Selasa, 10 Desember 2013

Alde Nabil Antoni



PERJALANAN HIDUP DAN PERJUANGAN MEMBANGUN USAHA
BAPAK EDI TANTO

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum, M.Pd.

                                                                       Oleh :
Alde Nabil Antoni
130731616734







Description: Description: D:\doc. ambarr\semester 1\Logo UM\ajip.jpg





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Desember 2013


PENDAHULUAN
Hidup adalah usaha untuk mempertahankan keberadaan kita. Walaupun rezeki, jodoh, dan mati telah ditentukan oleh yang maha kuasa, kita berkewajiban untuk selalu berusaha dan melakukan semua hal dengan seluruh kemampuan kita. Karena Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya. Berkeluarga merupakan salah satu bentuk cara untuk mempertahankan keberadaan kita. “Sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektuil manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri” (Gunarsa S.D.,1999:1).karena alasan itulah, betapa pentingnya arti sebuah keluarga bagi kita. Keluarga sudah semestinya selalu mempunyai cerita bagaimana keluarga tersebut terbentuk. Sesuai dengan karakter bangsa Indonesia saat ini yang masih berbudayakan verbal, maka jarang sekali sejarah atau cerita suatu keluarga telah dituliskan menggunakan metodologi sejarah. Oleh karena itulah, disini penulis mencoba untuk menuliskan sejarah keluarganya sendiri seobyektif mungkin.
      1.2.1 Bagaimana sejarah perjalanan hidup Bapak Edi Tanto ?
1.2.2 Bagaimana usaha yang telah dilakukan untuk membangun usaha sehingga mampu menghidupi keluarganya ?
      1.3.1 untuk mengetahui perjalanan hidup Bapak Edi Tanto

1.3.2 untuk mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan untuk menghidupi keluarganya ?

                  Penulis menggunakan metode-metode yang digunakan oleh s\para sejarawan pada umumnya untuk mendapatkan, mengkritisi, dan menginterpretasikan data data untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin.
1.4.1 Pemilihan topik
                  Disini penulis mencoba menuliskan sejarah yang berjudulkan perjalanan hidup dan perjuangan membangun usaha Bapak Edi Tanto. Alasan penulisan topik ini adalah dikarenakan sumber yang didapatkan masih dapat dikatakan mudah karena sumber primer masih ada. Selain itu, menururt penulis, di Indonesia masih jarang menuliskan sejarah seseorang yang belum meninggal.
1.4.2 Heuristik
                  Penulis mengumpulkan data data dari wawancara dengan salah satu anggota keluarga dari Bapak Edi Tanto, serta melihat beberapa dokumen-dokumen milik Bapak Edi Tanto.
1.4.3 Kritik
                  Dalam proses ini, penulis mencoba mencocokkan dan memverifikasi hasil wawancara dengan membandingkannya dengan dokumen seperti foto, akta, dan surat surat lainnya.


1.4.4 interpretasi
                  Menurut penulis perjuangan Bapak Edi Tanto dikarenakan keprihatinan terhadap kondisi ekonomi keluarganya pada saat beliau masih kecil sehingga memaksa Beliau untuk bekerja dan mandiri sejak dini.
1.4.5 Historiografi
                  Pada bab 1 ini penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana cara pengumpulan data data yang dianggap akurat dan penting dengan cara wawancara terhadap sumber yang terpercaya. Sedangkan pada bab 2 atau bab selanjutnya ini menjelaskan tentang bagaimana perjalanan hidup dan perjuangan membangun usaha Bapak Edi Tanto.














PEMBAHASAN

Bapak Edi Tanto merupakan anak pertama dari pernikahan Ibu Tumilah dan Bapak Bambang Supeno. Ibu Tumilah ini sebelum menikah bekerja di pabrik Sabun Cap Kunci. Sedangkan Pak Bambanng Supeno bekerja di pemvulkanisiran ban truck. setelah mereka menikah pada bulan September 1961, ibu Tumilah mulai berhenti bekerja dari pabrik, sedangkan Pak Bambang Supeno mulai membuka usaha perbengkelan di dekat rumahnya di daerah Gadang, Gang 4. Baru pada tahun 1963 mereka memiliki anak pertama mereka, yaitu Bapak Edi Tanto. Ibu Tumilah dan Bapak Bambang Supeno memiliki total 4 anak yang semuanya lahir berurutan pada tahun 1967, 1969, dan 1972. Sekitar umur 6 tahun, Bapak Edi Tanto mulai bersekolah di SDN Gadang 3. Namun, karena orang tuanya tidak memiliki biaya lagi, Bapak Edi Tanto tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SD. Hidup, memanglah selalu banyak pilihan, dan manusia selalu memohon untuk dipilihkan jalan terbaik oleh Allah SWT. Oleh karena Bapak Edi Tanto tidak meneruskan sekolahnya, Bpak Edi Tanto diajak bekerja menjadi kuli angkut di Jakarta. Tetapi Bapak Edi Tanto menolaknya. Akhirnya beliau diajak bekerja oleh Bapak Ali Siswoyo. Bapak Ali Siswoyo ini merupakan kakak dari Ibu Tumilah. Beliau bekerja sebagai pembantu dalam pemasakan emas. Sepertinya hal ini tidaklah di sia-siakan oleh Bapak Edi Tanto. Sembari beliau bekerja, beliau juga belajar ilmu yang langka mengenai tata cara pemasakan logam emas dan perak untuk dijadikan perhiasan. Selama lima tahun Bapak Edi Tanto bekerja pada Bapak Ali Siswoyo, sehingga Bapak Edi Tanto mampu membantu orang tuanya sehingga adik-adiknya mampu bersekolah hingga tamat SMA. Lima tahun lamanya Bapak Edi Tanto bekerja di pakdenya tersebut, beliau akhirnya memutuskan bekerja di

 toko-toko emas di daerah Malang sekitar empat tahun lamanya. Pada saat itu, prinsip beliau bukanlah karena uang beliau bekerja, melainkan karena ingin mendapatkan ilmu tentang emas lebih banyak lagi. Setelah membantu menyekolahkan adik-adiknya, Bapak Edi Tanto mulai mengumpulkan modal untuk membuka toko perhiasan sendiri pada tahun 1981. Dijualnya tiga motor kesayangannya hasilnya bekerja pada toko-toko emas di Malang. Ketiga motor tersebut terjual seharga lima ratus ribu rupiah. Dibelinya sebuah toko di Kepanjen beserta isinya. Namun, pada saat itu, Bapak Edi Tanto belum mampu membeli barang dagangan sendiri, melainkan membeli emas kotor atau emas hasil pakai orang-orang yang kemudian dicucinya untuk mendapatkan sedikit keuntungan. Pernah suatu ketika, Bapak Edi Tanto membeli barang dari orang, dan ternyata barang tersebut merupakan barang curian. Karena membeli barang curian, Bapak Edi Tanto sempat ditahan oleh polisi. Beliau di tahan di Surabaya. Beruntung polisi kembali membebaskan dikarenakan telah dinyatakan tidak bersalah. Sebelum memliki kendaraan pribadi, Bapak Edi Tanto berangkat menuju tokonya yang ada di Kepanjen menggunakan jasa angkutan Bus Adam. Sayang sekali, bus tersebut sekarang sudah ditiadakan. Beliau selalu berangkat pukul setengah 6 pagi dan pulang pukul 4 sore. Kedisiplinan dan kegigihan beliau berbuah hasil. Akhirnya usaha beliau semakin berkembang pesat walau dengan kondisi yang naik turun.

            Rupa-rupanya, Bapak Edi Tanto telah berusaha untuk mendapatkan pasangan hidup. Beliau berusaha mendapatkan anak juragannya. Beliau meminta ibunya, Ibu Tumilah, untuk menanyakan perihal tentang anak gadis tersebut. Setelah ditanyakan, ternyata orang tua dari anak gadis tersebut menyetujuinya. Setelah proses penanyaan tersebut, Bapak Edi Tanto tanpa sengaja menemui anak gadis tersebut berboncengan dengan lelaki lain. Melihat hal tersebut, Bapak Edi Tanto sudah tidak mau dengan gadis tersebut. Suatu ketika, seorang tetangga Bapak Edi Tanto di sebelah tokonya mencoba mengenalkan gadis yang merupakan keponakannya karena selalu melihat Bapak Edi Tanto bekerja dengan keras. Saat itu, Bapak Edi Tanto masih belum mau berkenalan dengan gadis tersebut. Tetapi, hari itu juga, Bapak Edi Tanto mengajak seorang temannya untuk mencari rumah gadis tersebut. Berangkatlah Bapak Edi Tanto bersama seorang temannya itu dengan naik bus untuk mencari rumah gadis tersebut yang setelah melalui proses penanyaan ke orang-orang sekitar berada di daerah Blitar. Tanpa proses berpacaran, akhirnya Bapak Edi Tanto menikahi gadis tersebut yang ternyata bernama Anik Khoiryah. Mereka menikah pada tahun 1987. Selama enam bulan Bapak Edi Tanto tinggal di rumah orang tuanya di Gadang. Setelah 6 bulan itu, Bapak Edi Tanto memboyong istrinya untuk tinggal di rumah kontrakan di di Kepanjen. Pada tahun 1988, istri beliau hamil anak pertama. Namun, setelah beberapa bulan hamil, istri beliau mengalami keguguran. Pada tahun 1989, istri beliau juga mengalami keguguran setelah hamil beberapa bulan. Baru sekitar pada tahun 1990, anak beliau berhasil untuk dilahirkan. Kemudian istri beliau hamil lagi pada tahun 1994 dan 1998. Seiring dengan perkembangan keluarganya, usahanya juga semakin berkembang pesat. Usahanya tidak hanya berdagang emas. Melainkan merambah ke bisnis beras dan Real Estate. Begini ceritanya. Bapak Edi Tanto memiliki relasi di perusahaan Bulog. Karena pada saat itu beras sangat sulit dan mahal, saat itu terjadi krisis moneter pada tahun 1997, Bapak Edi Tanto meminta jatah ke Bulog untuk dijual kembali. Pada saat itu, harga beras sekitar 3000/Kg nya. Namun, Bapak Edi Tanto berani menjual beras seharga 2200/Kg nya. Sedangkan jatah dari Bulog hanya sekitar 12 Ton setiap harinya. Keuntungan dari berjualan beras akhirnya dibelikannya rumah di Jalan Adi Utomo. Setelah sukses berjualan beras, Bapak Edi Tanto mendapatkan tawaran membangun sebuah Real Estate. Saat itu, terjadi kesepakatan antara empat orang untuk mengumpulkan dana sebanyak 2 Miliar Rupiah. Bapak Edi Tanto mendapatkan jatah untuk mengumpulkan dana sebesar 550 Juta Rupiah. Karena saat itu Bapak Edi Tanto hanya memiliki dana sekitar 250 Juta Rupiah, Beliau meminjam dana kepada Bank BRI sebesar 300 Juta Rupiah dengan jaminan sertifikat rumahnya. Namun ternyata, semua uang tersebut di bawa lari oleh orang yang tidak bertanggung jawab, Bapak Edi Tanto telah berusaha mengejar orang tersebut dengan bantuan polisi. Namun orang tersebut berhasil kabur sehingga seluruh modal usaha Bapak Edi Tanto lenyap sudah. Rumahnya pun akhirnya di jual untuk menutupi hutangnya terhadap Bank BRI. Hasil dari berjualan rumah tersebut digunakan untuk membeli rumah di Perumahan Sukoardi Indah dan untuk menunaikan ibadah haji. Hingga saat ini, Bapak Edi Tanto terus berjuang untuk menghidupi keluarganya, serta terus berusaha untuk menjalankan usahanya.













PENUTUP

            Sehubungan dengan selesainya penulisan historiografi ini, penulis dapat belajar serta dapat menyimpulkan sebagai berikut
3.1.1 Bapak Edi Tanto lahir dari keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan, namun dengan disiplin dan ketekunan beliau, beliau berhasil untuk merubah nasibnya.
3.1.2 Bapak Edi Tanto walaupun dengan beragam cobaan berhasil membangun suatu usaha. Namun demikian, kepercayaan yang terlalu berlebih terkadang bisa menjerumuskan kita terhadap suatu lubang kegagalan.

Kita sebagai manusia mempunyai kekuatan yang luarbiasa untuk merubah nasib kita bila kita mau berusaha. Bapak Edi Tanto yang telah berusaha dengan kegigihan, keuletan, kesabaran dan kedisiplinan, untuk melebarkan sayapnya seharusnya mempunyai kehati-hatian dalam mempercayai seseorang.









Gunarsa, S.D,1999. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar