Selasa, 10 Desember 2013

M. Miftahul Munir

PERUBAHAN TINGKAH LAKU SEORANG WARIA YANG BERPROFESI MELATIH SENAM
BERNAMA ‘MADUN’ (TANTE BETTY)
DAN KEHIDUPAN KESEHARIANNYA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu, M.Pd.,M.Hum.

oleh
M. Miftahul Munir
130731615731




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Metode Sejarah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kehidupan Madun ketika ia masih kanak-kanak
2.2 Proses perubahan tingkah lakunya hingga menjadi waria
2.3 Kehidupan saat ini seorang Madun
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN










BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pergaulan di era modern memang tidaklah selalu berdampak akan hal
positif. Semua orang menginginkan masa depan mereka akan menuju
kesuksesan dan tidak menginginkan mereka bergaul dengan lingkungan
yang salah. Akan tetapi sikap mental dari tiap orang tidaklah sama,
seperti halnya yang dialami Madun. Lingkungan yang baik akan
mempengaruhi sikap mental dan nilai  individual setiap orang. Hal ini
terkait dengan Teori Labelling, Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.
Lemert. Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses
labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah
pemberian julukan atau cap yang biasanya negative kepada seseorang
yang telah melakukan penyimpangan primer (primary deviation) misalnya
pencuri, penipu, pemerkosa, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai tanggapan
terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan
dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya
sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder (secondary deviation).
Alasannya adalah sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung.
 Orang yang semula perilakunya normal pun apabila terpengaruh oleh
pergaulan yang negatif  juga akan terperosok ke dalam jurang negatif
meski tiap orang memiliki cara tersendiri dalam menanggapi hal negatif
tersebut terjadi pada diri setiap orang.
Perhatian yang diberikan oleh orang-orang sekitar individu juga
memiliki peran penting dalam pembentukan tingkah laku seorang
individu. Hal itu dapat berupa kasih sayang yang cukup serta pemenuhan
kebutuhan yang dibutuhkan individu terkait. Maka disini akan saya
angkat mengenai kehidupan seorang waria yang awalnya merupakan pribadi
yang normal dikarenakan pergaulan yang salah serta kurangnya perhatian
dari orang-orang sekitarnya membuat dia menjadi seorang waria.




RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah kehidupan dan tingkah laku Madun ketika masih kanak-kanak?
Bagaimanakah proses perubahan tingkah lakunya menjadi seorang waria?
Bagaimanakah kehidupan Madun saat ini?

TUJUAN
Mengetahui kepribadian madun ketika masih kanak-kanak
Mengetahui proses perubahan tingkah lakunya menjadi seorang waria
Mengetahui apakah kehidupan Madun sampai saat ini sudah berubah ataukah belum


METODE SEJARAH
Pemilihan topik
Penulis mencoba memilih topik ini dikarenak penulis masih memiliki
tali ikatan darah dengan seorang madun, dan hal ini merupakan hal yang
menurut penulis menarik karena hal ini dapat dijadikan pedoman dalam
bertingkah laku dan dalam menjadikan tolak ukur untuk pembaca dalam
pemecahan masalah agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak
diinginkan oleh manusia normal seperti yang dialami oleh Si Madun ini.
Heuristik
        Pengumpulan data dan sumber-sumber yang sesuai dengan topik
pembahasan  yaitu sumber primer didapat penulis dari mewawancari Tante
Betty yang merupakan seorang waria dan merupakan sumber utama yang
terlibat langsung didalamnya.
Kritik
Kririk eksternal
Madun atau Tante Betty sebagai sumber primer memang mengakui bahwa
dirinya adalah seorang waria, ia menjadi waria sejak ia lulus SMA

Kritik internal
Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyebab Madun atau Tante Betty
menjadi waria dikarenakan kurangnya perhatian dari orang disekitarnya
terutama dari keluarga sehingga ia pun mengenal pergaulan yang salah
dan ia sadar bahwa kini ia mendapat tanggapan yang negatif dari
masyarakat.

Historiografi
Dalam historiografi tentang keluarga ini penulis memulai dengan Bab I
yang berisi berupa pendahuluan, pendahuluan berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan serta metode-metode sejarah. Serta dilanjutkan
pada Bab II yang berisi pembahasan, pembahasan merupakan inti dari
makalah, Dan yang terakhir Bab III atau penutup yang berisi kesimpulan
dan saran dari pembahasan.
















BAB II
PEMBAHASAN
Kehidupan Madun ketika ia masih kanak-kanak
Madun merupakan anak terakhir dari tiga orang saudara. Madun di masa
kanak-kanaknya termasuk berasal dari kalangan keluarga yang
terpandang. Ayahnya merupakan seorang petani yang cukup sukses,
sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga namun dengan profesi
petani itu ayahnya sudah cukup mampu untuk menghidupi tiga orang
anaknya. Ayahnya juga mampu menyekolahkan ketiga orang anaknya hingga
pendidikan tingkat SMA yang mungkin pada saat Madun masih sekolah dulu
pendidikan masih merupakan hal baru, di saat itu umumnya orang-orang
hanya bersekolah hingga lulus SD (sekolah dasar). Dari sini penulis
dapat menyimpulkan bahwa tidak ada masalah mengenai faktor ekonomi
dari keluarga Madun.
Madun ketika kecil merupakan laki-laki yang utuh menurut pengakuan
darinya, di masa kanak-kanak Madun masih belum menunjukkan bahwa ia
memiliki ciri atau mental seperti sekarang ini. Madun kecil masih suka
bermain bola seperti anak laki-laki lainnya, main kelereng, bukan
bermain masak-masakan separti anak perempuan. Madun memiliki dua
saudara yang satu laki-laki bernama Abdul Madjid dan satunya lagi
perempuan bernama Rukayah. Ia pun juga tak pernah memainkan alat
kosmetik milik kakak perempuannya ketika ia masih kanak-kanak.

  Proses perubahan tingkah lakunya hingga menjadi waria
Madun mulai menunjukkan mental yang tidak normal tersebut ketika ia
sudah lulus dari bangku SMA tepatnya Madun merupakan lulusan dari SMAK
Immanuel Batu yang dahulunya masih merupakan bagian dari Malang. Madun
tidak kunjung mendapatkan pekerjaan yang dibutuhkannya dengan ijasah
SMA yang ia kantongi. Madun mulai frustasi dengan keadaan tersebut
karena menurutnya di jaman tersebut seharusnya lulusan SMA sudah harus
mendapat pekerjaan yang layak, sedangkan Madun hanya menganggur dan
hanya mendapat cemoohan dari orang-orang disekitarnya yang seharusnya
terus mendukungnya dan memotivasinya agar tidak menganggur dengan
ijasah SMA yang ia miliki. Di samping itu pula kakak laki-lakinya
telah mendapat pekerjaan sebagai DPR di Kota Batu. Hal ini membuat
keluarga dari Madun lebih memilih mencurahkan perhatiannya bukan pada
Madun melainkan pada Madjid, kakak dari Madun.
Dari sinilah, Madun lebih sering meluangkan waktu menganggurnya itu
untuk berkumpul dengan teman-teman lamanya ketika ia masih SMA, Madun
menyadari bahwa teman lama yang sering ia ajak bermain itu dulunya
adalah siswa-siswa nakal yang berpergaulan negatif. Salah satu dari
temannya adalah juga seorang waria yang memperkenalkan Madun pada
kegiatan melatih senam yang dulu masih identik dengan perempuan. Tak
lama orang-orang disekitar Madun pun mendengar bahwa Madun adalah
pelatih senam dan mengecap nama “Tante Betty” padanya. Mulanya Madun
menyadari itu hingga ia gerah dengan panggilan itu, semakin lama Madun
mulai biasa dengan nama panggilan itu hingga sampai sekartang ia malah
tidak suka dipanggil dengan nama aslinya, Madun. Perilakunya berubah
semenjak ia mengenal lebih dekat temean lamanya itu.
Keluarga madun pada awalnya mempermasalahkan perubahan tingkah laku
yang dialami madun itu, namun keluarga sadar bahwa hal itu membuat
Madun memiliki aktivitas dan tidak menganggur lagi. Orang-orang
sekitarnya juga mulai memanggil Madun dengan sebutan “Tante betty”.
Madun belum pernah memiliki pacar atau pasangan dari lain jenisnya,
perempuan. Menurutnya dengan tingkah lakunya yang berubah itu wajar
sekali apabila orang-orang mengetahui bahwa pacar atau pasangannya
berasal dari sesama jenis, laki-laki.

Kehidupan saat ini seorang Madun
Profesi melatih senam yang dulu pernah diperkenalkan teman Madun
ketika ia masih menganggur masih ditekuni Madun hingga saat ini.
Orang-orang disekitarnya sudah mulai menerima profesinya serta
perubahan tingkah laku yang dialami madun saat ini, menurut Madun
mereka (orang-orang di sekitarnya) cukup memahami bagaimana profesi
yang Madun jalani saat ini, hal tersebut juga untuk mengisi kekosongan
waktu dari Madun agar tidak lagi menjadi pengangguran. Meski, di sisi
lain masih ada orang yang beranggapan bahwa profesi itu tidak wajar
bagi laki-laki sepertinya, apalagi Madun hidup di tengah masyarakat
desa yang berfikir tabu akan profesi yang tidak pantas bagi laki-laki
untuk melatih senam, beda dengan kehidupan di kota besar misalnya yang
sudah masuk didalamnya pengaruh positif maupun negatif dari
globalisasi dan masyarakatnya sudah memahami bagaimana sulitnya
mencari nafkah serta sudah banyak perilaku menyimpang seperti
laki-laki yang berubah menjadi waria. Masyarakat sekitar Madun juga
sudah menerima keadaan bahwa Madun telah menjadi waria bernama "Tante
Betty". Dengan perubahan tingkah lakunya ini, Madun yang sekarang
tidak lagi suka dipanggil dengan nama aslinya, ia lebih suka dipanggil
dengan nama Tante Betty menurutnya ia mulai nyaman dengan nama itu.
Ayah Tante Betty saat ini sudah meninggal dikarenakan serangan
penyakit, kakak laki-lakinya yang menjadi DPR sudah memiliki keluarga
sendiri, begitu juga kakak perempuannya. Mereka (saudara dari Tante
Betty) kini tidak lagi tinggal bersama dengan Tante Betty dan ibunya.
Hanya Tante Betty yang saat ini merawat ibunya di rumahnya di Daerah
Selecta, Batu. Dengan kepergian ayahnya serta kedua saudaranya yang
tidak tinggal bersama Tante Betty, membuat Tante Betty harus berperan
menjadi kepala dalam keluarga meski ia tidak memikirkan apakah
nantinya Tante Betty akan kembali menjadi laki-laki normal dan
menikah. Tante Betty menghidupi ibunya dengan tetap melatih senam,
Tante Betty melatih senam di dekat Pasar Tradisional Batu tepatnya di
sebuah sanggar senam. Para peserta senamnya pun beragam dari mulai
ibu-ibu PKK, remaja, hingga melatih senam para LANSIA, penulis makalah
ini kebetulan juga pernah dilatih senam oleh Tante Betty ketika
penulias hendak menghadapi ujian praktek sebagai syarat kelulusan SMA.
Di rumahnya, Tante Betty memelihara dengan baik burung kesayangan
ayahnya yang telah meninggal dengan motivasi untuk mengenang dan
menghormati arwah ayahnya meski sebenarnya Tante Betty sendiri tidak
terlalu suka memelihara hewan. Di rumahnya ia juga melakukan kegiatan
selayaknya laki-laki normal seperti memperbaiki saluran air yang
rusak, memperbaiki plafon bocor,dsb. Disini Tante Betty menurutnya
harus berperan sebagaimana mestinya laki-laki normal karena ia sudah
menganggap dirinya berkewajiban melakukan hal tersebut tanpa
mengindahkan dirinya bahwa Tante Betty adalah seorang waria.



BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Madun dulunya adalah seorang anak laki-laki normal yang memiliki hobi
sebagaimana mestinya hobi anak laki-laki biasa seperti main bola, main
kelereng,dsb. Madun berasal dari keluarga yang dianggap berkecukupan
dalam faktor ekonomi, yang membuat ia berubah tingkah laku adalah
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang-orang sekitarnya serta
yang membuat Madun terjerumus menjadi waria adalah pergaulan yang
salah. Ditambah lagi masyarakat yang sedikit demi sedikit mulai dapat
menerima ketidakwajaran tersebut. Juga masyarakat melabeli nama Madun
dengan nama panggilan barunya "Tante Betty" yang justru membuat Madun
nyaman dengan panggilan terdebut dikarenakan Madun sendiri juga sadar
nama Tante Betty memang pantas digunakan untuk waria sepertinya. Hal
yang perlu diteladani dari seorang waria Tante Betty ini adalah
bagaimana ia menyadari perannya sebagai kepala rumah tangga setelah
meninggalnya ayahnya dan juga terpisahnya saudar-saudara kandung Tante
Betty dengan cara Tante Betty menempatkan dirinya sebagaimana peran
anak laki-laki dalam keluarga berupa merawat ibunya dengan penghasilan
yang Tante Betty peroleh melalui profesinya sebagai pelatih senam yang
memang tidak wajar dalam kehidupan pedesaan.
3.2 Saran
Kita sebagai makhluk Tuhan yang tidak sepenuhnya sempurna tidaklah
menganggap peristiwa yang dialami Tante Betty hanya sebelah mata saja.
Hal yang perlu disikapi disini adalah bagaimana seseorang menanggapi
setiap masalah yang dialaminya agar tidak terjerumus ke dalam hal yang
negatif seperti yang dialami Tante Betty.
Sebagai seorang yang berpendidikan kita harus menilai orang tidak
hanya oleh penampilan luarnya saja, melainkan dari sisi lain
kehidupannya agar kita bisa menjadikan peristiwa seperti ini sebagai
arah pedoman bagaimana kita dalam menghadapi permasalahan. Dan juga
untuk merefleksi diri kita kedepannya agar menjadi pribadi yang lebih
baik lagi.


DAFTAR RUJUKAN
Wawancara terhadap narasumber;
Nama: Madun Abdullah
Usia: 43 tahun
Profesi: pelatih senam
Alamat: Jalan Gajahmada Selecta, Kec. Bumiaji, Kota Batu

Narasumber lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu dari warga
masyarakat Dusun Gondang RW 1, RW 2, dan RW 3. Serta beberapa anggota
dari keluarga besarnya termasuk penulis sendiri.

LAMPIRAN
Dikarenakan narasumber primer Madun tidak mau diabadikan fotonya atau
di-expose keadaannya, maka penulis tidak dapat menunjukkan foto-foto
ketika wawancara. Wawancara yang dilakukan pun dilakukan dengan
penulis tidak memberitahukan tujuan wawancara dikarenakan rasa takut
akan narasumber tidak mau menceritakan secara terperinci bagaimana
kehidupannya, hanya saja dilampirkan beberapa daftar pertanyaan yang
diajukan pada narasumber

1. Bagaimana kehidupan anda ketika masih kecil dahulu?
2. Apakah anda memiliki saudara kandung perempuan?
3. Apakah anda pernah memainkan kosmetik milik saudara anda tersebut?
4. Apakah dari kecil Anda sudah memiliki naluri seperti layaknya anak perempuan?
5. Bagaimana bisa anda menjadi waria seperti sekarang? Apakah terpengaruh teman?
6. Apakah karena faktor ekonomi yang membuat Anda menjadi seperti ini?
7. Pada awalnya apakah anda nyaman dengan labelling nama Tante Betty
terhadap nama anda? Anda tidak merasa risih?
8. Apakah masyarakat sekitar anda dapat menerima keadaan anda sebelumnya?
9. Cukupkah pendapatan yang anda terima dari melatih senam ini untuk
kehidupan sehari-hari anda?
10. Tidak adakah keinginan Anda untuk kembali menjadi laki-laki normal?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar