Selasa, 10 Desember 2013

Yana Armadhita



FAKTOR MIMPI DALAM MEMPENGARUNGI HIDUP



MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu P.U., S.Pd., S.Hum., M.Pd







Oleh
Yana Armadhita
130731607248






 
















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013

BAB 1
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Mimpi adalah salah satu factor dalam menjalani hidup. Mimpi akan sangat bermanfaat saat seseorang ingin menggapai cita-cita yang diinginkan., baik mimpi masa kecil atau mimpi saat seseorang mulai menjalani hidupnya. Mimpi seseorang bisa berubah tergantung apa yang telah dijalani dalam hidupnya, dan bahkan mimpi yang telah tercapai akan terus berkembang menjadi mimpi yang lebih besar.
Bapak Budi Setyo Pranoto atau yang biasa dipanggil bapak Budi mungkin sangat menyadari apa yang dimaksud dengan mimpi, apa yang diartikan jika seseorang tidak memiliki mimpi besar, maka dia tidak akan menjadi orang besar. Maka bapak Budi mulai bermimpi dan mulai mengejar mimpi itu dengan kerja keras dan apa yang biasa dibilang banyak orang dengan usaha untuk menggapai mimpi.
Mulai dari mimpi itulah seorang bapak Budi yang notabennya hanya seorang anak biasa dari daerah biasa membangun hidupnya dengan berdasarkan mimpi yang telah dia percaya. Bapak Budi percaya bahwa suatu saat nanti, mimpi masa kecilnya akan bisa terwujud walaupun hidup yang dijalaninya mengharuskannya merusaha lebih keras dan lebih keras dalam mengejar mimpinya.
Hidup tidak selalu semudah apa yang dipikirkan banyak orang, butuh kerja keras dan usaha dalam menjalani hidup dan menggapai mimpi. Banyak hal yang tidak terduga dari jalannya hidup, entah itu baik atau buruk yang dijalani dalam hidupnya. Sebaik-baiknya seseorang dalam menjalani hidup adalah ia yang belajar dari seseorang yang dia anggap berhasil dalam menjalani hidupnua.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana perjalanan hidup bapak Budi dalam menggapai mimpi-mimpinya?
2.    Bagaimana bapak Budi menyikapi masalah yang terjadi dalam hidupnya dalam konteks menggapai mimpi-mimpinya?
C.  TUJUAN PENULISAN
1.  Untuk menjelaskan perjalanan hidup bapak Budi dalam menggapai mimpinya.
2.  Untuk menjelaskan bagaimana bapak Budi menyikapi masalah hidupnya agar bisa menggapai mimpi-mimpinya

D.  METODE
1.    Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul “faktor mimpi dalam mengarungi hidup”. Karena penulis ingin menceritakan tentang perjalanan hidup bapak Budi dalam menggapai mimpi-mimpinya. Penulis merupakan anak kandung dari bapak Budi yang menjadi narasumber. Dalam perjalanan hidup bapak Budi, banyak pembelajaran yang bisa didapat, dan diharapkan bisa menjadi salah satu sumber inspiratif pembaca.
2.    Heuristik
Pengumpulan data yang sesuai dengan topik pembahasan  yaitu sumber primer didapat penulis dari wawancara langsung dengan bapak Budi yang merupakan narasumber utama. Sedangkan sumber sekunder berhasil didapat dari wawancara dengan saudara dan kerabat dari bapak Budi. Sumber sekunder sendiri untuk pembanding dan pendukung dari sumber primer.
3.    Kritik/ Verifikasi
Penulis mengumpulkan data-data dari wawancara dengan bapak Budi dan juga saudara mauun kerabat bapak Budi. Hal ini untuk membandingkan kisah perjalanan hidup yang dikemukakan oleh bapak Budi dan yang dikemukakan oleh saudara maupun kerabat dari bapak Budi.
4.    Interpretasi
Penulis beranggapan bahwa mimpi akan dapat terwujud jika mimpi itu dibarengi dengan kerja keras, usaha, dan doa.
5.    Historiografi
Dalam historiografi penulis memulai dengan Bab I yaitu pendahuluan, pendahuluan ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode-metode sejarah. Kemudian dilanjutkan pada Bab II yaitu pembahasan yang merupakan inti makalah, tepatnya jawaban dari rumusan masalah. Dan yang terakhir Bab III penutup yaitu berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perjalanan hidup bapak Budi dalam menggapai mimpi-mimpinya
Lahir sebagai anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan ibu Suwanti dan bapak Kartono pada tanggal 2 Februari 1961 dikota Malang. Pada masa itu, kota Malang masih merupakan kota yang kurang berkembang. Bapak Budi juga dilahirkan dari keluarga yang bisa dibilang hidup dibawah garis kemiskinan. Hal itu membuat bapak Budi memiliki mimpi yang bisa dikatakan sangat sering dimiliki banyak anak, yaitu dapat membahagiakan orang tua. Mimpi yang sangat singkat tapi memiliki arti yang luas.
Hidup memang tidak semudah apa yang dibayangkan, hal itu sangat dirasakan oleh bapak Budi. Pada saat usianya menginjak usia 9 tahun, bapak Budi harus menerima kenyataan bahwa sang Ayah yang sangat dekat dengannya harus meninggal dunia. Meninggalnya sang ayah harus ditambah berat dengan meninggalnya ke dua kakak laki-laki dari bapak Budi yang berarti pada usia 9 tahun, bapak Budi sudah menjadi anak laki-laki satu-satunya dikeluarga.
Masa-masa kecil bapak Budi dijalani dengan lebih berat dari anak-anak lain, saat masih berstatus anak SD di Marsudisiwi Malang, bapak Budi sudah membantu sang ibu dengan berjualan es dan makanan kecil lainnya disekolah dan ditempat-tempat lain seperti diterminal dan didaerah sekitar rumah.
Berjualan merupakan hal biasa yang menjadi kebiasaan bapak Budi, hal ini terus dilakukan dari SD di Marsudisiwi, SMP di Marsudisiwi, dan bahkan sampai STM Grafika. Semua itu dilakukan untuk membantu sang ibu dan juga membangun mimpinya sendiri untuk membahagiakan sang ibu.
Setelah lulus dari STM Grafika, bapak Budi mempunyai niat untuk pergi merantau keJakarta, hal ini dilakukan untuk dapat menggapai sukses yang lebih besar yang didasari mimpinya untuk dapat lebih membahagiakan ibunya. Hal ini tentu berat bagi sang ibu yang menganggap bahwa bapak Budi masih terlalu muda untuk merantau keJakarta dan juga pandangan bahwa bapak budi harus menjadi pelindung bagi adik-adiknya yang masih kecil dan juga adik-adiknya yang perempuan. Tapi karena sudah menjadi niat untuk pergi keJakarta, bapak Budi memberikan pengertian kepada ibunya dan juga kepada adik-adiknya, bahwa bapak budi ingin merantau untuk mendapat sesuatu yang lebih dari sekedar hidup diMalang dan juga untuk membuktikan mimpinya pada san ibu untuk membahagiakannya dan untuk hidup lebih baik diJakarta.
Setelah melalui sedikit perdebatan dengan sang ibu, akhirnya bapak Budi diberikan izin untuk merantau keJakarta. Dengan bermodal doa restu dan kemampuan yang dimiliki dari hasil belajar selama hidupnya, bapak Budi pergi keJakarta dengan keyakinan bahwa dia bisa menjadi orang yang lebih baik diJakarta, menjadi kebanggan bagi keluarga, dan menjadi seoarang yang lebih sukses.
Masa-masa awal dating keJakarta sangat berat dirasakan bapak Budi, Jakarta yang dianggap banyak orang sebagai kota terbaik mencari kerja tidak semudah apa yang dibicarakan banyak orang. Hal itu sangat dirasakan oleh bapak Budi, dia harus bersaing dengan banyak orang. Pekerjaan pertama dari bapak Budi adalah menjadi karyawan swasta disebuah tempat fotocopy. Merasa sangat sulit untuk berkembang, akhirnya bapak Budi memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencari pekerjaan lain. Pekerjaan kedua bapak Budi adalah menjadi karyawan ditoko buku Gramedia. Setelah bekerja cukup lama, bapak Budi mendapat tawaran dari temannya untuk menjadi PNS diperusahaan milik Negara atau BUMN, yaitu karyawan PT. PLN Persero. Setelah melalui tes yang ketat, akhirnya bapak Budi berhasil diterima menjadi PNS, hal ini tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi diri sendiri dan juga keluarga, karna bagi sebagian orang menjadi PNS adalah pekerjaan yang paling enak dan dengan demikian dapat membantu keuangan keluarga. Hal itu juga menjadi pemikiran sang ibu dan juga adik-adik dari bapak Budi, bahkan sang adik menjadi terpacu untuk menjadi PNS seperti kakaknya. Hal ini tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi bapak Budi dan juga keluarga, berkat kerja keras dan doa yang selalu mengalir dari diri sendiri dan juga keluarga, maka bapak Budi berhasil menjadikan mimpinya menjadi kenyataan, membanggakan orang tua dan juga menjadi orang yang akan terus menjadi lebih baik.


2.2 Bagaimana bapak Budi menyikapi masalah hidup untuk mewujudkan mimpinya
Bapak Budi memang dilahirkan dari keluarga yang bisa dianggap hidup dibawah garis kemiskinan, tapi berkat kerja keras, usah lebih, dan doa yang selalu meyertai hidup dari bapak Budi dan orang-orang terkasih, maka dia berhasil menggapai mimpi-mimpinya. Mimpi menjadi orang yang lebih baik, lebih berhasil, dan juga mimpi untuk dapat membanggakan orang tua.
Hidup memang tidak semuadah apa yang dibayangkan. Bapak Budi sudah harus bekerja sebagai penanggung jawab adik-adiknya karena sang ayah dan kedua kakak laki-lakinya harus meninggalkan dunia lebih cepat. Tentu hal seperti ini sangat sulit diterima oleh bapak Budi yang pada saat itu masih berusia 9 tahun, namun jika hanya terus mengeluh, tidak ada perubahan yang akan terjadi. Hal ini ada dalam benak bapak Budi yang berusaha membantu ibunya dengan berjualan, tidak ada rasa malu dipikiran bapak Budi, dia hanya berpikir untuk membantu perekonomian keluarga.
Setelah lulus dari STM Grafika, bapak budi memiliki niat pergi merantau keJakarta, yang berarti harus meninggalkan sang ibu dan adik-adiknya. Hal ini dilakukan dengan tujuan milia, yaitu untuk bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik bila merantau keJakarta.
Setelah semua yang terjadi, Bapak Budi merantau keJakarta dengan niat yang dangat kuat, niat untuk mengejar mimpi-mimpinya. Hasil kerja keras yang selama ini ditunjukkan berhasil mendapatkan jalan dari tuhan, mendapat pekerjaan yang baik, dan juga mendapat istri yang baik, setia, dan juga soleha. Dan waniata yang menjadi istrinya adalah wanita desa yang juga merantau keJakarta, wanita dari daerah Gombong, Jawa Timur yang lahir pada tanggal 4 Desember 1962 ini menjadi bukti bahwa bapak Budi sudah menjalani hidupnya dengan sebaik-baiknya. Kebahagian bertambah saat lahir dua orang anak, yaitu satu anak perempuan dan satu anak laki-laki. Anak perempuan diberi nama Diyah Arvita Hadinati, dan anak laki-laki diberi nama Yana Armadhita yang juga bertindak sebagai penulis.



BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Dalam kehidupan bapak Budi Setyo Pranoto, tidak semua yang diinginkan akan dapat terwujud, tapi bagaimana bapak Budi menjalani hidupnya dapat memberikan kita suatu pelajaran tentang bagaimana meraih mimpi, bagaimana semangat membangun mimpi menjadi kenyataan dengan doa yang selalu menjaganya.
Tidak ada yang membayangkan bahwa seorang anak yang lahir dalam keadaan keluarga sulit, dengan semangatnya berhasil menjadi manusia yang lebih baik, bapak Budi berani mengambil resiko dengan merantau keJakarta dengan kemampuan yang dia punya, dengan mmpi yang dia yakini, dan semangat untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.
Kebanyakan masyarakat yang merantau keJakarta tidak memiliki kemampuan dan hanya berdasarkan kenekatan untuk hidup lebih baik, tetapi tidak dengan bapak Budi yang merantau keJakarta dengan kemampuan yang dia miliki.
3.2 Saran
Dalam kehidupan yang penuh tantangan, banyak hal yang akan mempengaruhi bagaimana seseorang dapat menjalani hidupnya dan terus dapat berkembang. Factor mimpi akan sangat berperan dalam kehidupan seseorang jika dibarengi juga dengan kerja keras dan tidak lupa berdoa pada tuhan.




DAFTAR RUJUKAN
Narasumber
Nama       :Budi Setyo Pranoto
TTL          :Malang 2 Februari 1961
Status       :Menikah (suami)
Pekerjaan :PNS

Nama       :Nafsiah
TTL          :Gombong 4 Desember 1962
Status       :Menikah (istri)
Pekerjaan :PNS

Nama       :Diyah Arvita Hadinati
TTL          :Jakarta 5 Februari 1992
Status       : Anak dari Bapak Budi
Pekerjaan : Mahasiswa



LAMPIRAN
Foto keluarga bapak Budi
Foto anak dari bapak Budi dan ibu Nafsiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar