PERPUTARAN RODA KEHIDUPAN ITU NYATA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu Puji
Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.
Oleh
Anita Sari
130731607234
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
Desember
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan
kepada Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Perputaran
Roda Kehidupan itu Nyata” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah.
Terselesaikannya makalah ini tidak
terlepas dari dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Indah selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pengantar Ilmu Sejarah dan teman-teman yang turut membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan untuk itu penyusun
berharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan sumber pengetahuan dan sumber pembelajaran yang
efektif bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 6 Desember 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan..........................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Bagaimana lika-liku perjalanan hidup .......................................... 4
2.3 Apa pesan yang bisa diambil dari cerita ...................................... 7
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 9
3.2 Saran ............................................................................................ 9
Lampiran............................................................................................. 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia merupakan panggung sandiwara.Ungkapan
seperti itu memang tidak salah. Dunia hanyalah sebuah pijakan sebelum kita
benar-benar berada hidup kekal di alam akhirat. Di dunia ini kita memerankan
peran sesuai karakter kita, dan disini kita dihadapkan dari berbagai
pilihan-pilihan untuk menentukan perjalanan hidup kita nantinya.Setiap manusia
yang bernyawa pastilah mempunyai cerita dan pengalaman hidup yang berbeda-beda.
Mulai dari suka, duka, kegagalan, keterpurukan dan kebangkitan untuk
melanjutkan hidupnya kembali. Pengalaman hidup manusia pastilah berbeda-beda,
tak terkecuali ujian-ujian Tuhan kepada para umatnya pun bisa datang dengan
cara yang bervariasi serta seberapa besar ujian dan cobaan itu juga tergantung
dari kehendak Tuhan. Selanjutnya upaya-upaya dari setiap manusia untuk bangkit
dari keterpurukan itu juga berbeda-beda,tergantung mereka menyikapinya
bagaimana. Dan Tuhan tidak pernah memberikan ujian di luar batas kemampuan umatnya.
Dan pada makalah saya kali ini, akan
sedikit saya paparkan tentang lika-liku perjalanan kehidupan keluarga saya.
Mulai dari bagaimana cara untuk membangun sebuah usahanya, mengembangkan usaha
hingga akhirnya bagaimana usaha yang selama ini dijalankan harus mengalami
kebangkrutan. Namun, yang perlu ditekankan disini adalah bagaimana caranya
untuk membangun kembali kehidupan dan bangkit dari kegagalan. Memang semua ini
tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan, tapi memang begitulah
kehidupan kadang kita berada di atas dan ada kalanya kita berada di bawah. Roda
kehidupan berputar seperti halnya bagaimana roda sepeda diputarkan. Sama halnya
dengan kehidupan, jika kita gagal maka kita harus bangkit, jika gagal lagi cara
terbaik juga bangkit lagi dan begitu seterusnya hingga kita akan bertemu dengan
titik henti dari suatu perjalanan hidup.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalahnya sebagai berikut.
a. Bagaimana lika-liku perjalanan hidup ?
b. Apa pesan yang dapat diambil dari
pengalaman hidup tersebut ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini
sebagai berikut
a. Untuk mengetahui pengalaman dan perjalanan
hidup
b. Untuk mengetahui apa saja pesan yang dapat
diambil dari kisah tersebut
1.4 Metode Penulisan
a. Pemilihan Topik
1) Kedekatan Emosional
Kisah perjalanan hidup keluarga saya yang mempunyai
banyak lika-liku menurut saya menarik untuk dibahas, untuk itu penulis mencoba
membahas tentang bagaimana awal mula keluarga ini membangun usahanya,
menjalankan dan mengembangkan usahanya, hingga bagaimana usaha keluarga ini
bisa mengalami kenunduran dan akhirnya harus gulung tikar. Dan juga dipaparkan
usaha dan upaya yang dilakukan untuk terus melanjutkan kehidupan mereka yang
dimulai dari nol.
2) Kedekatan Intelektual
Pemilihan topik ini bertujuan agar masyarakat
khususnya para pembaca dapat mengambil pelajaran dari setiap kejadian hidup
meskipun bukan kehidupan pribadi mereka sendiri. Selain itu diharapkan agar
kisah ini dapat mengilhami pembaca tentang bagaimana proses bangkitnnya
seseorang dari suatu kegagalan, bagaimanapun juga kehidupan harus tetap
berlanjut, dengan terus berjuang dan berupaya sebisa mungkin untuk tetap
menyambung kehidupan dan tidak putus asa.
b. Heuristik
Dalam hal ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara
mencari sumber primer yaitu dengan cara mewawancarai anggota keluarga yang
terlibat. Dan selain itu untuk mendapatkan data yang lebih akurat dilakukan
dengan cara pengumpulan sumber skunder. Sumber skunder ini adalah Pak Jali,
salah satu tetangga kami yang telah mengenal dengan baik seluk beluk keluarga
kami.
c. Kritik
1)
Kritik Internal
Dari hasil wawancara, dapat diketahui bagaimana kisah
perjalanan hidup yang penuh ujian dan cobaan. Dan dalam hal ini dapat diketahui
mengapa usaha yang dijalankan selama ini bisa mengalami kemunduran sampai
akhirnya harus gulung tikar dan bagaimana cara untuk bangkit dari keterpurukan
dan terus melanjutkan kehidupan yang memang terus berlanjut.
2) Kritik Eksternal
Dapat ditarik kesimpulan berdasarkan sumber primer dan
sumber skunder. Dari kedua sumber tersebut, penulis mencoba membandingkan alur
cerita tentang peristiwa ini. Dan dari kedua sumber tersebut memang hampir
semua yang diceritakan mengalami kemiripan, mulai dari perantauan, pengembangan
usaha hingga akhirnya harus mengalami kegagalan.
d.
Interpretasi
Dari data-data melalui sumber primer maupun sumber
skunder yang didapat penulis dapat menginterpretasikan bahwa memang kehidupan
itu tidak selalu di atas, ada kalanya memang kita beradadi bawah. Kisah
perjalan ini dimulai dari perantauan di daerah Sumatra, hingga mendirikan usaha
penggalian timah, namun pada akhirnya usaha yang dijalankan harus mengalami
kemunduran dan terpaksa dihentikan. Upaya untuk kembali menata kehidupan
dimuali, semuanya dilakukan lagi dari nol, benar-benar usaha yang nyata yang
dilakukan untuk menyambung hidup karena memang hidup harus terus berlanjut.
Hidup itu maju ke depan, semua yang telah terjadi di masa lalu dijadikan
pelajaran untuk hidup yang lebih baik lagi.
e.
Historigrafi
Penulisan ini dimulai dari bab I yaitu pendahuluan
yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah serta
metode sejarah. Dilanjutkan pada bab II adalah pembahasan yang berisi
pembahasan-pembahasan dari rumusan masalah. Selanjutnya adalah penulisan bab
III yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan serta saran. Di lampirkan
juga pada bab lampiran tentang hasil wawancara para narasumber saat proses
wawancara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lika-liku Perjalanan Hidup
Hidup memang membutuhkan perjuangan dan
kerja keras. Kata pujangga hidup itu penuh liku-liku, dan memang benar begitu
kenyataannya. Sedikit akan saya paparkan mengenai perjalanan kehidupan keluarga
saya. Pertama akan saya paparkan mengenai silsialah keluarga saya. Kakek saya
bernama Triman dan istrinya bernama Painten, beliau dikaruniai 5 orang anak,
dan ibu saya adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara itu. Kakek adalah seorang
Legiun Veteran RI, bisa dibilang adalah prajurit TNI. Beliau turut membela
bangsa Indonesia ketika masa penjajahan. Dan ada satu hal yang menarik, pada
waktu dulu saat pasukan Jepang datang ke wilayah desa kami, kakek dan nenekku
tiarap dan bersembunyi di ruang bawah tanah. Jangan dibayangkan ruang bawah
tanah yang mereka buat itu semewah ruang bawah tanah para raja. Kakek membuat
lubangan tanah yang atasnya ditutupi daun-daun padi yang kering. Jika pasukan
Jepang datang, dengan siaga kakek dan nenekku menuju tempat persembunyiannya.
Mereka hidup dalam keserhanaan. Untuk
menghidupi lima anaknya mereka harus berjuang dan berusaha keras untuk
mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Namun anak pertama mereka meninggal ketika
kira-kira berusia 10 tahun, beliau meninggal karena panas dan tidak sempat
diobatkan ke tempat kesehatan, karena memang waktu itu untuk rumah sakit belum
lengkap seperti sekarang ini. Beliau mendapatkan perawatan ala kadarnya saja
dari kakek dan nenekku. Betapa sulitnya hidup mereka saat itu, untuk
mendapatkan sesuap nasi saja mereka harus bekerja dari pagi hingga petang, baru
kemudian mereka bisa makan. Pamanku, anak kedua dari kakek dan nenekku saat itu
menikah dengan seorang perempuan di desa kami sendiri. Pernikahan ini tidak
didasarkan pada rasa suka, namun pernikahan ini berlangsung karena perjodohan,
pada waktu itu memang perjodohan dianggap hal yang wajar-wajar saja dan mereka
dikaruniai tiga orang anak. Dan pamanku yang kedua menikah dengan seorang janda
beranak satu, dalam pernikahannya itu mereka dikaruniai dua orang anak,
sementara ibuku dan adik ibuku belum menikah. Ketika itu, semua anak-anak kakek
tak terkecuali ibuku pergi merantau dan pulau Sumatra menjadi daerah tujuannya.
Kehidupan baru di mulai di pulau ini.
Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah menjadi pembantu rumah tangga, tak
terkecuali ibuku, beliaupun menajdi pembantu rumah tangga dan yang menarik pada
waktu itu adalah ibuku mau dipersunting oleh anak majikannya namun ibuku
menolaknya. Dan karena merasa tidak enak dengan majikannya ibuku pun pindah kerja
ke tempat lain. Sama halnya dengan paman-pamanku, mereka juga bekerja menjadi
pembantu rumah tangga, lambat laun hasil kerja mereka dikumpulkan menjadi satu,
sedikit demi sedikit uang yang mereka kumpulkan bisa menjadi modal usaha.
Mereka membeli mesin untuk pengelolahan timah. Daerah Sumatra kaya akan timah,
dan hal itu dimanfaatkan oleh ibu dan paman-pamanku. Usaha penggalian timah
menjadi salah satu bisnis yang mengguntungkan meskipun masih dibilang illegal
karena pendiriannya tidak mengantongi surat izin resmi. Pada tahun 1988, ibuku
menikah dan beliau kembali ke Jawa sedang posisinya digantikan oleh ayahku.
Usaha ini benar-benar bisa dibilang cukup maju, dengan usaha ini dapat menyerap
pengangguran yang ada di desaku, para tetangga-tetanggaku yang saat itu masih
menganggur diajak oleh paman-pamanku ke Sumatra untuk bekerja disana dan
hasilnya pun tidak sia-sia kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi. Tak heran
jika pada saat itu keluarga kami pun ikut disegani oleh tetangga kanan kiri
kami. Hidup kami saat itu bisa dibilang cukup bahkan berlebihan. Semua yang
diinginkan hari itu pasti akan dengan sangat mudah bisa terwujud. Sampai ketika
saat kakakku akan masuk SMA, dia tidak diterima di SMA Negeri pada waktu itu,
dia bisa diterima apabila ada uang suapnya. Seketika itu ibuku menelfon ayahku
di Sumatra untuk mengirimkan uang dan dalam hitungan menit uang itupun langsung
ada. Rasanya begitu mudah kehidupan kami, semuanya bisa dibeli dengan uang.
Namun saat berada dalam posisi yang begitu
mudahnya, kami malah melupakan pencipta kami. Seolah-olah kegemilangan yang
dicapai ini tanpa campur tangan dari Tuhan. Segala kewajiban-kewajiban akhirat
pun terlupakan mulai sholat, sedekah dan hal-hal yang diperintahkan. Semuanya terhanyut
dalam kenikmatan duniawi, harta dan takhta telah membutakan hati mereka. Yang
parah pada waktu itu adalah anak laki-laki dari pamanku, dia suka sekali
balapan liar, main perempuan, minum-minuman keras sampai yang parah adalah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Semua itu bisa dilakukan karena ada uang
yang dimiliki. Dalam satu hari saja dia bisa menghabiskan uang berjuta-juta
untuk hidup yang tidak jelas seperti itu,dan yang memilukan adalah dia tidak
mau melanjutkan sekolah ke jenjang SMA, dia hanya mengeyam pendidikan SMP.
Selanjutnya pamanku yang kedua, dia pun
juga mempunyai kebiasaan buruk, dia suka sekali mabuk
dan minum-minuman keras. Ternyata uang bisa mengubah segalanya. Semula hidup
kami yang sederhana sekali, bahkan bisa dibilang serba kekurangan kini berubah
menjadi kehidupan yang glamour dan penuh kemewahan.
Namun kemewahan dan kebahagiaanitu sekejap
pudar ketika kakekku meninggal, baliau meninggal pada tahun 2002. Beliau
meninggal ketika pulang bertugas, serangan darah tinggi menjadi penyebab
kematiannya. Upacara militer sederhana dilakukan saat pemakaman kakekku.
Bendera merah putih dikibarkan di atas peti. Tak lama setelah itu, tahun 2003
anak pertama dari pamanku juga diambil oleh Tuhan, beliau meninggal saat
melahirkan putra keduanya. Nyawa anak dan bayi itupun tak dapat terselamatkan,
beliau pergi meninggalkan suami dan satu anaknya yang masih duduk di bangku TK
saat itu. Satu per satu ujian dan cobaan pun menghampiri keluarga kami, sejak
sepeninggalan kakek, nenekku menderita penyakit jantung dan darah tinggi,
penyakitnya kerap menyerang beliau, ketika emosinya labil penyakit itupun
kambuh dan untuk pengobatannya pun membutuhkan uang yang tidak sedikit. Ujian
silih berganti menerpa keluarga kami, ujian yang satu terselesaikan maka ada
lagi cobaan yang datang pada kami. Dan hingga tiba saatnya usaha yang sekian
lama menemani kami serta menopang ekonomi keluarga kami pun ikut pergi
meninggalkan kami. Usaha penggalian timah yang selama ini dijalankan harus
terhenti karena timah-timah itu sudah tidak ada, mungkin sudah terlalu banyak
terkuras. Karena timah-timah itu tidak lagi banyak seperti yang dulu maka usaha
ini pun tidak lagi menghasilkan untung dan terpaksa harus ditutup. Mesin-mesin
yang dulunya dipakai untuk menggali timah akhirnya dijual tak tersisa, dan
setelah itu kampung halaman pun menjadi tempat kembali setelah sekian lama
merantau di kota orang.
Dari sini kehidupan dimulai kembali, uang
hasil penjualan mesin dan tabungan-tabungan yang masih tersisa dibelikan sawah
dan dibangunlah rumah disini. Pekerjaan menjadi petani pun sekarang dijalani,
semuanya benar-benar baru disini. Pamanku pun beralih membuka warung kopi
sebagai pekerjaan sambilan. Kehidupan yang dulu terasa begitu mudah kini
berubah menjadi 180 derajat. Kehidupan yang dulunya benar-benar berada di
ataskiniharus berbalik ke bawah. Uang yang dulunya bisa segampang itu
didapatkan kini harus diperoleh dengan susah payah dan kerja keras. Jika
dibandingkan memang pekerjaan petani hasilnya tidak ada apa-apanya dengan
bisnis timah, namun mau bagaimana lagi. Keadaan yang seperti ini benar-benar
aku rasakan nyata. Giliran kondisi keluargaku yang serba terbatas, aku sedang
menempuh pendidikan di SMA, keadaan yang sangat
berbeda aku rasakan dengan jelas. Dulu kakakku segala sesuatunya bisa terpenuhi
dengan sangat mudahnya, namun tiba giliranku keadaannya jauh berbeda. Namun
semua itu tak menjadi halangan yang berarti bagiku. Dengan keadaan yang serba
terbatas ini menjadikanku lebih termotivasi untuk berjuang dan berusaha keras
untuk keluar dari lingkaran kesusahan ini, dengan mengandalkan kemampuan aku
berusaha semaksimal mungkin. Dan saat masuk perguruan tinggipun aku berusaha
mengupayakan semuanya dengan kemampuanku sendiri karena aku menyadari tidak
mungkin lagi aku bisa menggantungkan semuanya pada keluargaku karena memang
kondisinya telah berubah seratus persen. Begitulah kiranya sedikit kisah
perjalanan hidup keluargaku. Aku pun menyadari bahwa hidup itu membutuhkan
perjuangan dan tindakan yang nyata. Tindakan-tindakan itu membutuhkan usaha.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Mahatma Gandi, tokoh perjuangan India bahwa
kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah
kemenangan yang hakiki.
2.2 Pesan yang dapat diambil dari cerita
Setiap kejadian pasti memiliki pesan yang
tersirat maupun yang tersurat. Dalam hal ini, tentu ada pelajaran-pelajaran
hidup yang dapat diambil hikmahnya. Diantaranya adalah kisah perjuangan dan
kerja keras, hal ini dapat diketahui ketika keluarga kami merantau di Sumatra,
perjuangan untuk hidup terlihat jelas disini, pekerjaan menjadi pembantu rumah
tangga menjadi modal awal membangun kehidupan. Dengan modal inilah kemudian
mereka bisa membangun usaha yang selanjutnya bisa dikatakan sebagai bisnis
keluarga. Dengan semangat dan kerja keras semuanya yang tadinya mustahil untuk
terjadi namun bisa terjadi, karena tak
terfikirkan sebelumnya jika usaha ini bisa maju dan mampu menopang ekonomi
keluarga kami serta dapat membantu keluarga kanan kiri kami untuk mendapatkan
pekerjaan dan merubah kehidupan mereka menjadi yang lebih baik lagi.
Selain kisah perjuangan dan kerja keras,
hal yang dapat dijadikan pelajaran hidup lainnya adalah ketika kita sedang
berada di atas, janganlah kita lantas lupa dengan kewajiban kita sebagai umat
Allah, melalaikan tugas sebagai seorang muslim dan hidup berfoya-foya. Mulai
dari minum-minuman keras, main perempuan hingga mengkonsumsi narkoba. Lewat
harta Tuhan menguji kita, seberapa besar iman kita dan bagaimana cara kita
untuk menikmati dan mensyukuri segala sesuatu yang telah diberikan pada kita.
Apakah harta itu bisa digunakan di jalan yang benar atau malah semuanya
digunakan pada koridor yang salah. Hidup itu pilihan, dan kita sebaiknya dapat
memilih hal yang terbaik untuk hidup kita sendiri, pilihan-pilihan itulah yang
mengantarkan kita pada kehidupan yang bagaimana, karena hidup ada ditangan kita
sendiri.
Selanjutnya pelajaran lainnya adalah
bagaimana cara kita untuk bangkit dari kegagalan dan keterpurukan. Bagaimana
cara kita melanjutkan kehidupan kita kembali, karena pada hakikatnya kehidupan
harus terus berlanjut. Roda kehidupan terus berputar, siapa yang mampu terus
berjuang dan berusaha maka dia akan tetap bertahan. Selain itu hal yang juga
sangat penting adalah syukur. Syukuri apa yang ada karena hidup adalah
anugerah. Bagaimana pun kondisi hidup kita tetaplah kita harus mensyukuri
semuanya. Semua perjuangan dan kerja keras akan membuahkan hasil yang manis
pada akhirnya. Kesuksesan tidak dapat diperoleh secara instan, semuanya
membutuhkan usaha dan perjuanngan. Siapa yang mau berjuang dialah yang akan
menggenggam masa depan itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perjalanan hidup ini memang penuh tantangan
dan ujian. Dari sedikit yang dipaparkan, kesimpulan yang dapat diambil ialah
mulai dari awal perantauan hingga akhirnya dapat membuka usaha penggalian timah,
namun semuanya berubah ketika kakek meninggal dunia, satu persatu ujian menerpa
keluarga kami hingga pada akhirnya usaha yang dijalankan pun harus gulung
tikar. Kehidupan yang dulunya begitu mudah harus berubah seratus persen.
Semuanya menghilang dan pergi meninggalkan kami.
Lewat harta Tuhan menguji kesabaran kami,
selama berada di atas sempat kami melupakanNya dan mengabaikan
perintah-perintahnya. Namun dengan kebangkrutan itu, semuanya kembali seperti
sedia kala. Kami mulai menyadari betapa berharganya kehidupan ini, banyak
pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari ujian ini. Bangkit dari kegagalan
memang tak semudah membalikkan telapak tangan namun apa mau dikata semuanya
harus tetap berjalan dan tetap berlanjut.
3.2 Saran
Dari kisah ini sedikit kita renungkan apa
pesan yang dapat terkandung dalam kisah ini. Semuanya itu terletak pada diri
kita sendiri. Bagaimana cara kita menyikapi kehidupan ini. Yang paling penting
adalah ketika kita berada di atas janganlah kita melupakan Tuhan, karena pencapaian
ini tidak terlepas dari campur tannganNya. Dan saat kita berada dalam posisi
yang serba berkecukupan hal yang tidak boleh dilupakan adalah “syukur”.
Kesyukuran akan mengantarkan kita pada kenikmatan yang nyata. Kunci kebahagiaan
adalah sikap syukur dengan tidak membandingkan kehidupan orang lain yang lebih
baik dari kehidupan kita.
Lampiran
Wawancara
Berikut lampiran wawancara pada narasumber
1. Sumber primer (dengan anak pamanku yang bernama Edi)
Penuli :
“sejak kapan mas ikut merantau ke Sumatra” ?
Narasumber :
“sejak SD saya sudah tinggal di Sumatra”
Penulis :
“apakah ikut bekerja disana” ?
Narasumber :
“ya ikut membantu, tapi lebih sering mainnya”
Penulis :
“habis uang berapa untuk bermain sehari” ?
Narasumber :
“bisa menghabiskan uang jutaan”.
Penulis :
“hah?? Untuk apa “??
Narasumber
: “untuk balap liar, pergi ke dugem, klub-klub malam, dan untuk beli obat dan minum-minuman keras”.
Penulis :
“memangnya hal seperti itu tidak dilarang bapak mas” ?
Narasumber :
“Bapak nggak begitu peduli”
Penulis :
“apa yang menyebabkan anda berbuat demikian” ?
Narasumber :
“semuanya karena ada uang, uang sangat mudah didapat sehingga dengan mudah saya
melakukan hal-hal itu”
Penulis :
“ketika usaha keluarga mengalami kemunduran bagaimana kondisi anda selanjutnya”
?
Narasumber :
“kehidupanku berubah seratus persen, saat kembali ke jawa semuanya berubah
sudah. Uang yang dulunya bisa sangat gampang di dapat kini sangat sulit
didapatkan. Kehidupan yang benar-benar gampang dulunya kini harus dengan penuh
perjuangan”.
Penulis :
“bagaimana kemudian mas melanjutkan kehidupan ini” ?
Narasumber :
“saya bekerja sebagai sopir, karena saat mau disekolahkan SMA saya menolak
hingga pada akhirnya sekarang saya sendiri yang menyesal karena mencari
pekerjaan dengan ijazah SMP itu susah”.
Penulis :
“apa yang dapat mas ambil dari pengalaman ini” ?
Narasumber :
“yang pasti tidak mau lagi hidup berfoya-foya, lebih menghargai uang serta
ingin berubah menjadi orang yang lebih baik lagi”.
Penulis :
“terkahir, apa yang dapat mas sampaikan dari pelajaran hidup ini” ?
Narasumber :
“saat berada di atas jangan mempermainkan kehidupan, jangan melupakan
perjuangan dan kerja keras yang mengantarkan kita pada puncak kehidupan”.
2. Sumber primer ( dengan pamanku yang bernama Mulyadi)
Penulis :
“apa yang mendorong merantau ke Sumatra” ?
Narasumber :
“melihat kondisi orang tua yang saat itu kekurangan, untuk makan saja susah, sehingga kami berniat untuk pergi
merantau saja berharap bisa mendapat kehidupan yang lebih baik disana”.
Penulis :
“pekerjaan pertama di Sumatra apa”?
Narasumber :
“menjadi pembantu rumah tangga yang pada akhirnya uang gaji dikumpulkan untuk
membuka usaha”.
Penulis :
“apa usaha yang dijalankan”?
Narasumber :
“usaha yang dijalankan itu penggalian timah, kami memanfaatkan pulau Sumatra
yang kaya akan timah”.
Penulis :
“apakah usaha itu menguntungkan” ?
Narasumber :
“sangat menguntungkan, hasil dari penggalian ini lumayan besar dan bisa
membantu tetangga bekerja bersama kami disini”
Penulis :
“bagaimana kemudian usaha ini mengalami kebrangkutan”?
Narasumber :
“hal ini disebabkan karena timahnya tidak keluar lagi jadi penggalian terpaksa
dihentikan dan mesin-mesin dijual dan kembali ke jawa”.
Penulis :
“bagimana kemudian melanjutkan kehidupan di Jawa”?
Narasumber :
“dari hasil penjualan itu kami belikan sawah dan rumah, dan pekerjaan
selanjutnya adalah petani. Ya meskipun hasilnya tidak ada bandingannya dengan
usaha penggalian timah”.
Penulis :
“apakah ada perbedaan kehidupan setelah usaha ini mengalami kebangkrutan”?
Narasumber :
“ya jelas, kehidupan yang dulunya sangat mudah kini harus dilalui dengan
perjuangan yang keras”.
Penulis :
“hikmah yang bisa diambil apa”?
Narasumber :
“lebih dekat dengan gusti Allah, karena selama di Sumatra saya lalai akan
kewajiban sebagai muslim, sholat, sedekah semuanya terabaikan yang ada dalam
pikiran hanyalah uang dan kebahagiaan duniawi”.
3. Sumber skunder ( dengan tetangga kami yaitu bapak Jali )
Penulis :
“pernah ikut merantau di Sumatra”?
Narasumber :
“iyaa pernah”.
Penulis :
“apa yang menyebabkan bapak tertarik untuk ikut merantau”?
Narasumber :
“melihat kehidupan keluargamu yang bisa berubah menjadi lebih baik setelah
merantau”.
Penulis :
“apakah setelah merantau kehidupan bapak juga berubah menjadi lebih baik lagi”?
Narasumber :
“iyaa, penghasilan disana cukup besar”.
Penulis :
“disana mendirikan usaha sendiri atau ikut bekerja bersama keluarga saya”?
Narasumber :
“ya tidak, kalau mendirikan usaha sendiri butuh mesin-mesin. Saya disana
bekerja bersama keluargamu dan digaji oleh keluargamu. Bisa dibilang bawahannya
lah..”
Penulis :
“setelah usaha keluarga saya mengalami kebangkrutan, bapak ikut pulang ke Jawa
apa tetap di Sumatra”?
Narasumber :
“ya ikut pulang, ngapain di Sumatra lagi, wong majikannya saja pulang ke jawa
saya kok masih di Sumatra. Sebenarnya sangat disayangkan jika usaha ini ditutup
karena banyak yang menggantungkan hidup pada usaha ini”.
Penulis :
“setelah di jawa, bapak bekerja sebagai apa”?
Narasumber :
“ya seperti sedia kala, menjadi petani seperti dulu mau apa lagi”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar