Selasa, 10 Desember 2013

Herlin Dwi Rachmania



SEJARAH KELUARGA EYANG DJUREMI
BERSAMA MASA SULITNYA PADA TAHUN 1959-1984



MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.





oleh
Herlin Dwi Rachmania
130731615744







                                                                                       

















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember, 2013
BAB I
Pendahuluan


A.    Latar Belakang

Kehidupan manusia dudunia yaitu saling melengkapi. Keberadaan keluarga berperan sangat penting dalam suatu kehidupan. Pengertian keluarga sendiri berbeda-beda dari setiap individu mengartikannya. Keluarga merupakan suatu organisasi informal yang unik, yang terbentuk melalui proses pernikahan yang akhirnya mempunyai keturunan-keturunan. Pada umumnya keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang nantinya juga akan ada keturunan-keturunan baru seperti cucu, cicit dan lain-lain. Peran keluarga dalam kehidupan sangatlah penting yang berarti keluarga membekali awal seorang individu untuk melangkahkan kaki didunia, yang memberi suatu arti kehidupan, mengenalkan individu kepada dunia yang akan dijalaninya kelak.
Menurut wawancara saya kepada Bapak Yuliadi tugas keluarga yaitu mendidik anak untuk menjadi pribadi yang baik, memberi contoh yang baik, sedangkan untuk kepala keluarga yaitu bertanggung jawab dengan memberi nafkah. Meskipun demikian setiap keluarga dalam menjalani kehidupannya banyak mengalami kendala seperti yang dialami keluarga lainnya.
Maka dari itu saya mengambil topik sejarah keluarga dari kehidupan keluarga Eyang Djuremi, khususnya mulai tahun 1959-1984. Dalam penulisan ini saya tertarik mengambil tema keluarga ini karena Eyang Djuremi merupakan ayah kandung dari ayah saya, yaitu bapak Yuliadi. Selain itu dalam ceritanya juga berkaitan dengan masa sulitnya kehidupan keluarga beliau pada masa pemberontakan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kehidupan keluarga Eyang Djuremi pada tahun           1959-1984?
2.      Bagaimana keluarga Eyang Djuremi dalam menghadapi masa sulitnya?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui sejarah keluarga Eyang Djuremi pada tahun 1959-1984
2.      Mempelajari bagaimana keluarga Eyang Djuremi menghadapi masa sulit
D.    Metode
Dalam penelitian sejarah keluarga ini saya menggunakan lima metode sejarah seperti pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan yang terakhir yaitu historiografi.
1.      Pemilihan topik
Dalam penulisan sejarah keluarga ini metode pertama yang digunakan yaitu pemilihan topik sejarah kehidupan keluarga Eyang Djuremi Wiryo Aminoto mulai tahun 1959-1984. Saya memilih topik ini karena keluarga Eyang Djuremi merupakan keluarga kandung saya dimana Eyang Djuremi ialah Eyang saya atau ayah dari ayah saya.
2.      Heuristik
Disini dalam penulisan sejarah keluarga ini saya mendapatkan sumber-sumber atau keterangan mengenai kehidupan keluarga Eyang Djuremi yaitu melalui proses wawancara dari sanak saudara yang merupakan anak dari Eyang Djuremi yaitu anak ketujuh bernama Bapak Subiyanto dan anak keduabelas bernama Bapak Yuliadi. Dalam proses wawancara ini saya juga mendapatkan dokumentasi foto dari narasumber.
3.      Kritik
Dari hasil wawancara ada beberapa keterangan bahwa pada zaman dahulu meskipun status keluarganya termasuk tinggi, tetap saja kehidupan sehari-harinya sama saja seperti rakyat biasa pada umumnya. Kalangan pejabat ataupun yang menjadi perwakilan rakyat tidak mementingkan gaji yang didapatkan saat itu, namun rasa nasionalisme dengan melindungi rakyatnya.


4.      Interpretasi
Menurut saya setelah wawancara ini, keluarga Eyang Djuremi saat itu sangatlah berperan penting dalam masyarakat. Selain menjadi pemimpin saat itu, eyang Djuremi juga tidak lupa pula tetap membimbing keluarganya, meskipun masalah tetap saja melanda keluarga kecil ini.
5.      Historiografi
Dalam penulisan sejarah kehidupan keluarga ini memaparkan mengenai latar belakang keluarga Eyang Djuremi selama hidupnya mulai tahun 1959-1984, bagaimana beliau memimpin keluarganya saat itu dan bagaimana beliau menghadapi masa sulit saat itu.





















BAB II
Pembahasan


2.1    Kehidupan keluarga Eyang Djuremi pada tahun 1959-1984
Sebuah keluarga sederhana yang dikepala keluargai Bapak Djuremi Wiryo Aminoto dengan istri Ibu Kisweni. Awal pernikahan didaerah Sukerojo yaitu di Ponorogo dengan memiliki tigabelas orang anak dengan tiga anak perempuan dan sepuluh anak laki-laki. Ketigabelas anak beliau yaitu alm.Sri Minarti, alm.Koeshartoyo, Koeshartatik, alm.Suhantoro, Winarno, Tri Joko Utomo, Subiyanto, Susanto, Luhur Budianto, hardinarsih, Suko Kiswandoyo, Yuliadi Hendarto, dan Mardiyanto Wisnu B. Pada awalnya dalam menghidupi keluarganya Eyang Djuremi dipercaya bekerja sebagai bapak Camat didaerah Sukorejo di Ponorogo, lalu dinasnya dipindah kewilayah Sumoroto dan terakhir dipindah didesa Pagak. Dalam menjalani pekerjaannya sebagai bapak Camat, tidak lupa beliau mengajak keluarganya kemanapun beliau pindah dinas. Semua anak-anak  dari pernikahan Bapak Djuremi dengan ibu Kisweni ini disekolahkan hingga duduk dibangku SMA. Ibu Kisweni selaku istri tidak bekerja diluar, namun hanya mengurusi keluarga dan rumah tangga dirumah saja, karena saat itu kurang baik jika perempuan bekerja.
Semasa hidupnya, eyang Djuremi dikenal sebagai pribadi yang bijaksana sehingga beliau diangkat menjadi Wedono didaerah Sumbermanjing Kulon. Di Sumbermanjing Kulon ini anak-anak eyang Djuremi sudah tumbuh dewasa, hanya dua anak terakhir yang masih umur balita. Meskipun status social keluarga Djuremi tergolong atas, tetap saja kehidupan sehari-harinya sama dengan rakyat kecil pada umumnya, kesulitan-kesulitan ekonomi juga dialami keluarga ini. Di Sumbermanjing Kulon ini beliau memimpin empat kecamatan besar yaitu kecamatan Donomulyo, Pagak, Bantur, dan Kalipare. Tahun 1969 kembali dipindahkan ke Kota Malang untuk dinas di kantor kabupaten Malang. Namun tidak lama berselang dipindahkan, beliau pensiun.  Tahun 1984 ketika anak ke duabelas sedang menjalani ujian sekolah beliau meninggal dunia karena memang sudah sepuh. Kini tinggal ibu Kisweni bersama anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa dan ada beberapa yang sudah menikah.
2.2    Kehidupan Eyang Djuremi dalam mengahadapi masa sulit
  Dalam kehidupan setiap keluarga pasti memiliki persoalan-persoalan hidup masing-masing, baik masalah ekonomi, maupun masalah sosial. Namun, bagi keluarga Eyang Djuremi ini wajar saja apabila ada masalah dalam suatu keluarga. Masalah  atau  masa sulit yang dialami keluarga ini sangat  terasa pada tahun 1965-an. Baik masalah ekonomi keluarga ini yang penghasilan dari pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jasa yang dilakukan. Makanan yang sering sekali dimakan seperti singkong, tiwul, ubi dll. Selain itu sekitar tahun 1965an juga bersamaan dengan meletusnya pemberontakan G30S/PKI. Didaerah  tempat tinggal keluarga eyang Djuremi juga ada PKI yang tersebar didaerah Sumbermanjing Kulon. Setiap harinya ada rumah warga yang dianggap sebagai PKI ditemukan tanda silang ditembok rumahnya, jika demikian pastilah besok harinya rumah orang yang dianggap sebagai PKI tersebut dibunuh.
Sebagai seorang pemimpin di beberapa wilayah tersebut pastilah eyang Djuremi mempunyai tanggung jawab besar untuk memastikan keadaan rakyatnya aman. Tindakan atau upaya yang sudah dilakukan beliau yaitu dengan mengajak warga yang telah dituduh sebagai PKI itu kerumah keluarga eyang Djuremi, karena jika orang tersebut berada dirumah seorang pejabat atau pemimpin maka tidaklah mungkin para pemberontak akan membunuh orang tersebut. Selain itu pada saat ada pemberontakan tersebut kaum wanita atau anak perempuan dari eyang Djuremi disembunyikan dari aksi orang-orang tersebut, bahkan saat itu anak ketiga eyang Djuremi yang bernama ibu Koeshartatik ini disembunyikan dibawah meja. Begitulah upaya yang bias dilakukan eyang Djuremi saat itu untuk menyelamatkan warganya.





BAB III
Penutup


3.1 Kesimpulan
Kehidupan didunia tidak akan lepas dari suatu masalah yang akan datang, apalagi bagi keluarga Eyang Djuremi telah mengatakan bahwa setiap kehidupan wajar saja ada masalah, tergantung bagaimana manusianya dalam menghadapi suatu masalah tersebut. Kehidupan keluarga ini yang jumlah anggota keluarganya yang tidak sedikit juga membuat suatu masalah juga tidak sedikit, apalagi pada masalah ekonomi. Namun, dengan sikap yang siaga dengan rasa tanggung jawab seorang kepala keluarga ini dapat mengentaskan keluarganya dari sedikit masalah tersebut.

3.2 Saran
Menjadi manusia seharusnya mempunyai sikap yang sabar, tegar,. Maupun bertanggung jawab dalam menghadapi setiap permasalahan. Tak hanya itu, dari hasil penulisan ini juga dapat diketahui bahwa seorang Eyang Djuremi ini merupakan pribadi yang bekerja keras tanpa mengharap imbalan yang berlebih. Dapatlah dicontoh sikap-sikap pisitif beliau dalam kehidupan kita.













Daftar Rujukan

Subiyanto, 66 tahun, jalan Mliwis Barat 67 kec. Sukun kota Malang, 25 November 2013, di kediaman bapak Subiyanto.

Yuliadi, 48 tahun, jalan klayatan 73i rt 04 rw 12 kec. Sukun kota Malang, 26 November 2013, di kediaman bapak Yuliadi.



























Pertanyaan terkait wawancara
Narasumber I
Hari/tanggal                       : Senin, 25 November 2013
Pukul                                 : 18.00-19.25
Metode                              : wawancara
Informasi                           : Bapak Subiyanto
Tempat tanggal lahir          : Ponorogo, 05 Februari 1947
Pekerjaan                           : pelatih bulutangkis
Alamat                               : jalan Mliwis Barat no 67
Tempat wawancara            : Ruang tamu kediaman bapak Subiyanto
Narasumber II
Hari/tanggal                       : Selasa, 26 November 2013
Pukul                                 : 17.10-18.00
Metode                              : wawancara
Informasi                           : Bapak Yuliadi Hendarto
Tempat tanggal lahir          : Malang, 22 Juli 1965
Pekerjaan                           : Karyawan toko
Alamat                               : jalan klayatan I no 73i rt 04 rw 12
Tempat wawancara            : ruang tamu kediaman bapak Yuliadi

Bagaimana eyang Djuremi dalam memimpin keluarga selama ini?
            Bapak Djuremi semasa hidupnya beliau sangatlah sabar dalam menjalani ini semua, bapak selalu memberikan nasihat-nasihatnya kepada kami anak-anaknya. Meskipun bapak saya seorang pemimpin, beliau tidak pernah tinggi hati. Dalam memimpin keluarga ini bapak memang keras, maksudnya disiplin supaya anak-anaknya kelak menjadi orang yang berguna bagi lingkungannya       (Yuliadi, 2013).
Apa profesi eyang Djuremi dalam menghidupi keluarganya saat itu?
            Bapak Djuremi dari awal menikah dengan  ibu saya ibu Kisweni namanya, sudah bekerja sebagai seorang pemimpin di daerah Sukorejo, Ponorogo. Namun, setelah mempunyai anak beliau bekerja sebagai Bapak Camat diwilayahnya itu. Tetap saja meskipun beliau bekerja seperti itu, ekonomikeluarga saya tetap saja sama seperti keluarga pada uumnyam karena gaji saat itu tidak sama seperti gaji pemimpin sekarang ini (Subiyanto, 2013).
Kapan dan apa menurut bapak masa yang paling sulit dalam kehidupan         Menurut pengalaman saya mengikuti perjalanan hidup bapak saya masa sulit itu sekitar tahun 1965-an, dimana saat itu perekonomian keluarga saya sedang rendah ditambah bersamaan dengan meletusnya pemberontakan di tahun yang sama. Pemberontakan itu membawa pengaruh besar bagi masyarakat, apalagi bagi bapak saya sebagai pemimpin diwilayah saat itu (Subiyanto, 2013).

Lampiran

Foto eyang Djuremi Wiryo Aminoto

Foto istri eyang Djuremi, yaitu ibu Kisweni

Foto bapak Subiyanto, anak ketujuh dari bapak Djuremi dan sebagai narasumber I saya

Foto bapak Yuliadi, anak keduabelas dari bapak Djuremi dan sebagai narasumber II saya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar