PERJALANAN
HIDUP DAN PERJUANGAN MEMBANGUN USAHA
BAPAK EDI
TANTO
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ilmu
Sejarah
Yang dibina
oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum, M.Pd.
Oleh
:
Alde Nabil
Antoni
130731616734
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
Desember
2013
Daftar
Isi
PENDAHULUAN
Hidup adalah usaha untuk mempertahankan
keberadaan kita. Walaupun rezeki, jodoh, dan mati telah ditentukan oleh yang
maha kuasa, kita berkewajiban untuk selalu berusaha dan melakukan semua hal
dengan seluruh kemampuan kita. Karena Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu
kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya. Berkeluarga merupakan salah satu
bentuk cara untuk mempertahankan keberadaan kita. “Sebenarnya keluarga
mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam
bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala
pengetahuan dan kecerdasan intelektuil manusia diperoleh pertama-tama dari
orang tua dan anggota keluarganya sendiri” (Gunarsa S.D.,1999:1).karena alasan itulah,
betapa pentingnya arti sebuah keluarga bagi kita. Keluarga sudah semestinya
selalu mempunyai cerita bagaimana keluarga tersebut terbentuk. Sesuai dengan
karakter bangsa Indonesia saat ini yang masih berbudayakan verbal, maka jarang
sekali sejarah atau cerita suatu keluarga telah dituliskan menggunakan
metodologi sejarah. Oleh karena itulah, disini penulis mencoba untuk menuliskan
sejarah keluarganya sendiri seobyektif mungkin.
1.2.1 Bagaimana sejarah perjalanan hidup
Bapak Edi Tanto ?
1.2.2 Bagaimana usaha yang telah dilakukan untuk
membangun usaha sehingga mampu menghidupi keluarganya ?
1.3.1 untuk
mengetahui perjalanan hidup Bapak Edi Tanto
1.3.2 untuk mengetahui bagaimana usaha yang
dilakukan untuk menghidupi keluarganya ?
Penulis
menggunakan metode-metode yang digunakan oleh s\para sejarawan pada umumnya
untuk mendapatkan, mengkritisi, dan menginterpretasikan data data untuk
mendapatkan hasil semaksimal mungkin.
1.4.1 Pemilihan topik
Disini
penulis mencoba menuliskan sejarah yang berjudulkan perjalanan hidup dan
perjuangan membangun usaha Bapak Edi Tanto. Alasan penulisan topik ini adalah
dikarenakan sumber yang didapatkan masih dapat dikatakan mudah karena sumber
primer masih ada. Selain itu, menururt penulis, di Indonesia masih jarang
menuliskan sejarah seseorang yang belum meninggal.
1.4.2 Heuristik
Penulis
mengumpulkan data data dari wawancara dengan salah satu anggota keluarga dari
Bapak Edi Tanto, serta melihat beberapa dokumen-dokumen milik Bapak Edi Tanto.
1.4.3 Kritik
Dalam
proses ini, penulis mencoba mencocokkan dan memverifikasi hasil wawancara
dengan membandingkannya dengan dokumen seperti foto, akta, dan surat surat
lainnya.
1.4.4 interpretasi
Menurut penulis perjuangan Bapak Edi
Tanto dikarenakan keprihatinan terhadap kondisi ekonomi keluarganya pada saat
beliau masih kecil sehingga memaksa Beliau untuk bekerja dan mandiri sejak
dini.
1.4.5 Historiografi
Pada
bab 1 ini penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana cara pengumpulan data
data yang dianggap akurat dan penting dengan cara wawancara terhadap sumber
yang terpercaya. Sedangkan pada bab 2 atau bab selanjutnya ini menjelaskan
tentang bagaimana perjalanan hidup dan perjuangan membangun usaha Bapak Edi
Tanto.
PEMBAHASAN
Bapak Edi Tanto merupakan anak pertama
dari pernikahan Ibu Tumilah dan Bapak Bambang Supeno. Ibu Tumilah ini sebelum
menikah bekerja di pabrik Sabun Cap Kunci. Sedangkan Pak Bambanng Supeno
bekerja di pemvulkanisiran ban truck. setelah mereka menikah pada bulan
September 1961, ibu Tumilah mulai berhenti bekerja dari pabrik, sedangkan Pak
Bambang Supeno mulai membuka usaha perbengkelan di dekat rumahnya di daerah
Gadang, Gang 4. Baru pada tahun 1963 mereka memiliki anak pertama mereka, yaitu
Bapak Edi Tanto. Ibu Tumilah dan Bapak Bambang Supeno memiliki total 4 anak
yang semuanya lahir berurutan pada tahun 1967, 1969, dan 1972. Sekitar umur 6
tahun, Bapak Edi Tanto mulai bersekolah di SDN Gadang 3. Namun, karena orang
tuanya tidak memiliki biaya lagi, Bapak Edi Tanto tidak melanjutkan sekolah
setelah lulus SD. Hidup, memanglah selalu banyak pilihan, dan manusia selalu
memohon untuk dipilihkan jalan terbaik oleh Allah SWT. Oleh karena Bapak Edi
Tanto tidak meneruskan sekolahnya, Bpak Edi Tanto diajak bekerja menjadi kuli
angkut di Jakarta. Tetapi Bapak Edi Tanto menolaknya. Akhirnya beliau diajak
bekerja oleh Bapak Ali Siswoyo. Bapak Ali Siswoyo ini merupakan kakak dari Ibu
Tumilah. Beliau bekerja sebagai pembantu dalam pemasakan emas. Sepertinya hal
ini tidaklah di sia-siakan oleh Bapak Edi Tanto. Sembari beliau bekerja, beliau
juga belajar ilmu yang langka mengenai tata cara pemasakan logam emas dan perak
untuk dijadikan perhiasan. Selama lima tahun Bapak Edi Tanto bekerja pada Bapak
Ali Siswoyo, sehingga Bapak Edi Tanto mampu membantu orang tuanya sehingga
adik-adiknya mampu bersekolah hingga tamat SMA. Lima tahun lamanya Bapak Edi
Tanto bekerja di pakdenya tersebut, beliau akhirnya memutuskan bekerja di
toko-toko
emas di daerah Malang sekitar empat tahun lamanya. Pada saat itu, prinsip
beliau bukanlah karena uang beliau bekerja, melainkan karena ingin mendapatkan
ilmu tentang emas lebih banyak lagi. Setelah membantu menyekolahkan
adik-adiknya, Bapak Edi Tanto mulai mengumpulkan modal untuk membuka toko
perhiasan sendiri pada tahun 1981. Dijualnya tiga motor kesayangannya hasilnya
bekerja pada toko-toko emas di Malang. Ketiga motor tersebut terjual seharga
lima ratus ribu rupiah. Dibelinya sebuah toko di Kepanjen beserta isinya.
Namun, pada saat itu, Bapak Edi Tanto belum mampu membeli barang dagangan
sendiri, melainkan membeli emas kotor atau emas hasil pakai orang-orang yang
kemudian dicucinya untuk mendapatkan sedikit keuntungan. Pernah suatu ketika,
Bapak Edi Tanto membeli barang dari orang, dan ternyata barang tersebut
merupakan barang curian. Karena membeli barang curian, Bapak Edi Tanto sempat
ditahan oleh polisi. Beliau di tahan di Surabaya. Beruntung polisi kembali
membebaskan dikarenakan telah dinyatakan tidak bersalah. Sebelum memliki
kendaraan pribadi, Bapak Edi Tanto berangkat menuju tokonya yang ada di
Kepanjen menggunakan jasa angkutan Bus Adam. Sayang sekali, bus tersebut
sekarang sudah ditiadakan. Beliau selalu berangkat pukul setengah 6 pagi dan
pulang pukul 4 sore. Kedisiplinan dan kegigihan beliau berbuah hasil. Akhirnya
usaha beliau semakin berkembang pesat walau dengan kondisi yang naik turun.
Rupa-rupanya,
Bapak Edi Tanto telah berusaha untuk mendapatkan pasangan hidup. Beliau
berusaha mendapatkan anak juragannya. Beliau meminta ibunya, Ibu Tumilah, untuk
menanyakan perihal tentang anak gadis tersebut. Setelah ditanyakan, ternyata
orang tua dari anak gadis tersebut menyetujuinya. Setelah proses penanyaan
tersebut, Bapak Edi Tanto tanpa sengaja menemui anak gadis tersebut
berboncengan dengan lelaki lain. Melihat hal tersebut, Bapak Edi Tanto sudah
tidak mau dengan gadis tersebut. Suatu ketika, seorang tetangga Bapak Edi Tanto
di sebelah tokonya mencoba mengenalkan gadis yang merupakan keponakannya karena
selalu melihat Bapak Edi Tanto bekerja dengan keras. Saat itu, Bapak Edi Tanto
masih belum mau berkenalan dengan gadis tersebut. Tetapi, hari itu juga, Bapak
Edi Tanto mengajak seorang temannya untuk mencari rumah gadis tersebut.
Berangkatlah Bapak Edi Tanto bersama seorang temannya itu dengan naik bus untuk
mencari rumah gadis tersebut yang setelah melalui proses penanyaan ke
orang-orang sekitar berada di daerah Blitar. Tanpa proses berpacaran, akhirnya
Bapak Edi Tanto menikahi gadis tersebut yang ternyata bernama Anik Khoiryah. Mereka
menikah pada tahun 1987. Selama enam bulan Bapak Edi Tanto tinggal di rumah
orang tuanya di Gadang. Setelah 6 bulan itu, Bapak Edi Tanto memboyong istrinya
untuk tinggal di rumah kontrakan di di Kepanjen. Pada tahun 1988, istri beliau
hamil anak pertama. Namun, setelah beberapa bulan hamil, istri beliau mengalami
keguguran. Pada tahun 1989, istri beliau juga mengalami keguguran setelah hamil
beberapa bulan. Baru sekitar pada tahun 1990, anak beliau berhasil untuk
dilahirkan. Kemudian istri beliau hamil lagi pada tahun 1994 dan 1998. Seiring
dengan perkembangan keluarganya, usahanya juga semakin berkembang pesat.
Usahanya tidak hanya berdagang emas. Melainkan merambah ke bisnis beras dan Real Estate. Begini ceritanya. Bapak Edi
Tanto memiliki relasi di perusahaan Bulog. Karena pada saat itu beras sangat
sulit dan mahal, saat itu terjadi krisis moneter pada tahun 1997, Bapak Edi
Tanto meminta jatah ke Bulog untuk dijual kembali. Pada saat itu, harga beras
sekitar 3000/Kg nya. Namun, Bapak Edi Tanto berani menjual beras seharga
2200/Kg nya. Sedangkan jatah dari Bulog hanya sekitar 12 Ton setiap harinya. Keuntungan
dari berjualan beras akhirnya dibelikannya rumah di Jalan Adi Utomo. Setelah
sukses berjualan beras, Bapak Edi Tanto mendapatkan tawaran membangun sebuah Real Estate. Saat itu, terjadi
kesepakatan antara empat orang untuk mengumpulkan dana sebanyak 2 Miliar
Rupiah. Bapak Edi Tanto mendapatkan jatah untuk mengumpulkan dana sebesar 550
Juta Rupiah. Karena saat itu Bapak Edi Tanto hanya memiliki dana sekitar 250
Juta Rupiah, Beliau meminjam dana kepada Bank BRI sebesar 300 Juta Rupiah
dengan jaminan sertifikat rumahnya. Namun ternyata, semua uang tersebut di bawa
lari oleh orang yang tidak bertanggung jawab, Bapak Edi Tanto telah berusaha
mengejar orang tersebut dengan bantuan polisi. Namun orang tersebut berhasil
kabur sehingga seluruh modal usaha Bapak Edi Tanto lenyap sudah. Rumahnya pun
akhirnya di jual untuk menutupi hutangnya terhadap Bank BRI. Hasil dari
berjualan rumah tersebut digunakan untuk membeli rumah di Perumahan Sukoardi
Indah dan untuk menunaikan ibadah haji. Hingga saat ini, Bapak Edi Tanto terus
berjuang untuk menghidupi keluarganya, serta terus berusaha untuk menjalankan
usahanya.
PENUTUP
Sehubungan
dengan selesainya penulisan historiografi ini, penulis dapat belajar serta
dapat menyimpulkan sebagai berikut
3.1.1 Bapak Edi Tanto lahir dari keluarga dengan
ekonomi yang pas-pasan, namun dengan disiplin dan ketekunan beliau, beliau
berhasil untuk merubah nasibnya.
3.1.2 Bapak Edi Tanto walaupun dengan beragam cobaan
berhasil membangun suatu usaha. Namun demikian, kepercayaan yang terlalu
berlebih terkadang bisa menjerumuskan kita terhadap suatu lubang kegagalan.
Kita sebagai manusia mempunyai kekuatan
yang luarbiasa untuk merubah nasib kita bila kita mau berusaha. Bapak Edi Tanto
yang telah berusaha dengan kegigihan, keuletan, kesabaran dan kedisiplinan,
untuk melebarkan sayapnya seharusnya mempunyai kehati-hatian dalam mempercayai
seseorang.
Gunarsa,
S.D,1999. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta
: BPK Gunung Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar