Selasa, 10 Desember 2013

Hedda Wahyu Ruhaiya




PERJALANAN HIDUP BAPAK RUJITO SEMASA SEKOLAH
SAMPAI MENJADI SEORANG PNS





MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.






Oleh
Hedda Wahyu Ruhaiya
Off A
130731615712
                       







/data/data/com.infraware.PolarisOfficeStdForTablet/files/.polaris_temp/image1.jpeg















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
            Kehidupan manusia tidak selalu berjalan dengan mulus, pasti perlu perjuangan dalam hidupnya. Demikian juga, tidak semua orang mudah untuk melawan perjuangan hidup karena setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda dimana mereka mempunyai usaha yang berbeda-beda pula. Perjuangan akan menjadi indah jika kita melalui perjuangan itu dengan hati yang ikhlas serta banyak berdoa dan tabah. Namun jika mudah  putus asa dan tidak pernah mempercayai adanya keajaiban tuhan, alhasil perjuangan kita akan sia-sia dan sulit untuk melewati perjuangan tersebut. Dan akan terasa lega jika perjuangan tersebut sampai pada titik klimaks dan akan menjadikan perubahan yang sangat luar biasa tidak dapat dibayangkan sebelumnya.
            Perjuangan hidup Bapak Rujito ini saya ambil sebagai topik makalah kali ini, karena saya sebagai anaknya terkesan dengan beliau dan saya tidak pernah membayangkan begitu beratnya perjuangan beliau.  
1.2.Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kehidupan Bapak Rujito semasa sekolah?
2.      Bagaimana kehidupan Bapak Rujito sesudah lulus dari sekolah?
3.      Bagaimana kehidupan Bapak Rujito setelah menjadi seorang PNS?

1.3.Tujuan
1.      Menjelaskan tentang kehidupan Bapak Rujito semasa sekolah.
2.      Menjelaskan tentang kehidupan Bapak Rujito sesudah lulus dari sekolah.
3.      Mehjelaskan tentang kehidupan Bapak Rujito setelah menjadi seorang PNS?




1.4.Metode
            Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
1.4.1.4.1.                    Pemilihan Topik
            Penulis memilih topik yang berjudul sejarah perjalanan hidup Bapak Rujito dari semasa sekolah sampai menjadi seorang PNS karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup dan permasalahan yang pernah dihadapi atau dijalani oleh Bapak Rujito dan keluarga yang menarik untuk dijelaskan.
1.4.1.4.2.                    Heuristik
            Penulis menggunakan metode wawancara dengan salah satu anggota keluarga Bapak Rujito yaitu istrinya dan Bapak Rujito sendiri. Dari hasil wawancara tersebut akan dibandingkan antara pendapat dari istrinya dan Bapak Rujito.

1.4.1.4.3.                    Kritik/ Verifikasi
            Penulis mengupulkan data-data dari wawancara dengan salah satu keluarga Bapak Rujito yaitu istrinya dan Bapak Rujito sendiri. Dari hasil wawancara pendapat dari kedua narasumber  yang saling menguatkan fakta.
1.4.1.4.4.                    Interpretasi
            Menurut penulis perjuangan yang dihadapi oleh Pak Rujito sangatlah berat karena dari kecil sudah menjadi seorang anak yatim. Dan sanggup bertabah diri dari masalah yang sedang ia hadapi.
1.4.1.4.5.                    Historiografi
            Pada bab 1-2 penulis menjelaskan bagaimana kehidupan Bapak Rujito dengan cara mengumpulkan wawancara dari kedua narasumber.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kehidupan Bapak Rujito Semasa Sekolah
            Bapak Rujito lahir pada tanggal 15 Oktober 1966 di Madiun, beliau adalah anak ke empat dari lima bersaudara. Beliau dilahirkan oleh seorang buruh tani yaitu Ibu Sulastri dan Bapak Tuki. Beliau merupakan satu-satunya anak laki-laki dari Ibu Sulastri. Beliau sudah tidak mempunyai ayah sejak ia berusia 5 tahun tepatnya pada tahun 1971, dan pada saat itu adiknya juga masih berumur 7 bulan. Ketika saat itu yang menjadi tulang punggung keluarganya adalah ibunya yang hanya bekerja sebagai buruh tani. Kemudian kakak pertama Pak Rujito, Bu Sutini, memutusan untuk putus sekolah dari SD karena ia merasa kasihan kepada ibunya yang satu-satunya orang tua di keluarga tersebut, ia memutuskan untuk menjadi buruh tani membantu ibunya. Karena Bu Sulastri tidak mempunyai sawah sendiri maka dia menggarap sawah orang lain. Kakak kedua, Darmining, yang hanya lulusan SD juga bekerja sebagai buruh tani di sawah tebu. Kakak ketiga, Darti, juga hanya lulusan SD bekerja sebagai pembantu di rumah tetangga. Dan adik beliau yang hanya lulusan SMP bekerja sebagai buruh pabrik di Bandung.
            Saat menempuh SD Pak Rujito mengaku kurang pintar dalam segala pelajaran, hal ini juga diakibatkan oleh keadaan ekonomi keluarganya pada saat itu. Beliau menjelaskan juga setelah pulang sekolah beliau langsung pulang ke rumah, di rumah beliau jarang sekali makan siang dan langsung mengambil karung untuk pergi angon wedhus (membawa kambing ke sawah / tanah lapang yang terdapat rumput) dan ngarit (mencari rumput untuk makan kambing jika dikandangkan), karung yang dibawa oleh Pak Rujito itu digunakan sebagai wadah rumput yang sudah ia tebas. Selain kegiatanya setelah pulang sekolah angon wedhus dan ngarit ia juga pergi mencari kayu bakar untuk keperluan masak di rumah. Beliau juga mengaku pernah tidak naik kelas pada saat kelas 3 SD karena beliau menderita sakit typhus selama 1 bulan dan pada saat itu sekolah sedang melaksanakan ulangan semester.Beliau menjelaskan sebab beliau menderita sakit typhus yaitu dikarenakan pola makan yang tidak teratur, dan jelas saja keadaan ekonomi juga menjadi sebabnya, beliau mengaku bahwa setiap hari hanya makan nasi dengan sambel dan krupuk saja.
            Saat menempuh SMP Pak Rujito juga masih melakukan aktivitasnya sama seperti pada saat SD dulu. Namun, agar ibu beliau, Bu Sulastri, tidak terlalu terbebani dengan biaya sekolah Pak Rujito, Pak Rujito bekerja sampingan sebagai buruh tani. Sampai lulus SMP, Pak Rujito kemudian melanjutkan sekolahnya ke sekolah Kejuruan yang dulunya disebut SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) yang sekarang berubah title menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) mengambil jurusan TU (Tata Usaha). Dan pada tahun 1986 Pak Rujito telah menyelesaikan sekolah SMEAnya.
2.2 Kehidupan Bapak Rujito Sesudah Lulus Sekolah
            Setelah menyelesaikan sekolahnya Pak Rujito berusaha merantau ke luar daerah untuk mencari pekerjaan yaitu di Provinsi Lampung. Beliau di sana bekerja sebagai penjaga tambak udang milik tetangganya yang dulunya tinggal di Madiun. Setelah kurang lebih 2 tahun, Pak Rujito kembali ke kampung halaman di Madiun karena beliau sadar ibunya dirumah sendirian bekerja sebab semua kakak Pak Rujito sudah menikah dan tinggal di rumah suami mereka. Selain itu, agar lebih dekat dan dapat membantu pekerjaan keseharian ibunya. Setelah tinggal dengan ibunya, pada tahun  1988 Pak Rujito melamar pekerjaan sebagai tenaga administrasi yang masih  honorer atau PTT (Pegawai Tidak Tetap) di salah satu SMP di kota Madiun yaitu SMP Negeri 4 Madiun. Saat pertama menjadi tenaga honorer gaji Pak Rujito per bulan hanya digaji 25.000 rupiah. Namun, dalam 1 tahun gajinya naik 10.000 rupiah. Pernah Pak Rujito dalam 8 tahun bekerja hanya di gaji 50.000 rupiah, entah apa yang menyebabkan gaji Pak Rujito tidak dinaikkan.
            Di tempat kerjanya tersebut ia menemukan jodohnya, yaitu yang sekarang menjadi istrinya. Istrinya, Bu Sri, merupakan  rekan kerja beliau, yang juga tenaga honorer di sekolah tersebut. Beliau dengan istrinya akhirnya menikah pada tahun 1993. Dan kemudian mereka dikaruniai anak pertamanya (yaitu penulis) pada tahun 1995 dan anak keduanya pada tahun 1997. Pada tahun 1994 ia diberi warisan oleh Buleknya (adik dari ibunya), Bu Marmi, yang sudah meninggal berupa sawah agar dapat digarap dan untuk menambah penghasilan Pak Rujito. Warisan tersebut diberikan kepada Pak Rujito secara cuma-cuma karena Bu Marmi semasa hidupnya sama sekali tidak mempunyai seorang anak dan suaminya meninggalkannya karena tidak memberikannya seorang anak. Bu Marmi meninggal dunia karena menderita sakit typhus. Dan mengapa warisan tersebut diberikan kepada Pak Rujito? Hal ini dikarenakan semasa hidup Bu Marmi banyak dibantu oleh Pak Rujito. Termasuk ketika Bu Marmi masuk rumah sakit, ketika itu kendaraan yang ada hanya sepeda ontel, Pak Rujito mengantarkan Bu Marmi ke rumah sakit dengan mengoncengnya naik sepeda ontel meskipun tidak dipungkiri perjalanan menuju rumah sakit ditempuh dalam waktu setengah jam. Pak Rujito merupakan keponakan dari Bu Marmi yang paling disayanginya.
            Setelah 8 tahun bekerja sebagai tenaga honorer, akhirnya Pak Rujito mengikuti tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di Kabupaten Madiun pada tahun 1996. Tes tersebut adalah lewat jalur reguler , yaitu tes umum yang diikuti banyak peserta tanpa uang suap maupun nepotisme. Dari kurang lebih 300 peserta yang hanya di luluskan sebagai PNS 2 orang saja, dan salah satunya adalah Pak Rujito. Dan mulai tahun 1997 Pak Rujito diangkat sebagai PNS, dan ditugaskan di SMP Negeri 2 Kabupaten Madiun. Kemudian pada tahun 2000 istrinya juga diangkat sebagai PNS, yang sebelumnya juga mengikuti tes CPNS jalur regular seperti Pak Rujito.
2.3 Kehidupan Bapak Rujito Setelah Menjadi PNS
            Setelah diangkat sebagai PNS, perjuangan hidup Pak Rujito tidak berhenti begitu saja karena gaji yang diterima beliau saat pertama kali diterimanya yaitu sebesar 184.000 rupiah masih belum cukup untuk mencukupi hidup keluarganya. Selain tempat kerja beliau sangat jauh dari rumah beliau yaitu sekitar 46 km, jika pulang pergi ditempuh sejauh 92 km. Dan pada saat itu Pak Rujito belum mempunyai kendaraan sendiri. Beliau memutuskan untuk mencari tempat kos yang dekat dengan tempat kerjanya. Namun, baru tinggal seminggu saja beliau tidak kerasan dengan tempat tinggalnya karena jauh dari keluarganya. Beliau kemudian berinisiatif untuk ngebis (naik bus) pulang pergi kerja.
            Karena kesibukan beliau dan istrinya sebagai PNS, anak-anaknya diasuh oleh ibunya, Bu Sulastri. Sampai akhirnya pada tahun 2006 Bu Sulastri meninggal dunia karena stroke yang di deritanya selama 1,5 tahun. Beliau dan semua kerabat kelurganya sangat terpukul atas meninggalnya Bu Sulastri.
            Masalah tidak berhenti disitu saja. Pada tahun 2008 ia dikaruniai anak ketiganya, yang belum genap usianya 1 tahun memiliki penyakit Hernia ( yaitu penyakit yang diakibatkan turunnya buah zakar seiring lemahnya lapisan otot dinding  perut  yang turun ke alat kelamin). Anak tersebut harus dioperasi karena setiap ia menangis penyakit tersebut kambuh dan menyebabkan sakit panas juga yang ujung-ujungnya terjadi step karena saking panas tubuh yang keluar. Karena mahalnya biaya operasi, sehingga Pak Rujito beserta istrinya mencari-cari hutang agar anaknya dapat menjalani operasi dan terbebas dari penyakitnya tersebut. Namun karena seringnya step ketika anak tersebut sakit panas, sampai saat ini jika ia sakit panas selalu menggigau dan takut pada orang-orang yang dilihatnya kecuali ibunya. Anak itu mengira yang dilihatnya adalah makhluk yang menakutkan.


BAB III
PENUTUP

1.1.Kesimpulan
            Kehidupan Pak Rujito semasa masih sekolah merupakan masa yang penuh dengan perjuangan. Karena beliau sudah ditinggal oleh bapaknya ketika berumur 5 tahun. Dan demi membiayai sekolahnya dan saudaranya, ibunya, Bu Sulastri, bekerja sebagai buruh tani. Dan kemudian kakak-kakanya juga berhenti sekolah ketika lulus SD, karena mereka harus membantu ibunya yang sebagai single parent mengurusi anak-anaknya. Karena Pak Rujito satu-satunya anak laki-laki dari 5 bersaudara, maka ia harus menempuh sekolah yang paling tinggi. Dalam sekolahnya beliau juga bekerja sambilan untuk membiayai sekolahnya, salah satunya ialah bekarja sebagai orang yang mengurusi sapi tetangga.
            Pak Rujito berusaha merantau ke luar daerah untuk mencari pekerjaan yaitu di Provinsi Lampung. Setelah kurang lebih 2 tahun, Pak Rujito kembali ke kampung halaman di Madiun karena beliau sadar ibunya dirumah sendirian bekerja sebab semua kakak Pak Rujito sudah menikah dan tinggal di rumah suami mereka. Selain itu, agar lebih dekat dan dapat membantu pekerjaan keseharian ibunya. Setelah tinggal dengan ibunya, pada tahun  1988 Pak Rujito melamar pekerjaan sebagai tenaga administrasi yang masih  honorer atau PTT (Pegawai Tidak Tetap) di salah satu SMP di kota Madiun.
Di tempat kerjanya tersebut ia menemukan jodohnya, yaitu yang sekarang menjadi istrinya. Istrinya, Bu Sri, merupakan  rekan kerja beliau, yang juga tenaga honorer di sekolah tersebut. Setelah 8 tahun bekerja sebagai tenaga honorer, akhirnya Pak Rujito mengikuti tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di Kabupaten Madiun pada tahun 1996. Tes tersebut adalah lewat jalur reguler , yaitu tes umum yang diikuti banyak peserta tanpa uang suap maupun nepotisme.
Setelah diangkat sebagai PNS, perjuangan hidup Pak Rujito tidak berhenti begitu saja karena gaji yang diterima beliau saat pertama kali diterimanya yaitu sebesar 184.000 rupiah masih belum cukup untuk mencukupi hidup keluarganya. Selain tempat kerja beliau sangat jauh dari rumah beliau yaitu sekitar 46 km, jika pulang pergi ditempuh sejauh 92 km
Karena kesibukan beliau dan istrinya sebagai PNS, anak-anaknya diasuh oleh ibunya, Bu Sulastri. Sampai akhirnya pada tahun 2006 Bu Sulastri meninggal dunia.

1.2. Saran
            Dalam menjalani hidup harus disertai doa dan hati yang tabah. Serta siap menghadapi apa yang akan terjadi di depannya.
           


DAFTAR RUJUKAN


1.      Nama                   : Rujito
            TTL                      : Madiun, 15 Oktober 1966
Pekerjaan             : PNS (Staf Tata Usaha)
Status                   : Menikah
Alamat Rumah    : Desa Mojopurno 12/02 Kec. Wungu Kab. Madiun

2.      Nama                   : Sri Wahyuni
TTL                     : Magetan, 6 Agustus 1965
Pekerjaan             : PNS (Bag. Umum Kabupaten Madiun)
Status                  : Menikah
Alamat Rumah    : Desa Mojopurno 12/02 Kec. Wungu Kab. Madiun
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar