di Arab Saudi
2.1.1 Sebelum Menikah
Keluarga bapak Faisol Akbar adalah keluarga kecil yang sangat gigih dalam memperjuangkan hidup demi mengubah nasib serta tujuan yang ingin diraihnya. Bapak Faisol Akbar lahir di Bangkalan pada tanggal 30 Juni 1969 sedangkan istrinya yang bernama Anis Sa’ah lahir di Malang pada tanggal 6 Februari 1973. Mereka bertemu di Arab Saudi dimana pada saat itu bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Bapak Faisol Akbar pertama kali ke Arab Saudi pada tahun 1991 melalui PT AMIRA PRIMA di Jakarta. Bapak Faisol Akbar berangkat dari Jakarta sebab pada saat itu bekerja sebagai pemulung besi bekas untuk mengumpulkan uang untuk menjadi TKI ke Arab Saudi.
Dengan terkumpulnya uang atas usahanya tersebut Bapak Faisol Akbar berangkat ke Arab Saudi sebagai TKI pada usia masih 22 tahun. Menjadi TKI di Arab Saudi merupakan tujuan utama untuk mengisi waktu kosong pada saat itu dan ingin mengadu nasib agar bisa mengubah kehidupan ekonominya yang lebih baik. Selain itu, Bapak Faisol Akbar memiliki keinginan terpendam bekerja di Arab Saudi menjadi TKI. Keinginan tersebut adalah keinginan untuk menunaikan ibadah haji yang merupakan rukun islam yang kelima.
Pada saat di Arab Saudi untuk kedatangan pertama kalinya pada tahun 1991 Bapak Faisol Akbar memiliki kesulitan dalam beradaptasi. Kesulitan yang pertama adalah makanan, berbeda dengan Indonesia. Jika di Indonesia, misalnya lauk pauknya berupa potongan-potongan badan ayam yang disajikan tiap orang sedangkan di Arab Saudi bentuk lauk pauknya satu badan ayam tiap orangnya. Kesulitan yang kedua, menggunakan bahasa arab. Dan kesulitan yang ketiga

adalah disaat mengemudi mobil, jika di Indonesia setir mobil ada di sebelah kanan sedangkan di Arab Saudi berada di sebelah kiri.
Majikan pertamanya pada saat itu bernama Sholeh Mohammad Ali Al Quraisyi di Kota Makkah dengan gaji sebesar 800—1200 riyal.
Sedangkan Ibu Anis Sa’ah berangkat ke Arab Saudi untuk pertama kalinya pada tahun 1989 melalui PT Afco Jaya Manunggal di Malang. Ibu Anis Sa’ah mencoba memberanikan diri meninggalkan kampung halaman, pada saat itu berumur 17 tahun dimana kehidupan orang tua sangat kesulitan ekonomi. Oleh karena itu, Ibu Anis Sa’ah mendaftarkan diri di kantor pemberangkatan tenaga kerja ke luar negeri yaitu Uni Amirat Arab.
Di PT Afco Jaya Manunggal selama tiga bulan untuk proses surat—menyurat dan paspor, setelah selesai diproses Ibu Anis Sa’ah meninggalkan Indonesia pada tanggal 28 Desember 1989. Kebetulan terpilih visa ke Kota Makkah, Arab Saudi sebagai cleaning servis di salon wanita. Majikan yang pertama bernama Mohammad Al Habshi dengan gaji sebesar 600 riyal. Pada saat mulai bekerja mencoba beradaptasi menghadapi majikan dari masalah, bahasa, dan makanan. Dan ada hal kesulitan yang dihadapi oleh Ibu Anis Sa’ah seperti bertemu sesama tenaga kerja, sangat dilarang karena majikannya penuh kecurigaan dan akhirnya Ibu Anis Sa’ah meninggalkan tepat kerja dan pindah majikan. Akhirnya majikan yang kedua memiliki sifat yang baik dan bekerja sampai tahun 1992. Nama majikannya adalah Mohammad Al Zahri dengan gaji sebesar 800 riyal.
Pada tahun 1992, Bapak Faisol Akbar dan Ibu Anis Sa’ah menikah di kota Makkah. Ada hal yang masih dipertanyakan terhadap pertemuan mereka. Padahal mereka bukanlah bekerja dalam satu majikan. Jika dilihat dari sepengetahuan kita, mungkin mereka bertemu di suatu tempat secara kebetulan dan merasa nyaman kemudian nikah, akan tetapi pernikahannya tidak perlu berlangsung di Arab Saudi melainkan bisa ditunda dan bisa diganti hari pada saat kembali ke tanah air. Setelah mencari tahu salah satu saudara dari keluarga Bapak Faisol Akbar, akhirnya salah satu dari saudara Ibu Anis Sa’ah menjelaskan pertemuan tersebut bahwa Ibu Anis Sa’ah bertemu dengan Bapak Faisol Akbar diawali dari sebuah insiden perkosaan yang akan dilakukan majikannya, kemudian Ibu Anis Sa’ah melompat melalui jendela untuk menyelamatkan diri. Ternyata Ibu Anis Sa’ah terjatuh ditempat majikannya Bapak Faisol Akbar. Dalam pernyataan ini masih terdapat kejanggalan terhadap majikan Ibu Anis Sa’ah, dimana memiliki sifat baik. Kemungkinan yang ingin melakukan perkosaan tersebut bukan majikan asli melainkan salah satu keluarga majikan tersebut. Hal menarik yang lain adalah pernikahan yang dilakukan di Makkah, dari informasi yang didapat bahwa mereka melangsungkan pernikahan tanpa persetujuan atau sepengetahuan orang tua kedua belah pihak. Kemungkinan yang pertama adalah Bapak Faisol Akbar merasa tertarik dan memilih prinsip, waktu yang tepat untuk menikah, yang kedua adalah ingin melindungi Ibu Anis Sa’ah dari majikan yang sebelumnya sebab dari jatuhnya Ibu Anis Sa’ah kemungkinan besar tidak jauh dari tempat majikan Bapak Faisol Akbar, dan yang ketiga adalah hubungan asmara antara Ibu Anis Sa’ah dengan kekasihnya yang disebabkan tidak setujunya orang tua dari kekasih Ibu Anis Sa’ah. Hal ini sampai terjadi pertengkaran antara Bapak Faisol Akbar dengan mantan kekasih Ibu Anis Sa’ah karena laki-laki tersebut tidak ingin melepas kepergian Ibu Anis Sa’ah sedangkan Bapak Faisol Akbar ingin mempertahankan wanita yang dicintainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernikahan yang dilakukan di Makkah disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, dengan melakukan pernikahan tersebut, maka kemungkinan dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi Bapak Faisol Akbar dan Ibu Anis Sa’ah.

2.1.2 Setelah Menikah
Pada tahun 1992, Bapak Faisol Akbar dan Ibu Anis Sa’ah menjadi satu keluarga yang harus dibina dengan baik. Mereka melangsungkan pernikahan di Zep Amir Mina, Makkah. Berbeda dengan pernikahan yang dilakukan di Indonesia, dimana pada saat akad nikah baik itu nikah sirih maupun nikah yang sah biasanya pihak laki-laki maupun perempuan pada umumnya hadir dalam acara akad nikah tersebut. Akan tetapi, di Arab Saudi untuk melaksanakan akad nikah cukup pihak laki-laki yang hadir di masjid bersama kyai yang akan menikahkan mereka, dalam hal ini kyai tersebut sebagai penghulunya. Acara pernikahan di Arab Saudi sesuai dengan aturan islam sedangkan di Indonesia acara pernikahannya berbeda. Walaupun penduduk Indonesia mayoritas beragama islam, bentuk acara pernikahannya tidak sepenuhnya mengikuti ajaran islam akan tetapi bercampur dengan budaya yang ada di Indonesia yang telah berlangsung sejak dulu.
Setelah pernikahannya selesai, mereka mulai membangun rumah tangga yang lebih baik dari orang tua sebelumnya. Mereka menjalankan pekerjaan sehari-hari menjadi TKI di Arab Saudi dalam satu majikan. Keluarga Bapak Faisol Akbar bekerja pada Bapak Sholeh Mohammad Ali Al Quraisyi sampai tahun 1996. Gaji atau upah yang diberikan kepada keluarga Bapak Faisol Akbar sebesar 2600 riyal dengan masing-masing orang sebesar 1300 riyal per bulannya. Kehidupan sehari-hari mereka dimulai dari jam 6.00 pagi sampai jam 22.00 malam, sedangkan jam istirahatnya jam 13.00—16.00 dan jam 22.00—06.00 pagi.
Mereka memiliki tugas masing-masing, kalau Bapak Faisol Akbar bekerja sebagai sopir majikan. Pada pagi hari dari hari sabtu sampai hari kamis antar jemput anak-anak majikan ke sekolah, selain itu juga mengantar majikan ke pasar, ke pantai, ke ladang, ke airport, urusan keluarga, dll. Sedangkan Ibu Anis Sa’ah mengurus rumah seperti, setrika, mencuci pakaian, mengurus anak majikan, dan membersihkan rumah majikan. Pekerjaan ini dilakukan sehari-hari selama menjadi TKI.
Pada tahun 1992 juga mereka dapat melaksanakan ibadah umrah dan haji untuk pertama kalinya dalam satu keluarga. Dan seterusnya mereka melaksanakan haji tiap tahun selama menjadi TKI di Arab Saudi.
Pada tahun 1993 Bapak Faisol Akbar memanggil ibunya yang bernama Siti Khozniyah untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia dan pada tahun 1994 mereka mempunyai anak yang pertama. Ternyata pemanggilan ibunya diperuntukkan untuk menggantikan Ibu Anis Sa’ah sementara waktu dan untuk melaksanakan ibadah haji. Pada tahun 1995 setelah melaksanakan ibadah haji, anaknya yang pertama dibawa pulang ke tanah air bersama ibunya bapak Faisol Akbar. Hal ini dilakukan untuk kenyamanan bekerja sebagai TKI. Pada tahun 1996 kontrak kerja keluarga Bapak Faisol Akbar habis dan mereka kembali ke Indonesia.
Pada tahun 1997 keluarga Bapak Faisol Akbar mendaftarkan ke kantor tenaga kerja melalui PT AMIRA PRIMA di Jakarta. Setelah proses surat-surat paspor selesai, mereka berangkat ke Arab Saudi untuk memperjuangkan hidup demi keluarga dan kelangsungan hidup anaknya kelak. Setelah membangun rumah di Desa Blega Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan Pulau Madura. Mereka mengumpulkan uang dengan menjadi TKI yang kedua kalinya di kota Makkah pada majikan yang sama selama tiga tahun. Pekerjaan mereka sama pada sebelumnya hanya bedanya pada gaji yang diberikan. Jika sebelumnya 1300 riyal per orang sedangkan pada periode kedua gajinya sebesar 1000 tiap orang. Pada tahun 2000, mereka kembali ke tanah airnya.
Pada periode ketiga keberangkatannya ke Arab Saudi disebabkan karena majikan sebelumnya memberikan nomer telepon kepada saudaranya yang ada di kota Dammam, Arab Saudi. Nama majikannya adalah Mohammad Faiz Alharbi. Mereka terikat kontrak selama dua tahun dari tahun 2003 sampai 2005. Akan tetapi, tidak sampai kontrak habis pada tahun 2004 mereka kembali ke tanah air. Hal ini disebabkan karena majikannya meninggal. Dan periode ini merupakan yang terakhir sebagai TKI sebab pada saat ini keluarga Bapak Faisol Akbar telah memiliki pekerjaan yang lebih baik dengan membuka sebuah usaha untuk memperjuangkan kehidupan keluarganya.

2.2 Kehidupan Sosial dan Ekonomi Selama Menjadi TKI
2..2.1 Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial selama menjadi TKI pada keluarga Bapak Faisol Akbar pasti memiliki hal-hal yang menarik maupun ada yang tidak. Pada awal menjadi TKI hal yang sulit dihadapi masalah bahasa. Sehingga keluarga Bapak Faisol Akbar perlu belajar berbahasa arab dan mendengarkan pembicaraan yang dilakukan oleh majikan tersebut. Untuk mengahadapi masalah Bahasa Arab, keluarga Bapak Faisol Akbar tidak memerlukan waktu lama untuk fasih atau lancar dan mengerti Bahasa Arab. Mereka memerlukan kurang lebih dua bulan untuk memahami dengan pasti berbahasa arab.
Kebetulan selama menjadi TKI, keluarga Bapak Faisol Akbar mendapatkan majikan yang baik. walaupun demikian terdapat permasalahan yang sering terjadi yaitu, permasalahan dalam memberikan waktu makan, terkadang majikan ketika waktu sarapan sering tidak tepat waktu dan sering lupa memberikan makan pada malam hari. Selain itu, majikan sering lupa memberikan jatah gaji atau upah per bulannya, sehingga keluarga Bapak Faisol Akbar harus menagihnya.
Selain itu yang paling menarik tentang kehidupan sosial Bapak Faisol Akbar adalah adanya suatu kebersamaan dan pengertian antar tenaga kerja dari Indonesia. Sesama tenaga kerja saling membantu satu sama lain bila menemukan majikan yang bersikap tidak manusiawi terhadap tenaga kerja dan membekukan gaji dan lain-lain. Selain itu, antar sesama tenaga kerja kalau ada operasi saling berkomunikasi agar bagi yang ilegal selamat dari sergapan polisi di Arab Saudi.

2.2.2 Kehidupan Ekonomi
Keluarga Bapak Faisol Akbar mempunyai latar belakang ekonomi tidak mampu. Mereka pergi ke Arab Saudi untuk mengubah nasib yang baik dengan cara yang tidak melanggar aturan agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pada awal menjadi keluarga, keluarga Bapak Faisol Akbar belum mempunyai rumah sendiri. Sehingga mereka ingin membangun rumah di kampung halaman Bapak Faisol Akbar. Dengan hasil kerja kerasnya mengumpulkan uang selama menjadi TKI dari tahun 1991 sampai tahun 1996, maka Bapak Faisol Akbar dapat membangun rumah di tanah milik orang tuanya.
Pada tahun 1997, mereka kembali lagi ke Arab Saudi sebagai TKI. Mereka di Indonesia tidak mempunyai pekerjaan yang menetap sehingga mereka menjadi TKI untuk mengisi waktu kosong di Indonesia. Mereka menjadi TKI pada periode kedua ini selama tiga tahun. Dan setelah kembali lagi ke Indonesia pada tahun 2000, Bapak Faisol Akbar mencari pekerjaan sebagai sopir angkutan barang.
Pada tahun 2003, Keluarga Bapak Faisol Akbar di telepon oleh majikan yang ada di Dammam untuk bekerja lagi kepadanya. Akhirnya mereka menyetujui permintaan tersebut dan berangkat lagi ke Arab Saudi selama dua tahun sebagai TKI. Tidak sampai dua tahun mereka kembali ke Indonesia dikarenakan majikannya telah meninggal dunia. Kepulangan mereka ke Indonesia pada tahun 2004 merupakan periode terakhir mereka menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Keluarga Bapak Faisol Akbar kini telah memiliki sebuah usaha

sendiri dari tahun 2005 samapai sekarang, untuk memperjuangkan hidup demi keluarga dan anak-anaknya.






















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Dengan demikian penulis dapat memahami dan mengerti perjalanan hidup seseorang dalam memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Sehingga penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut,
1.      Keluarga Bapak Faisol Akbar dalam memperjuangkan hidup yang ingin diraihnya perlu pengorbanan waktu yang cukup lama sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Bahkan permasalahan yang dihadapi selama menjadi TKI dapat dilalui secara bersama dan penuh kesabaran dalam menjalankan kehidupan sehari-hari baik sebelum menikah maupun telah menikah. Dengan menjadi Tenaga Kerja Indonesia keluarga Bapak Faisol Akbar dapat meraih tujuan yang diinginkan dan dapat melaksanakan ibadah haji bersama keluarga.
2.      Kehidupan sosial dan ekonomi keluarga Bapak Faisol Akbar selama menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah antar sesama TKI saling bekerja sama dan membantu satu sama lain, terutama menjaga keselamatan bagi TKI ilegal dari sergapan polisi yang melakukan opersasi TKI ilegal dan dengan menjadi TKI keluarga Bapak Faisol Akbar dapat mengubah latar belakang perekonomiannya yang lebih baik dari sebelumnya.

3.2 Saran
Perjuangan hidup yang dilakukan di Arab Saudi sebagai TKI sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Terutama Ibu Anis Sa’ah di usia yang masih muda saat keberangkatannya sebagai TKW ke Arab Saudi, seharusnya menunggu sampai usia yang cukup matang untuk bekerja ke luar negeri. Dan untuk Bapak Faisol Akbar harus menyelesaikan masalah dengan kepala dingin sebab permasalahannya terjadi di luar negeri serta harus menjaga sikapnya tanpa harus bertengkar di luar negeri.

DAFTAR RUJUKAN
Abdillah, A. 2012. Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Gottschalk, L. 1969. Mengerti Sejarah. Terjemahan oleh Nugroho Notosusanto. 1975. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar