Selasa, 10 Desember 2013

Fensis Afifatul Hidayah



SEJARAH KEHIDUPAN ALMARHUM BAPAK SAID







MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu Puji Utami, S.pd., S.Hum., M.pd








oleh
Fensis Afifatul Hidayah
130731616735







logo-um-2.jpg








UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah berupa makalah yang berjudul “Sejarah Kehidupan Almarhum Bapak Said”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karena itulah penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Tak lupa ucapan terimakasih kepada para pembaca yang menyempatkan waktunya untuk membaca makalah ini. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah yang masih jauh dari kesempurnaan ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Malang, Desember 2013

Penulis



















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang................................................................................... 1
1.2     Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3     Tujuan................................................................................................. 1
1.4     Metode............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Silsilah Keluarga Bapak Said.............................................................. 3
2.2 Sejarah kehidupan Bapak Said............................................................ 4

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 7
3.2 Saran.................................................................................................... 7

DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 8




















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari seorang kepala keluarga dan anggota keluarga lain yang saling terkait. Tiap anggota keluarga saling ketergantungan satu sama lain dan saling membantu dalam melaksanakan berbagai tugas dalam rumah tangga. Selain itu, keluargalah tempat kita kembali dan mau menerima bagaimanapun keadaan kita. Tempat kita berbagi kisah, keluh kesah, canda dan tawa. Keluarga merupakan tempat seorang anak mendapatkan pendidikan pertama dan berpengaruh kuat dalam pembentukan kepribadiannya. Didikan seperti apa yang diperoleh seorang anak, akan mempengaruhi bagaimana kehidupannya kelak.
Demikian pula dengan Bapak Said. Didikan tegas membuatnya menjadi sosok yang keras dan bijaksana dalam keluarga. Namun tak selamanya sebuah keluarga dapat hidup dengan damai, berbagai masalah turut mewarnai kehidupannya. Sebagai manusia, beliau tak selalu baik dan sempurna. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat makalah ini dengan topik kehidupan Bapak Said.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana silsilah keluarga Bapak Said?
2.      Bagaimana kehidupan Bapak Said dan pengaruhnya terhadap keluarga?

1.3  Tujuan
1.      Untuk menjelaskan silsilah keluarga Bapak Said.
2.      Untuk mengetahui kehidupan Bapak Said dan pengaruhnya terhadap keluarga.

1.4  Metode

Penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
1.4.1        Pemilihan Topik
Almarhum Bapak Said merupakan sosok yang disegani dalam keluarga. Tumbuh dalam keluarga dengan didikan keras membuatnya begitu kaku namun tetap penyayang. Oleh karena itulah penulis ingin mengulas kehidupan beliau dan pengaruhnya yang sangat kentara dalam keluarga.
1.4.2        Heuristik
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dengan putri dari almarhum Bapak Said yang bernama Masnunah.
1.4.3        Kritik
Cara yang dilakukan Bapak Said dalam mendidik anak terlalu keras. Beliau langsung menghukum tindakan anak-anaknya yang dirasa tidak sesuai dengan norma tanpa menjelaskan kesalahan seperti apa yang telah mereka lakukan. Tindakan Bapak Said yang ringan tangan membuat beliau tidak terlalu dekat dengan anak-anaknya. Hal ini berdampak tidak baik karena dengan begitu anak-anaknya menerapkan hal yang sama pada keturunan yang selanjutnya. Pemikiran anak-anak Bapak Said cenderung kolot dalam menghadapi dan mendidik putra-putrinya.
1.4.4        Interpretasi
Menurut hasil wawancara, dapat saya simpulkan bahwa Bapak Said merupakan sosok yang keras, tegas, bijaksana, namun sifat penyayang juga melekat pada beliau. Meskipun pemikirannya masih kolot, beliau sangat mendukung hal-hal yang menyangkut pendidikan.
1.4.5        Historiografi
Makalah ini dimulai dari bab I yang memuat latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan, dan metode yang digunakan dalam penelitian sejarah. Selanjutnya, bab II berisi penjelasan dari rumusan masalah yang diangkat penulis dan merupakan inti dari makalah ini. Bagian akhir dari makalah ini adalah kesimpulan dan saran yang terdapat pada bab III.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Silsilah Keluarga Bapak Said
Keluarga besar Bapak Said bertempat tinggal di daerah Tanah Merah, Madura. Kakeknya bernama KH. Nawawi, sedangkan neneknya bernama Ny. Maimunah. Pasangan ini melahirkan putri yang diberi nama Hamidah. Oleh orang tuanya, Hamidah dijodohkan dengan Dumyati. Hamidah dan suaminya dikaruniai dua orang anak, seorang perempuan bernama Maswayah dan seorang putra yaitu Bapak Said sendiri.
Pernikahan Hamidah tidak bertahan lama. Ia bercerai dengan suaminya dan membawa Said kecil bersamanya pindah ke Malang. Hamidah merintis sebuah pondok pesantren yang diberi nama Mamba’ul Ulum di desa Banjarejo, kecamatan Pagelaran, kabupaten Malang sekarang. Sementara itu, kakak perempuan Said, Maswayah, ikut bersama ayahnya tetap tinggal di Madura.
Pada tahun 1919 Hamidah menikah untuk kedua kalinya dengan seorang laki-laki bernama Fadli. Namun sayangnya pada pernikahan ini, mereka tidak dikaruniai keturunan. Di Madura, ternyata ayah kandung bapak Said juga menikah lagi dan dikaruniai beberapa orang puteri.
Setelah dewasa, bapak Said menikah dengan seorang perempuan yang bernama Supiyah dan dikaruniai dua orang anak. Anak pertama berjenis kelamin

laki- laki dengan nama Darwis, sedangkan anak ke dua seorang perempuan yang diberi nama Masnunah.

2.2    Sejarah Kehidupan Bapak Said
Di usia yang terbilang anak-anak, Said sudah merasakan pahitnya perceraian orang tua dan memulai kehidupan baru di tempat yang baru pula. Bagi sebagian orang, perceraian orang tua bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi. Ditambah lagi ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Semasa hidupnya, bapak Said turut andil dalam melawan penjajahan Belanda. Beliau dan rekan-rekannya pernah menggagalkan usaha prajurit Belanda ketika hendak menyeberangi Sungai Brantas untuk memulai penyerangan.
Ketika ayah kandung Bapak Said meninggal dunia, sebagai anak laki-laki beliau diminta pulang ke Madura untuk mengurus pemakaman dan warisan. Namun begitu sampai di rumah ayahnya, beliau malah ditangkap oleh prajurit Belanda dan ditahan di penjara. Ternyata, ini merupakan intrik dari saudara tiri bapak Said yang memfitnahnya. Sebelum bapak Said sampai di Madura, salah satu saudara tirinya telah  melaporkan beliau kepada prajurit Belanda bahwa bapak Said adalah pemberontak. Hal ini tentu saja memicu kemarahan prajurit Belanda dan mereka langsung meringkus bapak Said begitu tiba di kediaman almarhum ayah kandungnya. Beruntung bapak Said masih bisa kabur dan melarikan diri ke rumah salah seorang kerabatnya. Beliau menempuh perjalanan yang tidak mudah mengingat pada masa itu masih banyak hutan yang tumbuh subur di sepanjang jalan. Setelah tiba di rumah kerabatnya, Bapak Said segera disembunyikan di lumbung padi untuk menghindari prajurit Belanda yang mencarinya. Berhari-hari bersembunyi di lumbung padi tanpa diketahui hingga akhirnya beliau berhasil kembali ke Malang tanpa cacat.
Bapak Said menikah dengan seorang wanita bernama Supiyah melalui perjodohan. Awalnya mereka dikaruniai seorang putra yang kemudian diberi nama Darwis. Dua tahun setelahnya, Ibu Supiyah melahirkan seorang bayi perempuan dan diberi nama Masnunah. Beberapa bulan setelah melahirkan, Ibu Supiyah mendengar kabar yang menyatakan bahwa suaminya menikah lagi. Karena tidak tahan, Ibu Supiyah kembali ke rumah orangtuanya dengan membawa serta bayinya. Singkat cerita, akhirnya mereka resmi bercerai.
Ketika Masnunah masih balita, bapak Said mengambil alih hak asuh putrinya tersebut dan membawanya untuk tinggal bersama-sama dengan istri barunya. Darwis dan Masnunah tumbuh dengan didikan yang keras dari orangtua mereka. Meski kakak-beradik, mereka berdua tak pernah akur jika dibelakang orang tua. Sang kakak selalu menjahili adiknya hingga tak jarang Masnunah dihukum oleh ayahnya. Hukuman yang diberikan tidak tanggung-tanggung, Bapak Said menggunakan rotan untuk memukulnya. Pada saat itu, hukuman yang demikian masih sering dijumpai dan merupakan hal yang biasa dalam mendidik anak menggunakan kekerasan.
Ketika Masnunah menginjak usia tujuhbelas tahun, Bapak Said menjodohkannya dengan seorang laki-laki bernama Sirajuddin yang ternyata masih saudara jauhnya. Meski mereka tidak saling kenal satu sama lain, Masnunah tetap menyetujui perjodohan itu karena takut menjadi anak yang durhaka.
Meski sudah sama-sama dewasa, kedua anak Bapak Said masih saja tidak rukun. Sang kakak selalu iri pada adiknya yang bisa hidup lebih mandiri karena didikan yang lebih keras dari ayahnya. Oleh karena itu, beliau segera memisahkan tempat tinggal kedua anaknya setelah mereka menikah. Bapak Said memberikan rumahnya sendiri untuk anaknya yang pertama, sedangkan Masnunah lebih memilih membangun rumah baru. Ketika Masnunah sedang membangun rumahnya sendiri, diam-diam bapak Said turut membiayai tanpa sepengetahuan anaknya yang pertama. Karena meski beliau selalu menuruti permintaan anaknya yang pertama, beliau juga sangat menyayangi Masnunah dengan cara yang berbeda.
Jika melihat bagaimana bapak Said mendidik putra-putrinya, mungkin pada awalnya orang-orang beranggapan bahwa beliau berlaku tidak adil pada kedua anaknya. Sang kakak lebih diperhatikan, sementara adiknya akan langsung dihukum jika melakukan kesalahan meski ia tak menyadarinya. Tapi itulah cara tersendiri bagi bapak Said. Kasar diluar, tapi hatinya begitu penyayang. Beliau berlaku tegas pada Masnunah karena ia adalah anak perempuan. Jika sudah menikah, maka ia akan ikut ke manapun sang suami membawanya. Karena itulah bapak Said ingin Masnunah dapat mengurus rumah tangganya dengan baik.
Ketika cucu-cucu bapak Said beranjak dewasa, beliau mendorong mereka untuk menempuh pendidikan hingga tingkat tinggi. Bahkan beliau tidak segan untuk memenuhi segala kebutuhan mereka yang menyangkut pendidikan. Tak peduli berapapun biayanya karena pada waktu itu bapak Said termasuk orang terpandang di daerahnya.
Bapak Said meninggal sekitar tahun 90-an karena kecelakaan ketika ia sedang mengendarai sepeda motor. Bapak Said mendapat luka dalam yang parah sehingga membuat beliau meninggal di tempat kejadian.























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bapak Said lahir dari pasangan Hamidah-Dumyati. Namun orang tuanya bercerai ketika beliau masih anak-anak. Kemudian ibunya membawa bapak Said pindah ke Malang dan memulai hidup baru hingga beliau berumah tangga dan memiliki dua orang anak. Ajang perjodohan dalam keluarga bapak Said merupakan hal yang sudah menjadi tradisi meskipun keputusan tetap berada di tangan yang bersangkutan.

3.2 Saran
Kehidupan yang dijalani seseorang tidaklah sama. Mereka memiliki cara tersendiri dalam mengurus rumah tangganya. Tiap orang juga memiliki kepribadian yang berbeda. Keluarga sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, cara mendidik anak harus sangat diperhatikan agar dapat mengurangi sikap-sikap yang tak pantas.














DAFTAR RUJUKAN

Narasumber :
Nama                           : Masnunah
Tempat, tanggal lahir  : Malang, 1 Januari 1955
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Alamat                        : Jl. KH. Hasyim Asy’ari RT/RW 034/011 Desa Banjarejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang

Buku :
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar