Sabtu, 14 September 2013

SUBJEKTIVITAS, OBJEKTIVITAS, DAN KEBENARAN DALAM SEJARAH




SUBJEKTIVITAS, OBJEKTIVITAS, DAN KEBENARAN DALAM SEJARAH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ilmu sejarah
      yang dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd. S.Hum. M.Pd

oleh
Hedda Wahyu Ruhaiyah (130731615712)
Rika Wulandari (130731615730)
Whan Maria Ulfa (130731607242)
Tunggul Alif P (130731615747)
Zainal Abidin (130731616733)







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SEJARAH
September 2013

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI                                                                                                  i
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                                                                                    1
B.     Rumusan Masalah                                                                               2
C.     Tujuan Penulisan                                                                                 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Subjektivitas Sejarah                                                         3
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Subjektivitas Sejarah                 5
C.     Pengertian Objektivitas                                                                       6
D.    Unsur-unsur Yang Harus Ada Dalam Objektifias                              7
E.     Kebenaran Dalam Sejarah                                                                   8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan                                                                                          10
B.     Saran                                                                                                    10
DAFTAR RUJUKAN                                                                                    ii






i

BAB I
PENDAHULUAN
A.               Latar Belakang
Subjektivitas, ojektivitas dan kebenaran adalah hal hal yang saling terikat dalam sejarah. Ketiganya memiliki peranan yang begitu penting dalam penulisan sejarah. Subjektivitas dalam sejarah merupakan suatu gambaran dari peristiwa sejarah yang di tulis oleh sejarawan. Sedangkan objektivitas lebih mengacu pada peristiwa yang sebenarnya terjadi dan tak bisa terulang lagi. Objektivitas haruslah sesuai dengan fakta dan harus apa adanya, tidak boleh ditambah maupun dikurangi. Semakin sedikit fakta yang kita temukan semakin besar munculnya kemungkinan subjektifitas tersebut ataupun semakin kecil unsur objektivitas semakin sedikitnya sehingga peran imajinasi juga besar tetapi imajinasi-imajinasi itu harus berdasarkan bukti-bukti yang ada sehingga peritiwa sejarah tersebut juga memilki kebenaran.
Dari pengertian sobjektivitas dan objektivitas dalam sejarah pernah mengalami perbedaan pendapat. Dalam buku yang berjudul mengerti sejarah karangan Louis Gottschalk dijelaskan terdapat suatu prasangka kasar terhadap pengetauan subjektif sebagai sesuatu yang lebih rendah daripada pengetahuan objektif, sebagian besar karena kata sobjektif telah memiliki arti khayalan atau di dasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pribadi dan karenanya “tidak benar” atau “berat sebelah”. Sehingga timbul anggapan bahwa kata sobjektivitas tidak di pergunakan lagi.
Keduanya yaitu subjektivitas dan objektivitas sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan, dalam tradisi ilmu pengetahuan biasanya akan objektivitas akan menghasilkan pengetahuan kuantitatif sedangkan subjektivitas itu sendiri akan menghasilkan pengetahuan kualitatif.
Sebagaiman yang akan kita diskusikan pada makalah ini, tentang apa subjektivitas, objektivitas dan kebenaran dalam sejarah itu, bagaimana hubungan
1
                                                                                                                2
ketiganya dalam sejarah khususnya untuk memahaminya pengertian dari ketiga istilah tersebut, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dalam memahami. Sehingga kita akan bisa lebih bijak dalam menyikapi subjektivitas, objektivitas, dan kebenaran dalam sejarah, sehingga kita tidak akan mempermasalahkan perbedaan di antara ketiganya.


B.               Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengertian dari subjektivitas dalam penulisan sejarah?
2.      Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi unsur subjektivitas?
3.      Bagaimana pengertian dari objektivitas dalam penulisan sejarah?
4.      Bagaimana unsur-unsur yang harus ada dalam objektivitas?
5.      Bagaimana pengertian dari kebenaran dalam sejarah?

C.                 Tujuan Penulisan Makalah

1.                  Mendiskripsikan tentang makna dan pengertian dari sobjektivitas.
2.                  Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sobjektivitas, objektivitas dan kebenaran dalam sejarah.
3.                  Mendeskripsikan tentang makna dan pengertian dari objektivitas.
4.                  Menjelaskan unsur-unsur yang harus ada dalam objektivitas.
5.                  Mendeskripsikan tentang makna dan pengertian dari kebenaran dalam sejarah.



BAB II
PEMBAHASAN


A.               Pengertian Subjektivitas Sejarah
Subjektivitas adalah gambaran dari suatu peristiwa yang sudah terjadi berdasarkan pandangan seseorang yang diperngaruhi oleh nilai-nilai yang melingkupinya. Dengan demikian subjektivitas itu dipengaruhi oleh individu masing masing, sehingga apa yang dituliskan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Dalam penulisan sejarah subjektivitas memang sering muncul, apalagi pada saat sejarawan tersebut dihadapkan pada hal yang tidak jelas kronologisnya. Sehingga mereka lebih mengedepankan hasil dari penalaran dari perasaan mereka. Suatu contoh penjajahan di Indonesia, bagi rakyat Indonesia Negara Belanda itu menjajah Indonesia, tetapi menurut pandangan Bangsa Belanda mereka tidak menjajah Indonesia, melainkan membantu untuk memajukan Indonesia.
“Subjektivitas dalam penulisan sejarah selalu hadir karena penulis sejarah (sejarawan) tidak akan mampu mengungkapkan peristiwa sejarah ynag begitu kompleks yang pernah terjadi pada masa lampau, hanyalah sebagian kecil dari peristiwa yang dilakukan oleh manusia tersebut dapat teridentifikasi oleh penulisan sejarah. Karena merupakan hasil rekontruksi dan bukan aslinya maka sejarah dikatakan subjektif. Setiap pengungkapan atau penganggapan telah melewati proses “pengolahan” dalam pikiran dan angan-angan seorang subjek. Kejadian sebagai sejarah dalam arti objektif atau aktualitas diamati , dialami, atau dimasukan ke pikiran sebagai persepsi, sudah barang tentu sebagai “masukan” tidak akan pernah tetap murni atau jernih sebagai Ding an sich (benda tersendiri) tetapi telah di beri warna atau rasa sesuai dengan kacamata atau selera subjek” (Sartono Kartodirjo, 1992:62).

3
                                                                                                                4
“Adanya subjektivitas sejarawan bisa dikatakan sudah bermula ketika seorang sejarawan dihadapan pada pemilihan topik humaniora. Keberatan beberapa kalangan mengenai di masukannya sejarah ke dalam kelompok ilmu-ilmu sosial terletak pada penggunaan data-data sejarah yang sering kali merupakan penuturan orang, yang siapa tahu bisa saja orang itu adalah pembohong” (Jujun S. Surya Sumantri, 2003:27). Namun bagaimanapun juga perlu dipertegas bahwa subjektivitas dalam penulisan sejarah tersebut merupakan dasar dari sebuah objektiffitas sejarah, sehingga objektivitas dalam sejarah sulit terbentuk tanpa adanya subjektivitas sejarah, tetapi kendati demikian subjektivitas tersebut harus sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditentukan, sehingga dapat dibedakan antara sejarah dengan hikayat ataupun dongeng.
Subjektivitas bukanlah sesuatu yang diharamkan pada saat penulisan sejarah, karenga tanpa objektivitas tersebut suatu peristiwa tidak akan lengkap, sehingga subjektivitas itu merupakan pelengkap suatu peristiwa melalui tafsiran-tafsiran dari suatu peristiwa, karena pada saat peristiwa itu terjadi kita ataupun sejarawan tersebut tidak berada dalam posisi ataupun keadaan yang sebenarnya.
Keberadaan subjektivitas dalam sejarah tersebut tidak dapat dihindarakan, karena tanpa subjektivitas kejadian sejarah tersebut tidak akan seperti nyata. Sehingga dari sinilah kegunaan subjektivitas, yaitu sebagai pelengkap objek ataupun bukti-bukti yang telah hilang.
Subjektivitas merupakan hal yang wajar dalam penulisan sejarah, sebagai contoh kita dapat melihat dari peristiwa G30S/PKI dalam peristiwa ini para ahli sejarah mempunyai pendapat yang berbeda-beda, dari peristiwa ini saja kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam sejarah subjektivitas merupakan suatu yang biasa terjadi di kalangan para ahli sejarah terutama dalam mengintepretasi sejarah.
                                                                                                                5
B.               Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Subjektivitas

Pada umumnya pada metodologi sejarah, terdapat 4 faktor utama yang dapat menjadikan suatu penulisan sejarah bersifat subjektif, adapun faktor-faktor tersebut adalah:
a.       Pemihakan secara pribadi (personal bias)
Persoalan suka atau tidak suka pribadi terhadap individu-individu atau golongan dari seseorang dapat mempengaruhi subjektivitas dari penulisan sejarah.
b.      Prasangka kelompok (group prejudice).
Di sini menyangkut keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok, entah itu kelompok, bangsa, negara, ataupun organisasi. Keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok (ras, golongan, bangsa, dan agama) dapat membuat mereka memiliki pandangan yang bersifat sunbjektif dalam mengamati suatu peristiwa sejarah
c.       Teori-teori bertentangan tentang penafsiaran sejarah (conflicting teoris of histirical interpretation)
Pandangan atau ideologi atau yang di anut sejarawan memegang peranan penting dalam menentukan subjektivitas penulisan sejarah
d.      Konflik-konflik filsafat yang mendasar (underlying pgilosiphical conflicts)
Secara teoritis seseorang yang menganut filsafat hidup tertentu akan menulis sejarah berdasarakan pandangannya tersebut.
Keempat faktor tersebut merupakan faktor yang paling dominan yang bisa mempengaruhi unsur subjektivitas seseorang, sehingga apabila seseorang sejarawan dihadapkan pada sesuatu yang bersifat objektif, sejarawan itu harus meniadakan keempat unsur tersebut.


                                                                                                                6
C.               Pengertian Objektivitas Sejarah

Objektivitas adalah suatu sikap yang mengusahakan untuk memperoleh suatu kebenaran yang apa adanya mengenai objek yang diamati oleh manusia tanpa melibatkan perasaan atau tafsiran terhadap objek tersebut. Sikap objektivitas tidak akan di pengaruhi oleh pendapat pribadi atau golongan di dalam pengambilan keputusan. Sehingga pada saat penulisan suatu sejarah tersebut mereka tidak melibatkan rasa emosialnya maupun perasaannya terhadap suatu peristiwa yang terjadi. Misalkan seorang ahli sejarah menulis tentang cerita suatu kerajaan, maka dia tidak akan mengubah/memberikan penafsiran sendiri ke dalam peristiwa tersebut.
Mengenai subjektifitas dan objektivitas dalam sejarah Drs. I Njoman Dekker, SH (1974:35) mengatakan sebagai berikut.
Adalah suatu tuntutan ilmiah bahwa suatu uraian yang bergubungan dengan objek yang diselidiki itu, haruslah objektif, peranan subyek, yang kemudian mengakibatkan adanya pandangan subyektip, haruslah dihindarkan. Apalagi mengadakan interpretasi, yang sudah jelas sifatnya mengadakan suatu penilaian yang tertentu terhadap obyek yang diselidiki itu, haruslah di singkirkan.
Pada umumnya suatu peristiwa atau benda dikatakan subjektif jika benda atau peristiwa itu dapat didengar, dilihat, dikecap, ataupun dirasakan oleh panca indra kita. Karena pada umumnya kita tidak berada dalam kejadian sejarah tersebut maka diperlukan interpretasi dan fakta ataupun peninggalan sejarah. Fakta atau peninggalan sejarah itulah yang disebut objek, baik yang bersifat artefak maupun dokumen tertulis seberti prasasti. Sejarawan selalu dituntut supaya dengan sadar dan jujur mengikatkan diri pada objek dan berfikir secara objektif. Bukan karena adanya subjektivitas sejarah sehingga tidak bisa dikatakan memiliki kebenaran, justru karena adanya subjektivitas tersebut yang akan menghadirkan objektivitas.


                                                                                                                7

Fakta-fakta atau rentetan fakta inilah yang kemudian mengantarkan pada suatu peristiwa yang nyata dan jelas, sehingga bisa dipastikan semakin banyak fakta atau bukti yang ditemukan maka semakin besar nilai keobjektivan suatu kisah tersebut, begitu juga sebaliknya semakin sedikit fakta atau bukti yang ditinggalkan maka semakin besar unsur kesubjektifan dalam dalam cerita tersebut.
Seorang sejarawan asal Amerika serikat, Garraghan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan objetivitas sejarah adalah :
a.                  Objektivitas tidak berarti menuntut agar sejarawan bebas sepenuhnya dari kecurigaan-kecurigaan awal yang bersifat sosial, politis, agama dan budaya.
b.                  Objektivitas tidak berarti menuntut agar sejarawan mendekati tugasnya terlepas dari semua prinsip, teori dan falsafah hidupnya.
c.                  Objektivitas tidak berarti menuntut agar sejarawan bebas dari simpati terhadap objeknya.
d.                 Objektivitas tidak berarti  menuntut agar pembaca mengekang diri dari penilaian atau penarikan konklusi.
e.                  Objektivitas sejarawan tidak berarti bahwa semua situasi yang menimbulkan peristiwa historis dicatat sesuai dengan kejadiannya.

D.                Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Objektivitas
a.                   Kebenaran mutlak
Kebenaran mutlak merlupakan sesuatu yang tidak dapat terbantah lagi kebenarannya. Misalkan dalam suatu peristiwa, peristiwa itu sudah jelas kapan, di mana, apa dan siapa tokoh-tokoh dalam suatu peristiwa itu.
b.                  Sesuai dengan kenyataan, termasuk juga yang tersembunyi
Bahwa suatu kejadian tersebut sesuai dengan kenyataan atau yang biasa disebut dengan relevan.
c.                  Tidak memihak atau tidak terikat.Tidak memihak ataupun tidak terikat                maksudnya suatu peristiwa atau pengambaran suatu kisah tersebut tidak berat sebelah.
                                                                                                                8
Dalam penulisan suatu peristiwa sejarah yang hanya sekali dalam seumur hidup maka harus lengkap dan tidak boleh dikurangi.

E.               Kebenaran Dalam Sejarah
Kebenaran memilki arti sebagai sesuatu yang di anggap nyata dan benar-benar terjadi. Sedangakan pengertian kebenaran dalam sejarah itu sendiri menurut Louis Gottschalk (1975:96)  “kebenaran sejarah dapat didefinisikan sebagai suatu unsur yang dijabarkan secara langsung atau tidak langsung dari dokumen-dokumem sejarah dan dianggap kredibel setelah pengujian yang seksama sesuai dengan hukum-hukum metode sejarah”.
Apakah ada kebenaran dalam sejarah?  Pertanyaan mendasar seperti ini seringkali timbul ketika kita membaca sebuah uraian sejarah tentang sebuah peristiwa. Namun kita seringkali mengabaikan arti dari ‘kebenaran’ dalam sebuah sejarah atau cenderung menganggap ‘kebenaran sejarah’ itu adalah apa yang diuraikan dalam uraian sejarah yang kita baca. Ketika anggapan kita sebagai pembaca seperti itu, maka keadaan tersebut akan menimbulkan suatu pandangan subjektif terhadap suatu peristiwa dan lebih parah lagi akan menimbulkan fanatisme terhadap suatu ‘kebenaran’ dari satu atau sekelompok sejarawan. Hal seperti ini menyebabkan pandangan keliru khalayak terhadap peristiwa tanpa melihat sudut pandang lain sebagai pembanding. Selain itu, paradigma seperti ini memberikan ruang untuk ‘memalsukan’ sejarah dengan mempergunakan sejarah sebagai alat propaganda dalam peneybaran ideologi maupun dalam usaha menjatuhkan lawan politik.
Oleh karena itu kebenaran dalam sejarah merupakan sesuatu hal yang harus dipenuhi, karena apabila dalam sejarah tersebut tidak mengandung unsur kebenaran sama sekali, maka sejarah tersebut sama saja dengan mitos. Sehingga kebenaran dalam sejarah itu adalah sesuatu yang mutlak harus terpenuhi. Bukan hanya itu. saja sejarah juga sebagai wadah kita untuk mempelajari apa yang telah terjadi dimasa lalu, sehingga manusia yang tidak tau sejarahnya adalah manusia
                                                                                                                9

yang sedang hilang ingatan atau manusia itu sedang omnesia. Kebenaran juga bisa dibuktikan dengan menggunakan sumber tertulis (dokumen, arsip, prasasti), juga biasa menggunakan sumber sumber lisan dari saksi saksi  orang yang ada dan kemudian dihipotesa, jika ada yang tidak sesuai dengan hipotesa tersebut, Maka pernyataan itu patut diragukan.





BAB III
PENUTUP
A.               Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pembahasan diatas diperoleh gambaran tentang beberapa penjelasan megenai subjektifitas, objektifitas, dan kebenaran dalam sejarah, bahwa sanya sejarah tidak bisa terlepas dari ketiga unsur tersebut. Dari pembahasan diatas juga kita mengetahui apa itu objektif, subjektif dan kebenaran dalam  sejarah. Objektivitas adalah suatu sikap yang mengusahakan untuk memperoleh suatu kebenaran yang apa adanya mengenai objek yang diamati oleh manusia tanpa melibatkan perasaan atau tafsiran terhadap objek tersebut.  Subjektivitas adalah gambaran dari suatu peristiwa yang sudah terjadi berdasarkan pandangan seseorang yang diperngaruhi oleh nilai-nilai yang melingkupinya. Dengan demikian subjektivitas itu dipengaruhi oleh individu masing masing, sehingga apa yang dituliskan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan Kebenaran dalam sejarah memilki arti sebagai sesuatu yang dianggap nyata dan benar-benar terjadi. Ketiga unsur tersebut walaupun berbeda tetapi saling melengkapi dan ketiganya merupakan bagian dari penulisan sejarah.
B.               Saran
Sebenarnya masalah subjektivitas, objektivitas, dan kebenaran dalam sejarah tidaklah perlu dipertentangkan, alangkah baiknya jika ketiga unsur tersebut saling berjalan dengan apa adanya. Karena seperti uraian di atas ketiganya walaupun beda tetap mempunyai fungsi masing-masing sehingga ketiganya bisa melengkapi satu sama yang lain.



10
DAFTAR RUJUKAN
Dekker, N. 1994. Aneka Ragam Tentang Sejarah. Malang: IKIP Malang.
Gottschalk, L. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Njoman, I.D. 1974. Bunga Rampai Sejarah. Malang:Lembaga Penerbitan “Almamater” YPTP IKIP MALANG.
Lukmanul, C.H. 2012. Kebenaran Sejarah, (Online), (http://ilmuhumaniora.blogspot.com/2011/04/kebenaran-sejarah.html), diakses 10 September 2013.











                                   
ii