PERJALANAN HIDUP BAPAK RUJITO SEMASA
SEKOLAH
SAMPAI MENJADI SEORANG PNS
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI MATA KULIAH
Pengantar
Ilmu Sejarah
yang
dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.
Oleh
Hedda
Wahyu Ruhaiya
Off
A
130731615712
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
Desember
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kehidupan
manusia tidak selalu berjalan dengan mulus, pasti perlu perjuangan dalam hidupnya.
Demikian juga, tidak semua orang mudah untuk melawan perjuangan hidup karena
setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda dimana mereka mempunyai usaha
yang berbeda-beda pula. Perjuangan akan menjadi indah jika kita melalui
perjuangan itu dengan hati yang ikhlas serta banyak berdoa dan tabah. Namun
jika mudah putus asa dan tidak pernah
mempercayai adanya keajaiban tuhan, alhasil perjuangan kita akan sia-sia dan
sulit untuk melewati perjuangan tersebut. Dan akan terasa lega jika perjuangan
tersebut sampai pada titik klimaks dan akan menjadikan perubahan yang sangat
luar biasa tidak dapat dibayangkan sebelumnya.
Perjuangan
hidup Bapak Rujito ini saya ambil sebagai topik makalah kali ini, karena saya
sebagai anaknya terkesan dengan beliau dan saya tidak pernah membayangkan
begitu beratnya perjuangan beliau.
1.2.Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana kehidupan Bapak Rujito
semasa sekolah?
2.
Bagaimana kehidupan Bapak Rujito
sesudah lulus dari sekolah?
3.
Bagaimana kehidupan Bapak Rujito
setelah menjadi seorang PNS?
1.3.Tujuan
1.
Menjelaskan tentang kehidupan Bapak
Rujito semasa sekolah.
2.
Menjelaskan tentang kehidupan Bapak
Rujito sesudah lulus dari sekolah.
3.
Mehjelaskan tentang kehidupan Bapak
Rujito setelah menjadi seorang PNS?
1.4.Metode
Secara sederhana penelitian sejarah
dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
1.4.1.4.1.
Pemilihan Topik
Penulis
memilih topik yang berjudul sejarah perjalanan hidup Bapak Rujito dari semasa
sekolah sampai menjadi seorang PNS karena penulis ingin menceritakan sejarah
pejalanan hidup dan permasalahan yang pernah dihadapi atau dijalani oleh Bapak
Rujito dan keluarga yang menarik untuk dijelaskan.
1.4.1.4.2.
Heuristik
Penulis
menggunakan metode wawancara dengan salah satu anggota keluarga Bapak Rujito
yaitu istrinya dan Bapak Rujito sendiri. Dari hasil wawancara tersebut akan
dibandingkan antara pendapat dari istrinya dan Bapak Rujito.
1.4.1.4.3.
Kritik/ Verifikasi
Penulis
mengupulkan data-data dari wawancara dengan salah satu keluarga Bapak Rujito
yaitu istrinya dan Bapak Rujito sendiri. Dari hasil wawancara pendapat dari
kedua narasumber yang saling menguatkan
fakta.
1.4.1.4.4.
Interpretasi
Menurut
penulis perjuangan yang dihadapi oleh Pak Rujito sangatlah berat karena dari
kecil sudah menjadi seorang anak yatim. Dan sanggup bertabah diri dari masalah
yang sedang ia hadapi.
1.4.1.4.5.
Historiografi
Pada
bab 1-2 penulis menjelaskan bagaimana kehidupan Bapak Rujito dengan cara
mengumpulkan wawancara dari kedua narasumber.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kehidupan Bapak Rujito Semasa
Sekolah
Bapak
Rujito lahir pada tanggal 15 Oktober 1966 di Madiun, beliau adalah anak ke
empat dari lima bersaudara. Beliau dilahirkan oleh seorang buruh tani yaitu Ibu
Sulastri dan Bapak Tuki. Beliau merupakan satu-satunya anak laki-laki dari Ibu
Sulastri. Beliau sudah tidak mempunyai ayah sejak ia berusia 5 tahun tepatnya
pada tahun 1971, dan pada saat itu adiknya juga masih berumur 7 bulan. Ketika
saat itu yang menjadi tulang punggung keluarganya adalah ibunya yang hanya
bekerja sebagai buruh tani. Kemudian kakak pertama Pak Rujito, Bu Sutini,
memutusan untuk putus sekolah dari SD karena ia merasa kasihan kepada ibunya
yang satu-satunya orang tua di keluarga tersebut, ia memutuskan untuk menjadi
buruh tani membantu ibunya. Karena Bu Sulastri tidak mempunyai sawah sendiri
maka dia menggarap sawah orang lain. Kakak kedua, Darmining, yang hanya lulusan
SD juga bekerja sebagai buruh tani di sawah tebu. Kakak ketiga, Darti, juga
hanya lulusan SD bekerja sebagai pembantu di rumah tetangga. Dan adik beliau
yang hanya lulusan SMP bekerja sebagai buruh pabrik di Bandung.
Saat
menempuh SD Pak Rujito mengaku kurang pintar dalam segala pelajaran, hal ini
juga diakibatkan oleh keadaan ekonomi keluarganya pada saat itu. Beliau
menjelaskan juga setelah pulang sekolah beliau langsung pulang ke rumah, di
rumah beliau jarang sekali makan siang dan langsung mengambil karung untuk
pergi “angon
wedhus” (membawa
kambing ke sawah / tanah lapang yang terdapat rumput) dan “ngarit” (mencari
rumput untuk makan kambing jika dikandangkan), karung yang dibawa oleh Pak
Rujito itu digunakan sebagai wadah rumput yang sudah ia tebas. Selain
kegiatanya setelah pulang sekolah “angon
wedhus” dan “ngarit” ia juga
pergi mencari kayu bakar untuk keperluan masak di rumah. Beliau juga mengaku
pernah tidak naik kelas pada saat kelas 3 SD karena beliau menderita sakit typhus selama 1
bulan dan pada saat itu sekolah sedang melaksanakan ulangan semester.Beliau
menjelaskan sebab beliau menderita sakit typhus yaitu
dikarenakan pola makan yang tidak teratur, dan jelas saja keadaan ekonomi juga
menjadi sebabnya, beliau mengaku bahwa setiap hari hanya makan nasi dengan
sambel dan krupuk saja.
Saat
menempuh SMP Pak Rujito juga masih melakukan aktivitasnya sama seperti pada
saat SD dulu. Namun, agar ibu beliau, Bu Sulastri, tidak terlalu terbebani
dengan biaya sekolah Pak Rujito, Pak Rujito bekerja sampingan sebagai buruh
tani. Sampai lulus SMP, Pak Rujito kemudian melanjutkan sekolahnya ke sekolah
Kejuruan yang dulunya disebut SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) yang
sekarang berubah title menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) mengambil
jurusan TU (Tata Usaha). Dan pada tahun 1986 Pak Rujito telah menyelesaikan sekolah
SMEAnya.
2.2 Kehidupan Bapak Rujito Sesudah
Lulus Sekolah
Setelah
menyelesaikan sekolahnya Pak Rujito berusaha merantau ke luar daerah untuk
mencari pekerjaan yaitu di Provinsi Lampung. Beliau di sana bekerja sebagai
penjaga tambak udang milik tetangganya yang dulunya tinggal di Madiun. Setelah
kurang lebih 2 tahun, Pak Rujito kembali ke kampung halaman di Madiun karena
beliau sadar ibunya dirumah sendirian bekerja sebab semua kakak Pak Rujito
sudah menikah dan tinggal di rumah suami mereka. Selain itu, agar lebih dekat
dan dapat membantu pekerjaan keseharian ibunya. Setelah tinggal dengan ibunya,
pada tahun 1988 Pak Rujito melamar
pekerjaan sebagai tenaga administrasi yang masih honorer atau PTT (Pegawai Tidak Tetap) di
salah satu SMP di kota Madiun yaitu SMP Negeri 4 Madiun. Saat pertama menjadi
tenaga honorer gaji Pak Rujito per bulan hanya digaji 25.000 rupiah. Namun,
dalam 1 tahun gajinya naik 10.000 rupiah. Pernah Pak Rujito dalam 8 tahun
bekerja hanya di gaji 50.000 rupiah, entah apa yang menyebabkan gaji Pak Rujito
tidak dinaikkan.
Di
tempat kerjanya tersebut ia menemukan jodohnya, yaitu yang sekarang menjadi
istrinya. Istrinya, Bu Sri, merupakan
rekan kerja beliau, yang juga tenaga honorer di sekolah tersebut. Beliau
dengan istrinya akhirnya menikah pada tahun 1993. Dan kemudian mereka
dikaruniai anak pertamanya (yaitu penulis) pada tahun 1995 dan anak keduanya
pada tahun 1997. Pada tahun 1994 ia diberi warisan oleh “Buleknya” (adik
dari ibunya), Bu Marmi, yang sudah meninggal berupa sawah agar dapat digarap
dan untuk menambah penghasilan Pak Rujito. Warisan tersebut diberikan kepada
Pak Rujito secara cuma-cuma karena Bu Marmi semasa hidupnya sama sekali tidak
mempunyai seorang anak dan suaminya meninggalkannya karena tidak memberikannya
seorang anak. Bu Marmi meninggal dunia karena menderita sakit typhus. Dan
mengapa warisan tersebut diberikan kepada Pak Rujito? Hal ini dikarenakan
semasa hidup Bu Marmi banyak dibantu oleh Pak Rujito. Termasuk ketika Bu Marmi
masuk rumah sakit, ketika itu kendaraan yang ada hanya “sepeda
ontel”, Pak
Rujito mengantarkan Bu Marmi ke rumah sakit dengan mengoncengnya naik sepeda
ontel meskipun tidak dipungkiri perjalanan menuju rumah sakit ditempuh dalam
waktu setengah jam. Pak Rujito merupakan keponakan dari Bu Marmi yang paling
disayanginya.
Setelah
8 tahun bekerja sebagai tenaga honorer, akhirnya Pak Rujito mengikuti tes CPNS
(Calon Pegawai Negeri Sipil) di Kabupaten Madiun pada tahun 1996. Tes tersebut
adalah lewat jalur reguler , yaitu tes umum yang diikuti banyak peserta tanpa
uang suap maupun nepotisme. Dari kurang lebih 300 peserta yang hanya di
luluskan sebagai PNS 2 orang saja, dan salah satunya adalah Pak Rujito. Dan
mulai tahun 1997 Pak Rujito diangkat sebagai PNS, dan ditugaskan di SMP Negeri
2 Kabupaten Madiun. Kemudian pada tahun 2000 istrinya juga diangkat sebagai
PNS, yang sebelumnya juga mengikuti tes CPNS jalur regular seperti Pak Rujito.
2.3 Kehidupan Bapak Rujito Setelah
Menjadi PNS
Setelah
diangkat sebagai PNS, perjuangan hidup Pak Rujito tidak berhenti begitu saja
karena gaji yang diterima beliau saat pertama kali diterimanya yaitu sebesar
184.000 rupiah masih belum cukup untuk mencukupi hidup keluarganya. Selain
tempat kerja beliau sangat jauh dari rumah beliau yaitu sekitar 46 km, jika pulang
pergi ditempuh sejauh 92 km. Dan pada saat itu Pak Rujito belum mempunyai
kendaraan sendiri. Beliau memutuskan untuk mencari tempat kos yang dekat dengan
tempat kerjanya. Namun, baru tinggal seminggu saja beliau tidak kerasan dengan
tempat tinggalnya karena jauh dari keluarganya. Beliau kemudian berinisiatif
untuk “ngebis” (naik
bus) pulang pergi kerja.
Karena
kesibukan beliau dan istrinya sebagai PNS, anak-anaknya diasuh oleh ibunya, Bu
Sulastri. Sampai akhirnya pada tahun 2006 Bu Sulastri meninggal dunia karena stroke yang di
deritanya selama 1,5 tahun. Beliau dan semua kerabat kelurganya sangat terpukul
atas meninggalnya Bu Sulastri.
Masalah
tidak berhenti disitu saja. Pada tahun 2008 ia dikaruniai anak ketiganya, yang
belum genap usianya 1 tahun memiliki penyakit Hernia ( yaitu penyakit yang
diakibatkan turunnya buah zakar seiring lemahnya lapisan otot dinding perut
yang turun ke alat kelamin). Anak tersebut harus dioperasi karena setiap
ia menangis penyakit tersebut kambuh dan menyebabkan sakit panas juga yang
ujung-ujungnya terjadi step karena
saking panas tubuh yang keluar. Karena mahalnya biaya operasi, sehingga Pak
Rujito beserta istrinya mencari-cari hutang agar anaknya dapat menjalani
operasi dan terbebas dari penyakitnya tersebut. Namun karena seringnya step ketika
anak tersebut sakit panas, sampai saat ini jika ia sakit panas selalu menggigau
dan takut pada orang-orang yang dilihatnya kecuali ibunya. Anak itu mengira
yang dilihatnya adalah makhluk yang menakutkan.
BAB III
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Kehidupan
Pak Rujito semasa masih sekolah merupakan masa yang penuh dengan perjuangan.
Karena beliau sudah ditinggal oleh bapaknya ketika berumur 5 tahun. Dan demi
membiayai sekolahnya dan saudaranya, ibunya, Bu Sulastri, bekerja sebagai buruh
tani. Dan kemudian kakak-kakanya juga berhenti sekolah ketika lulus SD, karena
mereka harus membantu ibunya yang sebagai single
parent mengurusi anak-anaknya. Karena Pak Rujito satu-satunya anak
laki-laki dari 5 bersaudara, maka ia harus menempuh sekolah yang paling tinggi.
Dalam sekolahnya beliau juga bekerja sambilan untuk membiayai sekolahnya, salah
satunya ialah bekarja sebagai orang yang mengurusi sapi tetangga.
Pak
Rujito berusaha merantau ke luar daerah untuk mencari pekerjaan yaitu di
Provinsi Lampung. Setelah kurang lebih 2 tahun, Pak Rujito kembali ke kampung
halaman di Madiun karena beliau sadar ibunya dirumah sendirian bekerja sebab
semua kakak Pak Rujito sudah menikah dan tinggal di rumah suami mereka. Selain
itu, agar lebih dekat dan dapat membantu pekerjaan keseharian ibunya. Setelah
tinggal dengan ibunya, pada tahun 1988
Pak Rujito melamar pekerjaan sebagai tenaga administrasi yang masih honorer atau PTT (Pegawai Tidak Tetap) di
salah satu SMP di kota Madiun.
Di tempat kerjanya tersebut ia menemukan
jodohnya, yaitu yang sekarang menjadi istrinya. Istrinya, Bu Sri,
merupakan rekan kerja beliau, yang juga
tenaga honorer di sekolah tersebut. Setelah 8 tahun bekerja sebagai tenaga
honorer, akhirnya Pak Rujito mengikuti tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di
Kabupaten Madiun pada tahun 1996. Tes tersebut adalah lewat jalur reguler ,
yaitu tes umum yang diikuti banyak peserta tanpa uang suap maupun nepotisme.
Setelah diangkat sebagai PNS,
perjuangan hidup Pak Rujito tidak berhenti begitu saja karena gaji yang
diterima beliau saat pertama kali diterimanya yaitu sebesar 184.000 rupiah
masih belum cukup untuk mencukupi hidup keluarganya. Selain tempat kerja beliau
sangat jauh dari rumah beliau yaitu sekitar 46 km, jika pulang pergi ditempuh
sejauh 92 km
Karena kesibukan beliau dan istrinya
sebagai PNS, anak-anaknya diasuh oleh ibunya, Bu Sulastri. Sampai akhirnya pada
tahun 2006 Bu Sulastri meninggal dunia.
1.2. Saran
Dalam
menjalani hidup harus disertai doa dan hati yang tabah. Serta siap menghadapi apa
yang akan terjadi di depannya.
DAFTAR RUJUKAN
1.
Nama :
Rujito
TTL
: Madiun, 15 Oktober
1966
Pekerjaan : PNS (Staf Tata Usaha)
Status : Menikah
Alamat Rumah : Desa Mojopurno 12/02 Kec. Wungu Kab. Madiun
2.
Nama :
Sri Wahyuni
TTL :
Magetan, 6 Agustus 1965
Pekerjaan : PNS (Bag. Umum Kabupaten Madiun)
Status : Menikah
Alamat Rumah : Desa Mojopurno 12/02 Kec. Wungu Kab. Madiun
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar