SEJARAH KELUARGA
EYANG DJUREMI
BERSAMA MASA
SULITNYA PADA TAHUN 1959-1984
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd.,
S.Hum., M.Pd.
oleh
Herlin Dwi Rachmania
130731615744
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
Desember,
2013
BAB
I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Kehidupan manusia dudunia yaitu saling melengkapi.
Keberadaan keluarga berperan sangat penting dalam suatu kehidupan. Pengertian
keluarga sendiri berbeda-beda dari setiap individu mengartikannya. Keluarga
merupakan suatu organisasi informal yang unik, yang terbentuk melalui proses
pernikahan yang akhirnya mempunyai keturunan-keturunan. Pada umumnya keluarga
terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang nantinya juga akan ada
keturunan-keturunan baru seperti cucu, cicit dan lain-lain. Peran keluarga
dalam kehidupan sangatlah penting yang berarti keluarga membekali awal seorang
individu untuk melangkahkan kaki didunia, yang memberi suatu arti kehidupan,
mengenalkan individu kepada dunia yang akan dijalaninya kelak.
Menurut wawancara saya kepada Bapak Yuliadi tugas
keluarga yaitu mendidik anak untuk menjadi pribadi yang baik, memberi contoh
yang baik, sedangkan untuk kepala keluarga yaitu bertanggung jawab dengan
memberi nafkah. Meskipun demikian setiap keluarga dalam menjalani kehidupannya
banyak mengalami kendala seperti yang dialami keluarga lainnya.
Maka dari itu saya mengambil topik sejarah keluarga
dari kehidupan keluarga Eyang Djuremi, khususnya mulai tahun 1959-1984. Dalam
penulisan ini saya tertarik mengambil tema keluarga ini karena Eyang Djuremi
merupakan ayah kandung dari ayah saya, yaitu bapak Yuliadi. Selain itu dalam
ceritanya juga berkaitan dengan masa sulitnya kehidupan keluarga beliau pada
masa pemberontakan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana kehidupan keluarga Eyang
Djuremi pada tahun 1959-1984?
2.
Bagaimana keluarga Eyang Djuremi dalam
menghadapi masa sulitnya?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui sejarah keluarga Eyang
Djuremi pada tahun 1959-1984
2.
Mempelajari bagaimana keluarga Eyang
Djuremi menghadapi masa sulit
D.
Metode
Dalam penelitian sejarah keluarga ini saya
menggunakan lima metode sejarah seperti pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan yang terakhir yaitu historiografi.
1.
Pemilihan topik
Dalam penulisan sejarah
keluarga ini metode pertama yang digunakan yaitu pemilihan topik sejarah
kehidupan keluarga Eyang Djuremi Wiryo Aminoto mulai tahun 1959-1984. Saya
memilih topik ini karena keluarga Eyang Djuremi merupakan keluarga kandung saya
dimana Eyang Djuremi ialah Eyang saya atau ayah dari ayah saya.
2. Heuristik
Disini dalam penulisan
sejarah keluarga ini saya mendapatkan sumber-sumber atau keterangan mengenai
kehidupan keluarga Eyang Djuremi yaitu melalui proses wawancara dari sanak
saudara yang merupakan anak dari Eyang Djuremi yaitu anak ketujuh bernama Bapak
Subiyanto dan anak keduabelas bernama Bapak Yuliadi. Dalam proses wawancara ini
saya juga mendapatkan dokumentasi foto dari narasumber.
3. Kritik
Dari hasil wawancara
ada beberapa keterangan bahwa pada zaman dahulu meskipun status keluarganya
termasuk tinggi, tetap saja kehidupan sehari-harinya sama saja seperti rakyat
biasa pada umumnya. Kalangan pejabat ataupun yang menjadi perwakilan rakyat
tidak mementingkan gaji yang didapatkan saat itu, namun rasa nasionalisme
dengan melindungi rakyatnya.
4. Interpretasi
Menurut saya setelah
wawancara ini, keluarga Eyang Djuremi saat itu sangatlah berperan penting dalam
masyarakat. Selain menjadi pemimpin saat itu, eyang Djuremi juga tidak lupa
pula tetap membimbing keluarganya, meskipun masalah tetap saja melanda keluarga
kecil ini.
5. Historiografi
Dalam penulisan sejarah
kehidupan keluarga ini memaparkan mengenai latar belakang keluarga Eyang
Djuremi selama hidupnya mulai tahun 1959-1984, bagaimana beliau memimpin
keluarganya saat itu dan bagaimana beliau menghadapi masa sulit saat itu.
BAB II
Pembahasan
2.1
Kehidupan
keluarga Eyang Djuremi pada tahun 1959-1984
Sebuah keluarga sederhana yang
dikepala keluargai Bapak Djuremi Wiryo Aminoto dengan istri Ibu Kisweni. Awal
pernikahan didaerah Sukerojo yaitu di Ponorogo dengan memiliki tigabelas orang
anak dengan tiga anak perempuan dan sepuluh anak laki-laki. Ketigabelas anak
beliau yaitu alm.Sri Minarti, alm.Koeshartoyo, Koeshartatik, alm.Suhantoro,
Winarno, Tri Joko Utomo, Subiyanto, Susanto, Luhur Budianto, hardinarsih, Suko
Kiswandoyo, Yuliadi Hendarto, dan Mardiyanto Wisnu B. Pada awalnya dalam
menghidupi keluarganya Eyang Djuremi dipercaya bekerja sebagai bapak Camat
didaerah Sukorejo di Ponorogo, lalu dinasnya dipindah kewilayah Sumoroto dan
terakhir dipindah didesa Pagak. Dalam menjalani pekerjaannya sebagai bapak
Camat, tidak lupa beliau mengajak keluarganya kemanapun beliau pindah dinas.
Semua anak-anak dari pernikahan Bapak
Djuremi dengan ibu Kisweni ini disekolahkan hingga duduk dibangku SMA. Ibu
Kisweni selaku istri tidak bekerja diluar, namun hanya mengurusi keluarga dan
rumah tangga dirumah saja, karena saat itu kurang baik jika perempuan bekerja.
Semasa hidupnya, eyang Djuremi
dikenal sebagai pribadi yang bijaksana sehingga beliau diangkat menjadi Wedono didaerah Sumbermanjing Kulon. Di
Sumbermanjing Kulon ini anak-anak eyang Djuremi sudah tumbuh dewasa, hanya dua
anak terakhir yang masih umur balita. Meskipun status social keluarga Djuremi
tergolong atas, tetap saja kehidupan sehari-harinya sama dengan rakyat kecil
pada umumnya, kesulitan-kesulitan ekonomi juga dialami keluarga ini. Di
Sumbermanjing Kulon ini beliau memimpin empat kecamatan besar yaitu kecamatan
Donomulyo, Pagak, Bantur, dan Kalipare. Tahun 1969 kembali dipindahkan ke Kota
Malang untuk dinas di kantor kabupaten Malang. Namun tidak lama berselang
dipindahkan, beliau pensiun. Tahun 1984
ketika anak ke duabelas sedang menjalani ujian sekolah beliau meninggal dunia
karena memang sudah sepuh. Kini tinggal ibu Kisweni bersama anak-anaknya yang
sudah tumbuh dewasa dan ada beberapa yang sudah menikah.
2.2
Kehidupan
Eyang Djuremi dalam mengahadapi masa sulit
Dalam kehidupan setiap
keluarga pasti memiliki persoalan-persoalan hidup masing-masing, baik masalah
ekonomi, maupun masalah sosial. Namun, bagi keluarga Eyang Djuremi ini wajar
saja apabila ada masalah dalam suatu keluarga. Masalah atau
masa sulit yang dialami keluarga ini sangat terasa pada tahun 1965-an. Baik masalah
ekonomi keluarga ini yang penghasilan dari pekerjaan yang ada tidak sebanding
dengan jasa yang dilakukan. Makanan yang sering sekali dimakan seperti
singkong, tiwul, ubi dll. Selain itu sekitar tahun 1965an juga bersamaan dengan
meletusnya pemberontakan G30S/PKI. Didaerah
tempat tinggal keluarga eyang Djuremi juga ada PKI yang tersebar
didaerah Sumbermanjing Kulon. Setiap harinya ada rumah warga yang dianggap
sebagai PKI ditemukan tanda silang ditembok rumahnya, jika demikian pastilah
besok harinya rumah orang yang dianggap sebagai PKI tersebut dibunuh.
Sebagai seorang pemimpin di
beberapa wilayah tersebut pastilah eyang Djuremi mempunyai tanggung jawab besar
untuk memastikan keadaan rakyatnya aman. Tindakan atau upaya yang sudah dilakukan
beliau yaitu dengan mengajak warga yang telah dituduh sebagai PKI itu kerumah
keluarga eyang Djuremi, karena jika orang tersebut berada dirumah seorang
pejabat atau pemimpin maka tidaklah mungkin para pemberontak akan membunuh
orang tersebut. Selain itu pada saat ada pemberontakan tersebut kaum wanita
atau anak perempuan dari eyang Djuremi disembunyikan dari aksi orang-orang
tersebut, bahkan saat itu anak ketiga eyang Djuremi yang bernama ibu
Koeshartatik ini disembunyikan dibawah meja. Begitulah upaya yang bias
dilakukan eyang Djuremi saat itu untuk menyelamatkan warganya.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Kehidupan didunia tidak akan lepas
dari suatu masalah yang akan datang, apalagi bagi keluarga Eyang Djuremi telah
mengatakan bahwa setiap kehidupan wajar saja ada masalah, tergantung bagaimana
manusianya dalam menghadapi suatu masalah tersebut. Kehidupan keluarga ini yang
jumlah anggota keluarganya yang tidak sedikit juga membuat suatu masalah juga
tidak sedikit, apalagi pada masalah ekonomi. Namun, dengan sikap yang siaga
dengan rasa tanggung jawab seorang kepala keluarga ini dapat mengentaskan
keluarganya dari sedikit masalah tersebut.
3.2
Saran
Menjadi manusia seharusnya
mempunyai sikap yang sabar, tegar,. Maupun bertanggung jawab dalam menghadapi
setiap permasalahan. Tak hanya itu, dari hasil penulisan ini juga dapat
diketahui bahwa seorang Eyang Djuremi ini merupakan pribadi yang bekerja keras tanpa
mengharap imbalan yang berlebih. Dapatlah dicontoh sikap-sikap pisitif beliau
dalam kehidupan kita.
Daftar Rujukan
Subiyanto, 66 tahun, jalan Mliwis Barat
67 kec. Sukun kota Malang, 25 November 2013, di kediaman bapak Subiyanto.
Yuliadi, 48 tahun, jalan klayatan 73i rt
04 rw 12 kec. Sukun kota Malang, 26 November 2013, di kediaman bapak Yuliadi.
Pertanyaan terkait wawancara
Narasumber I
Hari/tanggal : Senin, 25 November 2013
Pukul : 18.00-19.25
Metode : wawancara
Informasi : Bapak Subiyanto
Tempat tanggal
lahir : Ponorogo, 05 Februari
1947
Pekerjaan : pelatih bulutangkis
Alamat : jalan Mliwis
Barat no 67
Tempat wawancara : Ruang tamu kediaman bapak
Subiyanto
Narasumber II
Hari/tanggal : Selasa, 26 November
2013
Pukul : 17.10-18.00
Metode : wawancara
Informasi : Bapak Yuliadi
Hendarto
Tempat tanggal
lahir : Malang, 22 Juli 1965
Pekerjaan : Karyawan toko
Alamat : jalan klayatan
I no 73i rt 04 rw 12
Tempat wawancara : ruang tamu kediaman bapak Yuliadi
Bagaimana
eyang Djuremi dalam memimpin keluarga selama ini?
Bapak Djuremi semasa hidupnya beliau
sangatlah sabar dalam menjalani ini semua, bapak selalu memberikan
nasihat-nasihatnya kepada kami anak-anaknya. Meskipun bapak saya seorang
pemimpin, beliau tidak pernah tinggi hati. Dalam memimpin keluarga ini bapak
memang keras, maksudnya disiplin supaya anak-anaknya kelak menjadi orang yang
berguna bagi lingkungannya
(Yuliadi, 2013).
Apa
profesi eyang Djuremi dalam menghidupi keluarganya saat itu?
Bapak Djuremi
dari awal menikah dengan ibu saya ibu
Kisweni namanya, sudah bekerja sebagai seorang pemimpin di daerah Sukorejo,
Ponorogo. Namun, setelah mempunyai anak beliau bekerja sebagai Bapak Camat
diwilayahnya itu. Tetap saja meskipun beliau bekerja seperti itu,
ekonomikeluarga saya tetap saja sama seperti keluarga pada uumnyam karena gaji
saat itu tidak sama seperti gaji pemimpin sekarang ini (Subiyanto, 2013).
Kapan
dan apa menurut bapak masa yang paling sulit dalam kehidupan Menurut pengalaman saya mengikuti
perjalanan hidup bapak saya masa sulit itu sekitar tahun 1965-an, dimana saat
itu perekonomian keluarga saya sedang rendah ditambah bersamaan dengan
meletusnya pemberontakan di tahun yang sama. Pemberontakan itu membawa pengaruh
besar bagi masyarakat, apalagi bagi bapak saya sebagai pemimpin diwilayah saat
itu (Subiyanto, 2013).
Lampiran
Foto eyang
Djuremi Wiryo Aminoto
Foto istri eyang
Djuremi, yaitu ibu Kisweni
Foto bapak Subiyanto, anak
ketujuh dari bapak Djuremi dan sebagai narasumber I saya
Foto bapak Yuliadi, anak
keduabelas dari bapak Djuremi dan sebagai narasumber II saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar